Lampu-lampu koridor rumah sakit memantulkan cahaya putih pucat, menciptakan suasana dingin yang mencengkeram dada. Di depan ruang IGD, seluruh keluarga Atmadja dan Pramayudha menunggu dengan wajah tegang. Bau antiseptik bercampur kecemasan memenuhi udara.Nimas Asih duduk di kursi panjang, tubuhnya sedikit bergetar. Matanya bengkak karena tangis. Di sisi lain, Kinanti berdiri menatap kosong ke arah pintu IGD yang tertutup rapat, kedua tangannya saling menggenggam erat di depan dada.“Bu… minum dulu, ya,” ucap Bara pelan sambil menyodorkan segelas air putih ke arah mertuanya.Nimas menatapnya sesaat, lalu menerima gelas itu dengan tangan bergetar.“Terima kasih, Nak…” ucapnya dengan suara serak, sebelum meneguk air itu perlahan.Bara kemudian berpaling ke arah Kinanti. Ia menatap wajah istrinya yang tampak dingin, mata yang dulu hangat kini beku seperti es. Dengan hati-hati, ia mengulurkan satu gelas air lain.“Ini, Kinan…” ucapnya ragu.Namun Kinanti hanya mengalihkan pandangan, tatap
Last Updated : 2025-11-05 Read more