Semua Bab Dicintai Raja Siluman Ular: Bab 11 - Bab 20

Kembali Alana mencocokan bentuk tubuh dan ukuran ular tersebut dengan gambar di ponselnya, dia berginik ngeri saat membaca artikel tentang ular tersebut. Di dalam artikel yang dibaca Alana, ular tersebut termasuk ular dewa, atau dewanya para ular. Dia bersifat penghancur dan ditakuti oleh semua jenis monster dan iblis, karena saat dirinya marah, ular tersebut bisa membesarkan tubuhnya seratus kali lipat dan juga sangat panjang, bahkan panjang keseluruhan hewan itu bisa melingkari keseluruhan Bumi. Ular dewa itu juga bisa merubah dirinya menjadi manusia.“Ular dewa?” gumam Alana pelan.Alana menjadi amat penasaran dan ingin tau lebih banyak. Alana pun kembali mencari artikel tentang ular di situs lainya, dan dia menemukan sebuah artikel yang juga menuliskan tentang sebuah legenda ular iblis pemangsa manusia. Alana langsung menatap ular peliharaan sang suami.Alana kembali menyalakan lampu kamarnya, rasa kecewa dan marahnya pada Cakra seakan menguap, berganti rasa penasaran pada Raja.“

Alana memperhatikan kepingan sisik di tanganya, kini dia menyadari bahwa itu seperti logam perak yang ringan karena benar-benar berkilau.“Seperti perak, atau... emas putih?” ucapnya.Dialihkanya pandanganya pada Raja. Ular itu tengah meliuk melingkarkan tubuhnya, di sisi ranjang di samping Alana. Jika Raja berdiam dengan posisi tubuhnya yang melingkar seperti gulungan benang dan kepalanya menyembul di tengah, ia terlihat seperti foto-foto ular di negeri dongeng. Alana pun memberanikan dirinya untuk menatap langsung mata sang ular yang kebetulan saat ini juga tengah menatapnya.Jantung Alana berdegup kencang, ia saat ini tengah bertatapan dengan ular besar dari jarak yang begitu dekat. Ada rasa takut menyelinap dalam hatinya. Namun, entah mengapa tatapanya seakan terkunci. Ia tak bisa memalingkan pandanganya ke arah lain. Mata ular bernama Raja itu seakan menyihirnya sehingga Alana tak bisa menggerakan kepalanya untuk memutus kontak. Hingga akhirnya Alana melihat mata sang ular menut

Karena sikap Nina yang ketakutan melihat ular besar bernama Raja. Alana pun mengajak sahabatnya itu untuk berpindah ke ruang keluarga dan meneruskan obrolan mereka sambil menonton TV.Nina pun mulai bercerita mengenai kenangan masa-masa kuliah mereka berdua dulu, setelah ia merasa tenang. “Kau ingat tidak Lan? Saat kita kemping di pegunungan dulu itu”Ingatan Nina melayang pada awal-awal mereka menjadi seorang mahasiswi. Dalam acara perkenalan kampus di hari ketiga mereka yang berstatus mahasiswa baru itu diwajibkan ikut kemping di lereng gunung salak. Disanalah awal kedekatanya dengan Alana yang kemudian menjadi sahabat.“Oh... yang acara kampus kita itu ya? kita kemping ke lereng gunung, kemudian kita berdua kebagian tugas untuk mengambil air ke sungai?”“Iya, kamu ingat saat itu di tengah jalan kita melihat ular besar, Lan?”“Benar, dan aku paling takut dengan hewan bernama ular ini. Tetapi kamu malah dengan berani mengambil ranting kayu dan mengusir ular yang mendekat ke arah kita

Setelah hampir seharian kedua wanita itu menghabiskan waktu, Nina berdiri sambil melihat jam di pergelangan tanganya. “Sudah hampir malam Lan, aku pulang dulu ya.. lain kali kita ngerumpi atau nonton film lagi”Alana pun menganggukan kepalanya. Dilihatnya memang langit semakin gelap di luar sana. “Tunanganmu tidak menjemputmu disini?”“Tidak. Aku tidak ingin mengganggu pekerjaanya, lagipula aku ini kan wanita mandiri”“Oh jadi kamu nyindir aku nih? Karena aku dulu selalu mengandalkanmu saat masa kuliah dulu?”“Yaa… begitulah kira-kira, hahaha”Nina hanya tertawa melihat kekesalan sahabatnya. Ia pun langsung berlari menghindari lemparan bantal dari Alana sambil meraih tasnya. Saat membuka pintu ia terkejut melihat ular besar peliharaan Cakra sedang bergelung disana. Bulu tengkuk Nina pun meremang, lalu dia memberanikan diri melihat ular tersebut, dan saat itulah dia melihat mata dari ular itu berwarna hijau terang. Seperti bersinar.Mata Nina pun langsung membola. “Kkk... kau.. kau ula

Wanita yang dipanggil Mbok Mar itu hanya geleng-geleng kepala, dia sudah hafal betul sifat nona kecilnya itu. Setelah menyuruh Mang Ujang membawakan koper Alana, dia pun dengan semangat berjalan kearah dapur hendak membuatkan pesanan nona bungsunya yang semenjak menikah belum pernah beremu lagi denganya.Di dalam kamar.“Aduh tanganku hampir patah membawamu Raja, kau ini berat sekali, untung saja rumah orangtuaku memiliki lift, jadi tidak serepot saat menuruni tangga di rumah Mas Cakra tadi”Sambil menggerutu Alana membuka penutup koper dan membiarkan hewan melata itu merayap keluar.“Dengar Raja, disini kau jangan pernah keluar dari kamarku, terutama jika mama sudah pulang, karena mama paling takut sama ular, kau mengerti kan Raja?” sambil berkacak pinggang Alana memberikan peraturan yang harus dipatuhi oleh Raja.Namun, ular besar itu bersikap acuh dan kini malah merayap naik ke atas ranjangnya, melihat hal tersebut Alana hanya bisa mendengkus kesal dan memutar kedua bolamatanya.“H