All Chapters of Dikhianati Suami, Dicintai Duda CEO: Chapter 41 - Chapter 50
54 Chapters
Bab 41. Dinda Tahu Siapa Raisa
Dinda dan Rika sedang berada di kamar, mereka duduk di tepi ranjang. Dinda tidak sabar mendengar cerita dari Rika, tentang orang-orang yang melihat Rika di pernikahan mantan suaminya.“Tante, cepat ceritain sama aku. Apakah mantan suami tante terkejut saat melihat penampilan Tante sekarang?” desak Dinda bersemangat. Rika mengangguk cepat sambil mengembangkan senyumnya. “Uh, aku sudah menduganya!” seru Dinda melonjak kegirangan. Rika hanya tersenyum melihat kelakuan Dinda.“Tante itu sangat cantik, aku tahu mantan suami Tante, pasti sekarang sedang merutuki dirinya karena menyesal sudah menyia-nyiakan Tante,” ujar Dinda yakin. “Hey, apa aku pernah bercerita padamu kalau dia menyia-nyiakan aku? Rasanya aku nggak pernah bercerita seperti itu?” Rika menatap Dinda heran dengan komentar-komentarnya.“Ih, Tante gimana sih? Aku ini udah besar, tentu saja aku tahu meski Tante nggak cerita. Apa namanya coba, kalau bukan menyia-nyiakan. Dia selingkuh dengan wanita lain, itu ‘kan namanya menyia-n
Read more
Bab 42. Mulai Saling Memberi Kasih Sayang
“Oke, Sayang. Sebenarnya beberapa tahun yang lalu, Papa masih memantau keberadaannya. Mamamu sudah menikah dengan laki-laki yang dicintainya.” Satya membuang nafas kasar. Ada luka yang tampak jelas di wajahnya.“Bagaimana kabarnya, Pah? Apa, mama baik-baik saja?” tanya Dinda penuh selidik. Satya menatap Dinda dan tersenyum getir. “Iya, Sayang. Mamamu baik-baik saja, tapi dua tahun terakhir ini Papa sudah nggak tahu lagi bagaimana kabarnya. Papa berpikir, mungkin dia sudah melupakan kita. Jadi, lebih baik jika Papa merelakannya dan nggak berharap dia menemuimu,” sahut Satya dengan tatapan sendu.“Apakah dulu, Papa pernah mencintai mama?” tanya Dinda, menatap manik mata papanya mencari jawaban. Satya terdiam, rasa bersalah merasuki hatinya. Dinda menatap Rika, membuat Rika salah tingkah.“Maafkan aku, Tante. Mungkin saja, Tante nggak suka mendengar hal ini. Selama ini, aku selalu bertanya dalam hatiku. Apakah, papaku mencintai mama? Aku hanya ingin mendengar jawaban dari papaku,” ucapn
Read more
Bab 43. Sepertinya Ulah Raisa
Suasana malam itu di kamar Rika begitu syahdu. Lampu kecil bersinar lembut, menciptakan aura hangat yang membuat mereka berdua merasa nyaman. Rika dan Satya duduk bersama di ranjang, Pelukan mereka memberikan ketenangan, seolah-olah dunia milik mereka.Namun, keheningan itu tiba-tiba terganggu oleh bunyi getaran ponsel Satya di dalam saku bajunya. Perlahan Satya melepaskan tangannya dari pelukkan. Dia mengangkat alisnya ketika melihat nama yang muncul di layar ponselnya."Satu detik, Sayang," ucap Satya seraya melepaskan pelukkannya pada Rika. Dia mengambil ponselnya dan menjawab panggilan dari papanya, Richard Mahendra."Ya, Papa?" tanya Satya dengan suara lembut, tetapi dengan ekspresi heran yang tergambar di wajahnya. Rika bisa merasakan perubahan suasana, dan dia diam tanpa bertanya. Matanya memandang Satya dengan penuh kekhawatiran, mencoba membaca ekspresi di wajahnya."Bagaimana kabarmu dan Dinda?" suara Richard terdengar jelas di sisi lain panggilan. "Baik, Papa. Tumben Papa m
Read more
Bab 44. Masih Bertanya Kenapa Oppa Akan Berkunjung
“Bagaimana ya, perlukah aku ceritakan padanya?” Rika termenung sejenak, berpikir dengan hati-hati. “Ah, kalau aku cerita, rasanya seperti minta bantuannya. Aku yakin, Satya jadi merasa terbebani dan akan membantu. Lebih baik aku selesaikan saja sendiri. Besok aku akan mencoba menghubungi Raisa saja, lalu selanjutnya baru membuat proposal ke beberapa perusahaan untuk meminta bantuan panti,” gumam Rika memutuskan dengan tegas.Rika memasuki kamar mandi dengan langkah ringan, senyuman lembut menghiasi wajahnya. Suara air yang mengalir dari pancuran menciptakan melodi yang menenangkan di dalam ruangan. Dia melepaskan pakaian dengan hati-hati, membiarkan air hangat menyapa kulitnya.“Ah, mandi memang selalu menyegarkan.” Setelah beberapa menit, dia keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar di tubuhnya. Kamar tidur yang hangat dan nyaman menantinya, memanggil untuk sesi istirahat yang sangat diinginkan.Rika menghela nafas ringan, “Hari ini cukup melelahkan. Saatnya untuk istirahat.”
Read more
Bab 45. Makin Kagum
Rika masuk ke dalam kamarnya dengan langkah tergesa-gesa. Tanpa menunggu waktu lama, ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja dan langsung mencari kontak Raisa."Hallo, Raisa, maaf mengganggu. Ada yang mau aku tanyakan." Rika berkata begitu telepon diangkat."Ya, ada apa?" jawab Raisa dengan suara senang. Rika menarik nafas dalam-dalam sebelum mengajukan pertanyaannya dengan hati-hati, "Apakah kamu tahu kenapa perusahaan keluargamu berhenti mendukung panti asuhan XX?"Terdengar tawa yang menggema dari ujung sambungan membuat Rika merasa semakin tegang. "Tentu saja aku tahu. Karena kamu, Rika. Kamu yang sudah 'mengambil' Satya dariku," jawab Raisa dengan nada mengejek.Rika merasa dadanya terasa sesak. Dia tidak percaya bahwa alasan di balik pembatalan bantuan tersebut adalah karena hubungannya dengan Satya."Tunggu, apa maksudmu?" desaknya, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja dia dengar. Raisa tertawa sinis di seberang sana, "Aku akan melanjutkan bantuan itu asalk
Read more
Bab 46. Kenapa Nadine Bercerai?
“Eh, maksud Papa juga melanjutkan ngobrol. Hemm, tapi urusan Papa bukan hanya ngobrol saja, kok. Hemm, itu urusan pekerjaan juga. Biografi Papa dan menanyakan perkembanganmu,” jawab Satya sedikit gugup. Rika mengulum senyum melihat kegugupan Satya.“Oh, gitu. Iya, aku ngerti kok, Papa.” Dinda tersenyum ceria sok mengerti, namun hal itu membuat Satya lega. “Oke, Papa ke kamar dulu,” pamitnya melempar senyum lega pada Rika dan Dinda. Anggukan kecil terlihat dari Rika dan Dinda. Satya bergegas keluar dari kamar Rika.“Astaga anak itu buat aku bingung saja. Lagi pula kenapa datang di saat seperti itu sih. Mengganggu saja. Lho, kok aku kesal pada Dinda sih! Aduh bisa gila kalau begini,” Satya membatin sambil melangkah menuju kamarnya.Satya segera memasuki kamarnya dengan langkah cepat, sorot matanya penuh ketegangan. Dia mengambil ponselnya dan segera mencari nomor Raisa. Setelah menemukannya, dia menekan nomor tersebut. Setelah beberapa kali dering, suara Raisa akhirnya terdengar di sebe
Read more
Bab 47. Kedatangan Orang Tua Satya
Satya membuka pintu ruang kerjanya dengan langkah pasti, diikuti oleh Rika yang sedikit ragu. Ruangan itu tenang, hanya suara keributan dari luar yang terdengar samar-samar. Satya menoleh pada Rika dengan senyum hangat."Rika, tolong tutup pintu ruang kerja ini?" Rika menatap Satya dengan ekspresi ragu. Dia diam sejenak, seolah mempertimbangkan permintaan itu dengan serius. "Apakah kita seharusnya menutup pintu? Ini terasa sedikit aneh..." gumam Rika.Satya tersenyum, menangkap kebingungan Rika. Dia menghampiri pintu dan dengan lembut menutupnya. "Kita memang tidak biasa menutup pintu ini saat kita bicara pekerjaan, tapi terkadang privasi itu penting, bukan?"Rika mengangguk pelan, tetapi kebingungannya masih terlihat di wajahnya. Tiba-tiba, Satya berbalik dan tersenyum, membuat Rika terkejut. "Kenapa kaget, Rika? Apa yang kamu pikirkan?""Oh, nggak apa-apa. Aku hanya nggak nyangka pintu akan ditutup begitu tiba-tiba." Satya tersenyum lebih lebar lagi, melihat kebingungan Rika. "Aku m
Read more
Bab 48. Ternyata Orang Tua Satya Menyelidiki Rika
"Rika," gumam Satya, suaranya lembut, "Tunggu sebentar di kamarmu, ya? Aku akan menemui papa dan mamaku terlebih dahulu."Rika mengangguk sopan, siap untuk menunggu. Namun, ketika ia hendak melangkah pergi, tiba-tiba Satya menarik lengan ringan Rika, menahannya."Tunggu," ucapnya pelan, lalu memeluknya dengan lembut. Rika merasakan hangatnya pelukan itu, bagai sebuah perlindungan yang tidak pernah dirasakannya. Rika merasakan detak jantung Satya yang seiring dengan detaknya sendiri.Setelah sesaat, Satya melepas pelukannya perlahan-lahan, dengan senyum hangat di wajahnya. Rika tersenyum balas, matanya berbinar oleh kehangatan yang ia rasakan. "Aku akan menunggumu," ucapnya dengan lembut sebelum berbalik dan meninggalkan ruang kerja Satya.Satya mengamatinya sejenak, melihat langkahnya yang ringan menjauh. Kemudian, dengan langkah mantap, dia melangkah ke ruang keluarga di mana papa dan mamanya baru saja tiba.Dengan hati yang gelisah, Satya melangkah masuk ke ruang keluarga di mana pa
Read more
Bab 49. Diberi Kesempatan
"Kamu tahu, Satya, asal-usul Rika nggak jelas. Kita juga nggak tahu apakah dia benar-benar wanita yang baik-baik. Papa hanya ingin yang terbaik untukmu dan Dinda," ucap Richard dengan tatapan tajam. "Aku paham, Pap. Tapi aku yakin, Papa pasti sudah menyelidiki Rika, bukan?" Satya menekankan ucapannya. Papanya mengangguk pelan, "Tentu saja. Tapi itu bukanlah jaminan. Papa belum tahu siapa orang tuanya." "Bagiku, yang terpenting bukanlah dari mana asal Rika. Bagiku, yang penting adalah Rika mencintai dan menyayangi Dinda dengan tulus. Dan yang tak kalah pentingnya, aku mencintainya," ujar Satya dengan tegas. “Lalu, bagaimana jika suatu saat keluarganya muncul? Bagaimana kalau dia terlahir dari orang tua yang berbuat kriminal? Bukankah itu akan jadi masalah buat kita? Kamu harus berpikir jauh ke depan Satya!” bentak Richard mengingatkan. Satya tersenyum lembut, "Untukku, siapa pun orang tua Rika bukanlah hal yang penting. Yang penting adalah aku akan menjalani hidup bersamanya. Aku p
Read more
Bab 50. Diperhatikan Calon Mertua
“Iya, Oma udah ketemu dengannya. Apakah dia benar-benar baik padamu, Sayang?” tanya oma penuh penekanan seakan ingin meyakinkan dirinya. "Iya, Oma. Tante Rika sangat membantu Dinda dalam tugas-tugas sekolah dan selalu mengawasiku," ungkap Dinda dengan bangga.Oma tersenyum lega. "Itu bagus. Oma senang kalau tante Rika selalu baik padamu." Namun, tatapan Oma tiba-tiba berubah menjadi serius. "Tapi, Dinda, apakah kamu tahu kalau tante Rika itu akan menjadi calon Mama Dinda?"Dinda terkejut mendengarnya. "Eh, Oma udah tahu?" Oma mengangguk perlahan. "Iya, Sayang. Papamu memberitahu kalau dia mencintai Rika. Dia ingin menikahinya."Dinda terdiam sejenak, kemudian, dia tersenyum cerah. "Dinda tahu, Oma. Bahkan, Dinda yang meminta Papa untuk menikah dengan tante Rika." Oma mengernyitkan keningnya terkejut mendengarnya. "Oh, benarkah? Kenapa, Sayang?""Dinda sangat menyayangi tante Rika, Oma. Dia selalu baik padaku dan selalu ada untukku. Dinda ingin tante Rika menjadi bagian dari keluarga k
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status