Naren menggenggam bahu Andini lembut, menatap matanya dengan ketulusan yang tak goyah.“Kalau sekarang aku pergi, kamu akan kembali sendirian menghadapi dunia yang terus menghancurkanmu ini. Dan suatu saat nanti….” Suara Naren merendah.“Disaat kamu merasa rapuh dan kecewa lagi, aku yakin kamu akan mengulangi hal yang sama. Bagaimana jika kamu bertemu orang lain yang berpura-pura peduli, lalu memanfaatkan keadaanmu saat kamu rapuh?”Tatapan mata mereka bertemu, hangat, lembut, namun penuh luka yang sama-sama dipahami.Kedua tangan Naren terangkat, lalu menopang kedua sisi wajah Andini, membuat jarak mereka nyaris hilang.“Aku nggak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padamu,” lanjut Naren pelan.“Tapi kamu bisa menderita karena aku,” bisik Andini.Naren menggeleng perlahan. “Aku lebih menderita saat aku mengetahui kenyataan jika ….” Naren sedikit ragu, terlebih lagi saat tatapan mata Andini penuh rasa penasaran kepadanya.“Jika penderitaan yang kamu rasakan ini, bersumber dari kes
Last Updated : 2025-11-21 Read more