Semua Bab Menjerat Hati Dokter Tampan: Bab 11 - Bab 20
165 Bab
11. Menahan Nafsu
Tangan Arka perlahan mulai melingkar ke pinggang perempuan itu, balas memeluknya dengan erat. Dia juga mulai mengikis jarak antara wajahnya dengan Liora, membuat perempuan itu bisa merasakan nafas laki-laki itu mengenai kulit lehernya. Walau mata Liora masih tertutup, namun Liora tahu jaraknya dan Arka saat ini begitu intim. Membuat jantung perempuan itu mulai berdegup kencang. Dia mulai berpikir bahwa Arka pasti sebentar lagi akan menciumnya. "Liora," panggil Arka dengan lembut. Suara berat laki-laki itu berhasil menggetarkan hati Liora, membuat kedua tangan Liora kini banjir keringat dingin. Tangan kekar laki-laki itu kemudian perlahan mengusap kepala sang istri dengan lembut, membuat pikiran Liora semakin kacau. Arka semakin mendekatkan bibirnya ke telinga perempuan itu. Lalu kembali berbisik pelan, "sifat laki-laki di dunia ini hanya ada dua. Pertama, laki-laki yang menyukai perempuan agresif. Dan yang kedua, laki-laki yang risih saat melihat perempuan terlalu agresif. Jika kam
Baca selengkapnya
12. Kecurigaan Arka Selama Ini
Arka diam, sorotnya menatap Erika tidak suka. Untuk apa Erika mengajukan pertanyaan itu pada Arka? Padahal saat ini status Arka sudah jelas adalah suami Liora."Kamu seharusnya bisa menebak apa jawabanku. Jika aku memilih orang lain, mungkin saat ini aku tidak menjadi suami Liora."Erika tersenyum. Dia bukan tipe orang yang mudah dibohongi. Erika kembali menatap Arka dengan sorot curiga. "Karena kamu lebih dulu bertemu dengan Liora dibandingkan denganku. Siapa tahu sekarang karena kita sudah saling mengenal, hatimu berpaling padaku."Arka sama sekali tidak bisa menebak kemana arah pembicaraan Erika, tapi semua itu telah membuat Arka curiga. Apa saat ini perempuan itu sedang ... menggodanya juga?"Aku bukan ingin merebut mu dari Liora. Hanya saja aku merasa aneh dengan kalian berdua." Erika meluruskan pandangannya, sambil mengingat hal-hal tentang adik tirinya itu. "Aku sangat tahu bagaimana Liora. Dia perempuan yang sama sekali tidak peduli dengan cinta. Yang ada dalam pikirannya itu
Baca selengkapnya
13. Tidak Ada Yang Disembuhkan Lagi
Sesampainya di kamar, Arka melepaskan genggamannya pada tangan Liora. Lalu menatap Liora dengan sorot datar. Perempuan itu masih mengukir senyum, tak tahu jika saat ini Arka telah mengetahui rahasianya."Sekarang katakan padaku dengan jujur, kenapa kamu sangat ingin menikah denganku?"Liora berkedip bingung, cukup aneh saat tiba-tiba sang suami bertanya seperti itu. Membuatnya mulai curiga, dengan pembicaraan Erika pada Arka tadi. Memang Liora tak mendengarkan. Saat mengetahui sang suami berada di dekat Erika, dia bergegas menarik Arka menjauh. "Apa perempuan itu tadi berbicara macam-macam padamu?"Arka mengangguk jujur. Sorot matanya perlahan berubah tajam. Arka cukup marah dengan Liora, namun berusaha dia tahan."Sejak awal aku memang curiga denganmu. Tidak ada kekecewaan di wajahmu setelah mengetahui kita terjebak satu kamar malam itu. Pasti ada satu hal yang membuatmu senang dengan pertemuan kita, walau kita bertemu karena kejadian yang memalukan."Liora lalu membelai dada Arka s
Baca selengkapnya
14. Mencintai Dengan Cara Berbeda
Liora menghela nafas pelan. Dia kembali mengingat pertama kali dia melihat Arka.Malam itu dia mendapati Arka satu club bersamanya. Entah apa yang merasukinya, Liora juga tidak menyangka dia akan mengagumi ketampanan seseorang walau pertama kali melihatnya. Waktu itu, Arka duduk tak jauh darinya. Liora hanya memperhatikan, saat laki-laki itu tampak banyak masalah dan minum terlalu banyak."Saat pertama melihatmu, aku begitu sangat kagum dengan ketampananmu. Mungkin karena aku juga dalam pengaruh alkohol malam itu, jadi aku menghampirimu yang juga sudah mabuk. Aku kasihan padamu, kamu tidak membawa teman. Jadi aku berinisiatif untuk memesankan kamar untukmu. Sayang sekali, setelah sampai kamar kamu tidak membiarkanku pergi. Dan aku juga tidak mempunyai tenaga untuk melawan itu."Mata Arka membulat. "Jadi benar, kau hanya berpura-pura tidak ingat. Padahal kau tau betul yang telah terjadi?"Liora masih mengukir senyum. Lalu mengimbuhkan, "aku memang mengingatnya. Tapi malam itu aku sama s
Baca selengkapnya
15. Kasihan
Paginya, Arka bangun lebih dulu. Dia segera merapikan selimut dan bantal yang dipakainya untuk tidur tadi malam. Kini Arka duduk di sisi kasur, samping sang istri tertidur. Dia menunggu perempuan itu bangun, sambil mengamati wajah tenang Liora dengan seksama.Lagi-lagi Arka kembali teringat dengan ucapan Liora padanya tadi malam. Benarkah perempuan itu sudah mencintainya?"Caramu jatuh cinta padaku sebenarnya tidak aneh. Aku sering mendengar alasan seseorang jatuh cinta hanya karena melihat ketampanan dan harta pasangannya."Arka lalu menghela nafas kasar. "Tapi, jika kamu ingin mencintai seseorang. Seharusnya kamu tanyakan dulu pada seseorang itu Liora. Di hatinya sudah ada perempuan lain atau belum. Bukan langsung memilikinya dengan cara curang seperti ini."Arka diam sesaat. Entah kenapa, setiap dia ingin marah pada perempuan itu, Arka justru merasa kasihan."Jika kamu hanya mementingkan dirimu sendiri untuk mendapatkan apa yang kamu mau, maka pada akhirnya kamu juga yang akan ter
Baca selengkapnya
16. Sebuah Janji
"Sudah siap?" tanya Liora pada sang suami yang sejak tadi duduk di sisi kasur sambil bermain ponsel. Laki-laki itu menoleh, sejak tadi dirinya di sana menunggu sang istri selesai dandan. Dia lalu mengangguk mengiyakan pertanyaan Liora, perempuan itu sudah berdiri di sampingnya dengan penampilan rapi. Padahal mereka hanya akan pulang dari rumah David, tapi kenapa Liora harus berdandan lama sekali? Namun Arka tak mau terlalu banyak bertanya pada sang istri, dia lalu berdiri.Liora tersenyum, laki-laki itu berjalan mendahuluinya. Dia lalu mengikutinya dari belakang.Hingga sampai ruang tengah, di sana ada David, Diandra, dan Erika. Arka dan Liora menghentikan langkahnya. "Ayah, Liora dan Arka mau pulang."David tersenyum, lalu menghampiri sang putri. Dia sangat suka cara berbicara Liora padanya saat di depan Arka. Terlihat begitu manis, jika hanya berdua dengannya Liora pasti selalu dingin. "Hati-hati ya sayang." David mengusap lembut pucuk kepala putrinya, namun Liora segera menghinda
Baca selengkapnya
17. Apakah Cinta Sudah Datang?
Setelah sampai rumahnya, Arka menghentikan langkah tepat di ruang tengah. Membuat Liora yang sejak tadi mengikutinya di belakang ikut terhenti. Laki-laki itu menatap istrinya, lalu menghela nafas berat."Kenapa sayang?" tanya Liora sambil mengukur senyum manis, saat suaminya itu kembali menatapnya tanpa ekspresi."Kenapa kamu harus bersikap seperti itu pada keluargamu sendiri?"Senyum Liora seketika pudar, dia tidak suka jika Arka harus membahas itu lagi. Liora kemudian mengalihkan pembicaraan, "apa kamu lapar? Biar aku masakan sesuatu ya?""Kamu tidak bisa masak Liora," jawab Arka yang tau bahwa sang istri sengaja mengalihkan pembicaraan. Kini sorot Arka menatapnya dengan serius. "Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu dan keluargamu, walau kakak dan ibumu itu bukan keluarga kandungmu, tapi bisakah kamu bersikap sopan pada mereka? Aku tidak suka melihat caramu berbicara pada mereka seperti tadi, apalagi pada ayahmu sendiri."Liora kembali mengukir senyum. "Terimakasih sayang."Arka m
Baca selengkapnya
18. Tipe Ideal
Pagi itu, Arka sudah berpakaian rapi. Dia sudah menyiapkan sarapan di atas meja makan, karena tau istrinya tidak bisa memasak, jadi untuk saat ini Arka mengalah menyiapkan makanan walau sebenarnya itu adalah tugas Liora. Dia juga sudah berjanji akan mengajari Liora memasak, tapi saat dirinya sibuk di dapur Liora juga tak menghampiri. Jujur Arka sedikit kesal, sebenarnya Liora berniat untuk belajar memasak atau tidak?Bahkan pagi ini, setelah semuanya telah Arka selesaikan, mulai dari hidangan untuk sarapan dan pekerjaan rumah. Arka sama sekali belum mendapati sang istri keluar dari kamar. Laki-laki itu mulai mengetuk pintu kamar Liora. "Liora, apa kamu sudah bangun?"Tak ada jawaban dari dalam sana. Arka kembali mengetuk pintu di hadapannya sekali lagi. "Liora."Masih sama, tak ada jawaban. Arka lalu meraih kenop pintu, dan mulai membukanya. Kebetulan, pintu itu ternyata tidak di kunci. Tanpa meminta ijin dari sang pemilik kamar, Arka melangkah masuk. Dia melihat Liora masih berb
Baca selengkapnya
19. Ingin Honeymoon
Setelah mengatakan hal itu, Arka langsung berjalan keluar kamar. Liora mendengus kesal mendengar ucapan Arka, dia lalu beranjak dari tempat tidur untuk menyusul sang suami. Hingga sampai di ruang makan, Arka menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Liora yang mengikutinya. "Kamu tidak cuci muka atau gosok gigi dulu?"Liora menghela nafas pelan. "Aku tidak akan langsung makan, aku hanya mengikutimu saja. Kenapa kamu sudah berpakaian rapi, memangnya mau kemana?"Arka menatap dirinya sesaat, memang dia belum ada mengatakan apapun pada Liora jika hari ini dia memutuskan untuk masuk kerja. "Itu alasannya aku membangunkanmu, aku ingin sarapan bersama denganmu sekaligus ingin mengatakan sesuatu padamu."Liora mengernyit, menatap suaminya dengan sorot curiga. Apa yang ingin dikatakan Arka padanya? Kenapa terlihat sangat serius? Bahkan laki-laki itu sampai harus berpakaian rapi lebih dulu.Pikiran Liora justru terarah pada sesuatu yang membuatnya perlahan mengukir senyum senang. Dia mula
Baca selengkapnya
20. Senjata Baru Liora
"Kenapa?" tanya Liora kecewa sekaligus takut. Dia berpikir, apa ini tanda Arka ingin segera mengakhiri hubungan rumah tangga mereka? Padahal mereka baru beberapa hari menikah."Kamu pasti mengerti tentang pekerjaanku. Aku bisa saja melakukan operasi dadakan saat di rumah sakit, dan jika aku memakai cincin itu akan bahaya.""Kamu bisa melepasnya sebelum melakukan operasi." Mata Liora mulai berkaca-kaca, menahan perih di hatinya.Arka menghela berat. Dia lalu mengalihkan pandangannya tak mau menatap mata Liora yang mulai menggenang. Apakah dirinya begitu kejam dengan perempuan itu?"Baiklah, aku akan memakainya," ucap Arka dengan berat hati. Namun justru berhasil membuat Liora tak jadi meneteskan air mata. Laki-laki itu menghela nafas pelan, lalu berjalan memasuki kamarnya.Melihat Arka akhirnya mengikuti apa yang dia inginkan, membuat perempuan itu mengulum senyum penuh kemenangan. Walau sering bersikap tak peduli padanya, Liora yakin Arka pasti masih memiliki sedikit rasa tak tega jik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status