Share

episode 2

"perempuan rendahan, aku tidak akan memelukmu atau memberimu hadiah, "batin Fransis merendahkan. Mereka berjalan bersama secara beriringan dengan gadis itu masih dengan senang hati menggandeng lengannya.

"Soici, "panggil Erika manja. Kesabaran pria itu benar-benar sudah habis sekarang, dia pun berbalik dan menatap tajam gadis itu hingga gadis itu terpaksa melepaskan lengan pria itu, hatinya merasa takut dan seluruh tubuhnya gemetar, baru kali ini ia merasa takut melihat tatapan mata sang kekasih.

"Kau terlalu berisik, wanita rendahan! "desis Fransis tajam. Erika langsung terdiam membeku, ia sekali lagi tak menyangka kalau pria yang selama ini selalu bersikap romantis terhadapnya kini berubah menjadi seorang pria yang sangat dingin dan bermulut pedas.

"Soici, "cicitnya.

"Diam! jangan mengejarku lagi, "bentak Fransis. Setelah itu ia meninggalkan Erika yang masih dalam keadaan sock menerima perlakuan kasarnya.

Erika hanya bisa menatap punggung pria yang dikiranya sebagai sang kekasih itu nanar, dadanya terasa sesak, baru kali ini ia di perlakukan serendah ini oleh seorang yang dia sayang. Dua orang gadis berjalan menghampirinya,kedua gadis itu tak mengerti kenapa sahabatnya terlihat sangat sedih dan sock, "Erika, apa yang terjadi? "tanya salah satu diantara mereka.

"Itu benar, Erika, kau kenapa? "tanya yang satunya.

"Aku tidak tau apa salahku, dia begitu dingin padaku, bahkan tadi dia menyebutku wanita rendahan, "ucap Erika. Lelehan air mata mulai berjatuhan membasahi pipinya, bahkan kedua temannya itu seakan tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh temannya itu,mereka tau bahkan gadis itu sedang menceritakan tentang kekasihnya Soici Sugami, tapi mereka tak tau bahwa yang tadi ditemui adalah orang lain yaitu Fransis Lonenlis saudara kandung Soici Sugami.

"Sudalah, Erika, mungkin,Soici,tidak sengaja mengatakan itu, "ucap salah satu teman menenangkan gadis itu,gadis itu bernama Yuki.

"Itu benar, Erika, mungkin, Soici,habis berkelahi, dan dia kalah hingga sangat marah pada dirinya sendiri, jadi dia melampiaskannya padamu, "timpal gadis yang bernama Miki.

"Itu tidak mungkin, Soici, tidak akan begitu, " sanggah Erika.

"Sudalah,sebaiknya kita masuk, sebentar lagi dosen sastra akan segera datang, semoga dia lupa pada tugas membuat puisi yang diberikan pada kita, "sahut Yuki menengahi pembicaraan.

"Setuju! "seru Erika dan Miki bersamaan. Setelah itu mereka bertiga pergi menuju kelasnya.

******

Fransis kini sudah berada di ruang kelasnya,ia duduk dengan nyaman di bangkunya, di sampingnya seorang gadis duduk di bangku dengan kepala tertunduk dan wajah memerah karena kedatangan pria itu,"P-pagi, Soici, "sapanya gagap.

"Hn, "jawab Fransis tak jelas. Tak lama kemudian ia merasakan rasa tak nyaman menghinggapi perutnya, dia mengumpat dalam hati, harusnya sebelum pergi dia meminum obatnya terlebih dulu agar penyakitnya tak kambuh sembarangan. Pria itu mencengkram perutnya saat nyeri itu semakin menjadi, dia bahkan sampai menundukkan kepalanya dan memjamkan matanya seakan menikmati rasa sakit yang kini menyambanginya.

Seorang gadis yang bernama Nadza Edogawa, dia merupakan orang yang sangat perduli pada Soici, tapi pria itu sama sekali tak perduli terhadapnya, dia justru memilih Erika sebagai kekasihnya. Gadis itu memperhatikan Fransis yang dikiranya adalah pujaan hatinya yang sedang menundukkan kepala sambil memejamkan matanya, kemudian ia beralih pada tangan pria itu yang sedang mencengkram perutnya, dia pun berfikir kalau pria itu ada masalah dengan pencernaannya.

"Soici, kamu kenapa? "tanya Nadza khawatir. Pria itu diam tak menjawab, hal itu membuat gadis itu semakin khawatir padanya.

"Perut, Soici, sakit? "tanyanya memastikan. Lagi-lagi tak ada jawaban. Gadis itu teringat bahwa ia pernah menemukan sebuah botol obat di meja pria itu dan kebetulan dia membawanya,ia pun segera mengambil obat yang ada di dalam tasnya lalu menyerahkan pada pria itu.

"Ini, obatmu, minumlah! "serunya. Fransis tersentak dan langsung membuka matanya, ia memiringkan kepalanya dan menoleh pada gadis itu, dia hanya menatap datar gadis itu, tapi dalam hati, dirinya kebingungan darimana dia mendapatkan obat miliknya.

Mengerti kebingungan pria itu, dia pun langsung menjelaskannya, "Ini, waktu itu kau ketinggalan, jadi aku mengambilnya,aku juga sudah tau itu obat untuk sakit apa, "jelasnya.

"Brengsek! pasti,Soici,yang seenaknya membawa obat milikku, akan ku beri pelajaran kau nanti! "umpat Fransis dalam hati.

"Kangker lambung, Soici, apa itu-."ucapan gadis itu terpotong saat Fransis langsung mengambil obat itu.

"Bukan, ini milik kakakku, "potongnya.

"Tapi, kau terlihat kesakitan, "kata Nadza heran. Jika itu obat milik kakaknya, kenapa pria itu yang kesakitan.

"Jangan bicara apapun tentang apa yang kau lihat! "perintah Fransis. Gadis itu pun mengangguk, dia ingat bahwa pria yang dia sukai itu punya seorang kakak yang wajahnya sangat mirip dinginnya, orangnya dingin dan tak suka senyum namanya Fransis Lonenlis, kini ia yakin bahwa pria di depannya ini adalah kakaknya bukan pria yang disukainya.

"Baiklah, aku janji, sekarang minumlah obat anda! "serunya. Pria itu tak menduga kalau gadis itu bisa mengenalinya, ia bisa membedakan antara dirinya dan adiknya, padahal istrinya saja tak bisa mengenalinya.

"Ugh... "keluhnya saat rasa sakit yang dia alami kian bertambah,gadis itu pun semakin khawatir.

"Kita keruang kesehatan saja, ya? "ucapnya panik.

"Hn,"jawab pria itu tak jelas. Pria itu langsung membuka penutup botol itu lalu mengeluarkan isinya setelah ini menelannya.

"Tuan-,"ucap gadis itu terpotong.

"Soici,panggil aku,Soici,di sini, "ucap Fransis. Gadis itu tersenyum mengangguk, dia pun menuruti permintaan pria itu.

"Soici, bagaimana kalau aku mengantarkanmu keruang kesehatan saja, agar kau bisa istirahat, "bujuknya.

"Hn, "jawab Fransis singkat. Gadis itu memandangnya bingung.

Perlahan Fransis mulai dari tempat duduknya, tapi dia tak dapat menegakkan tubuhnya karena rasa sakit yang ia alami belum juga reda, mengerti penderitaan pria itu, Nadza langsung memapahnya.

"Maaf, tadi aku masih tidak mengerti arti jawabanmu, ayo! aku bantu kau berjalan, "serunya. Pria itu pun tak menolak bantuan yang diberikan gadis itu. Mereka pun berjalan meninggalkan ruang kelas.

Fransis langsung direbahkan di atas ranjang yang ada di ruang kesehatan setibanya di sana, pria itu merasa ini adalah hari yang sangat sial untuknya, pertama penyakitnya kambuh disaat yang tidak tepat, kedua dia lupa membawa obat, dan terakhir dia harus terbaring di atas rajang kesehatan, sungguh menyebalkan.

*****

"Harusnya kau jangan diam saja, Sonia! kau harus melawan kalau, Masako membullymu, "ucap salah satu temannya. Pria itu menyerngit mendengar nama istrinya disebut.

Bukankah ini ruang kesehatan kampusnya,Soici,tapi kenapa ada suara istrinya disini, pikirnya.

"Aku tidak apa-apa, Sieru, "jawab Sonia. Tidak salah lagi, itu memang suara istrinya, apa ruang kesehatan kampus adiknya digabung?,pria itu masih berkutat dengan pikirannya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status