Liora Elvareta, tidak pernah menduga sebuah kejadian akan menimpanya dalam satu malam. Entah apa yang telah terjadi padanya? Tiba-tiba dia bangun di sebuah ranjang bersama seorang dengan dokter tampan. Arka Diantara juga tak menyangka, kejadian seperti apa yang membawanya bisa terjebak bersama Liora? Mereka tidak pernah saling kenal sebelumnya. Namun kejadian itu memaksa mereka untuk harus menikah. Perlahan Liora mungkin bisa menerima takdirnya. Tapi bagaimana dengan Arka? Apakah Arka juga akan menerima takdir yang sudah terjadi?
Lihat lebih banyakAda perasaan lega setelah kalimat itu didengar dari mulut Arka. Hati Liora tidak terasa sakit lagi, tapi masih ada perasaan ragu. "Kamu terlihat sangat marah, ketika mengetahui aku telah mencelakai Seyla. Aku tau kamu sangat mencintai perempuan itu, itu juga alasanmu selama ini menghindar untuk tak menyentuhku kan? Apa benar kamu yakin memilihku?"Arka menghela nafas pelan. Seharusnya setelah dia memberikan jawaban, Liora tak perlu menanyakan macam-macam lagi padanya. Karena itu bisa saja membuat hati Arka mengubah pilihannya. Tapi, jika dia kembali pada Seyla sepertinya itu juga sulit. Perempuan yang Arka cintai pada akhirnya tetap akan kalah dengan perempuan yang kini telah mengandung anaknya. Liora memeluk tubuhnya sendiri dengan erat, saat tiba-tiba angin malam itu semakin berhembus kencang hingga dinginnya terasa menembus kulit. Melihat sang istri yang tampak menggigil kedinginan. Arka semakin menarik tubuh Liora mendekat, dia kh
"Liora."Liora tertegun. Matanya seketika membulat saat mendengar suara seseorang yang dia cintai begitu dekat. Jantungnya mulai berdegup kencang, Liora takut dengan keberadaan laki-laki itu. Namun dia segera menggeleng, berusaha menganggap bahwa dirinya hanya salah dengar. Laki-laki itu tak mungkin tau keberadaannya, dia sudah meminta Erika tak memberitahunya. "Liora."Satu tetes air mata akhirnya kembali jatuh dari mata sayu Liora. Dia tak bisa menahannya, hatinya semakin sakit mendengar suara laki-laki itu memanggilnya dengan jelas. Benarkah laki-laki yang sejak tadi ada di pikirannya kini berada di dekatnya?Perlahan, sebuah tangan memegang salah satu bahu Liora. Meminta perempuan itu untuk berbalik. Namun Liora tak menurut, dia tak mau menunjukan air matanya pada seseorang yang kini sudah berdiri di belakangnya. "Maaf Liora," ucapnya pelan. Liora bingung, apa maksud ucapan itu? Perempuan itu akhirnya menurut saat tangan i
Sudah hampir dua jam, Liora berdiri di atas tumpukan batu besar yang ada di pinggir pantai. Tak peduli dengan dinginnya angin malam yang menembus kulit, Liora terus berdiri di sana menatap bentangan laut dan langit malam, sambil mendengarkan deburan ombak yang sedikit membuatnya lebih tenang.Matanya kini sudah bengkak, bahkan air matanya sudah kering. Liora tak bisa menangis lagi, walau hatinya masih begitu sangat sakit. "Liora, jika kau ingin bunuh diri segeralah melompat. Setidaknya aku bisa menyuruh orang untuk mencari jasadmu besok, jangan buat aku menunggu lebih lama seperti ini. Kakiku sudah lelah, kau sungguh merepotkanku!" teriak Erika yang berdiri sedikit jauh dari Liora. Berharap adik tirinya itu mendengar. Setelah dari rumah wanita tua tadi, dan memutuskan untuk tidak jadi menggugurkan kandungannya. Liora tak sengaja bertemu dengan sang kakak di jalan. Liora tak mau pulang ke rumah ayahnya, karena pasti itu justru akan menambah masalah.
"Siapa kalian?" tanya wanita paruh baya itu dengan sorot waspada. Ervan bergidik merinding saat menatap mata wanita itu, dia memilih diam bersembunyi di belakang Arka. Membiarkan sang sahabat yang berbicara."Maaf, apa tadi ada perempuan datang ke sini? Tingginya sebahu saya, rambutnya panjang sampai punggung, dia berkulit putih dan ... cantik."Ervan menatap Arka sedikit kaget saat mendengar kalimat terakhir yang sang sahabat ucapkan. Walau memang benar Liora cantik, tapi Arka bukan tipe laki-laki yang mudah mengakui kecantikan perempuan, kecuali memang benar Arka telah mencintai perempuan tersebut."Namanya Liora," imbuh Arka berharap wanita yang ada di hadapannya saat ini akan memberikan petunjuk tentang keberadaan sang istri. Terdiam sesaat, sambil berpikir. Wanita itu akhirnya mengangguk. "Dia perempuan muda yang baru hamil dua Minggu?"Mata Arka dan Ervan serempak membulat. Arka segera mengiyakannya. "Kau suamin
Sesampainya di rumah Arka langsung mencari keberadaan sang istri. Namun rumah itu tampak sepi, Arka bergegas menuju kamar perempuan itu dan juga sama Liora tak ada di sana. Dia bingung, kemana istrinya saat ini?Mendadak pandangan Arka kini terarah pada sebuah tas kecil yang terletak di atas nakas samping tempat tidur. Tas itu dibiarkan terbuka, membuat pandangan Arka tersita pada sebuah benda kecil yang paling mencolok di dalam sana. Dia menghampiri dan mengambilnya. Itu adalah testpack, menunjukan garis dua berwarna merah muda. Pandangan Arka kini kembali menatap ke dalam tas tersebut, di sana ada beberapa setrip tablet yang masih utuh. Dia tau itu adalah vitamin untuk ibu hamil, dan satupun belum ada Liora makan.Arka benar-benar sangat khawatir dengan kondisi Liora dan kandungannya saat ini. Tadi saat dalam perjalanan Arka sempat menelpon perempuan itu, namun tak dijawab. Kini dia memutuskan untuk menelponnya lagi.Panggil
Hampir dua jam, Arka masih berdiri di samping brankar tempat Seyla terbaring koma. Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam, seharusnya dia sudah pulang namun Arka masih tak tega meninggalkan Seyla di sana. Di rumah nanti dia juga akan kembali melihat Liora, membuatnya justru akan kembali kesal. Jadi Arka memilih lebih lama lagi untuk berada di rumah sakit, menemani Seyla. Perlahan dia mengusap pucuk kepala perempuan itu dengan lembut. Lalu berucap menyesal, "andai aku tidak pernah bertemu Liora mungkin dia juga tidak akan jatuh cinta padaku, dan kejadian hari ini juga tak mungkin akan terjadi. Aku lalai menjagamu Sey, aku juga telah mengkhianatimu. Tapi aku sudah memutuskan semuanya, aku akan memperbaiki semua kesalahanku sebelum kamu bangun."Walau cukup berat, pada akhirnya Arka memilih Liora yang terluka demi bertahan untuk Seyla. Tapi Arka rasa itu pilihan tepat, perempuan licik seperti Liora memang pantas untuk menerima semua ini. "Awal
Air mata sejak tadi tak bisa berhenti mengalir dari matanya. Liora terus terisak menahan perih di hatinya yang semakin menyiksa. Dia tak percaya, pada akhirnya dia tetap akan diceraikan oleh laki-laki yang sangat dia cintai. Apapun usahanya untuk mendapatkan Arka, Liora tetap gagal."Bagaimana dengan anak ini?" Liora menyentuh perutnya sambil bersandar di kaki kasur. Saat ini dia berada di kamar, berusaha mencari cara agar Arka tidak melaporkannya ke polisi dan juga tak menceraikannya. Namun pemikirannya sudah buntu, Liora justru semakin frustasi. "Jika aku mengatakan aku hamil, apa Arka justru akan membenciku?"Liora semakin terisak. Dia tak bisa membayangkan bagaimana marahnya Arka saat tau dirinya hamil. Bisa saja laki-laki itu justru memintanya untuk mengugurkan janin di dalam kandungannya ini, agar perceraian tetap berjalan. "Dia hanya memilih Seyla. Yang dia pikirkan hanya Seyla. Percuma saja jika aku mengatakan hamil. Lebih baik, aku gugu
Mendengar pernyataan sang istri, Arka cukup tertegun. "Aku mendengar pembicaraanmu dengan Ervan kemarin. Dan cincin yang aku pakai saat itu, adalah cincin tunangan kalian berdua kan? Itu sebabnya aku membuang cincin itu. Aku benci ... perempuan itu!""Kau tidak bisa membencinya hanya karena dia tunanganku. Kau tidak bisa menyalahkannya, karena semua ini salahmu Liora! Kau seharusnya berpikir, kenapa dulu kau harus menemuiku saat aku mabuk dan membuat kita akhirnya terpaksa menikah? Seharusnya kau mencari tahu lebih dulu tentangku, apa aku sudah memiliki kekasih."Satu tetes air mata akhirnya terjatuh dari sudut mata Liora. Namun dengan segera dia menghapusnya. Hatinya benar-benar sakit saat Arka menyalahkan dirinya dan memilih membela Seyla. Ditambah Arka mengaku terpaksa menikah dengannya. Kenapa sedikitpun Arka tak mau memikirkan perasaannya saat ini? Liora begitu sangat terluka."Aku ingin memberitahumu sesuatu Liora. Aku sudah memutuskan, aku
Beberapa jam lalu Liora baru sampai rumah. Saat ini dia duduk santai di sofa ruang tengah, sesekali tertawa pelan saat pikirannya kembali teringat dengan perbuatannya saat berada di rumah sakit tadi. Sekarang dia hanya perlu bersabar menunggu kabar kematian Seyla, saat Arka pulang nanti. "Suamiku pasti akan sedih, dan menangisi perempuan tercintanya itu." Liora mengernyit, lalu menggeleng tak setuju dengan kalimatnya barusan. Dia kemudian meralat, "lebih tepatnya tunangannya itu, Seyla bukan lagi perempuan yang dicintai Arka. Yang dicintainya saat ini adalah aku."Liora menghela nafas pelan. Menyandarkan tubuhnya di punggung sofa, entah kenapa dia merasa waktu berjalan sangat lambat. Padahal Liora tidak sabar menantikan detik-detik kabar duka itu."Nanti jika Arka memberitahuku tentang kematian Seyla, dia tetap mengatakan perempuan itu sepupunya atau mengaku jika Seyla adalah tunangannya?" Liora mulai berpikir sebentar. Lalu menggeleng tak pedul
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.