Lintang menatap bosan Vanka yang sedari tadi sibuk membaca buku paket. Mereka sedang berada di perpustakaan sekolah.
Vanka meminta Lintang untuk menemaninya ke perpustakaan. Sebenarnya, Lintang sudah menolak, tapi karena Vanka terus-terusan memohon membuatnya terpaksa mengikuti kemauan gadis itu.
"Van, udah selesai belum bacanya? Gue udah laper, nih," ucap Lintang sembari melipat tangannya di depan dada.
"Bentar Tang. Ini gue masih baca materinya. Lo mau baca? Ini tuh materinya lengkap banget. Siapa tahu dengan lo baca buku ini lo bisa kerjain tugas lo sendiri," ucap Vanka sembari tersenyum.
"Ogah. Ngapain juga baca buku? Gak bakal masuk ke otak gue," ucap Lintang.
"Tapi, Tang ini tuh bagus banget bukunya. Lo harus baca."
"Enggak," tolak Lintang. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari perpustakaan.
"Eh, Lintang! Tungguin gue!" Vanka segera menaruh kembali buku paket ke rak dan berlari mengejar Lintang.
Ia langsung menggenggam tangan Lintang ketika ia berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Lintang.
"Kok lo tinggalin gue sih?" tanya Vanka sedikit kesal.
"Gue laper. Lo pikir gue bakal kenyang liat lo baca buku gitu?" ketus Lintang.
"Ya enggak sih. Tapi, apa salahnya sambil nunggu gue lo baca buku juga. Baca buku itu bagus, loh," ucap Vanka antusias.
Vanka memang suka membaca. Apalagi membaca novel. Jika ia sudah membaca, ia seolah asyik dengan dunianya sendiri. Tidak peduli dengan keadaan sekitar. Dan, hal itu membuat Lintang kesal.
"Lo tahu kan gue gak suka baca. Udah deh kalau lo mau baca lagi, ya balik aja ke perpus," ucapnya.
"Ya udah maaf. Gue gak bakal paksa lo baca buku lagi, deh. Lo udah laper, kan? Kita ke kantin aja yuk."
"Emang gue mau ke kantin. Lo pikir mau ke mana lagi?"
Vanka mengerucutkan bibirnya.
"Iya iya. Gitu aja marah."
Mereka memasuki kantin. Sudah ada Vino dan Roy di kantin. Mereka sedang menikmati makanan mereka.
"Woi, lo berdua kok duluan ke kantin sih?" tanya Lintang.
"Habisnya lo lama sih. Kalau kita nungguin lo, bisa mati kelaparan kita," ucap Vino.
"Gue mau beli makan dulu." Lintang berjalan menuju pedagang untuk membeli makanan.
"Lintang! Tunggu!" Vanka berlari kecil mendekati Lintang.
Setelah mereka berdua membeli makanan, mereka duduk dan melahap makanan mereka.
"Hai, gue boleh gabung gak?" tanya Lisa yang baru datang sembari memegang semangkuk soto ayam.
Vino dan Roy menatap sejenak ke arah Lisa, kemudian kembali sibuk dengan makanan mereka tanpa menjawab pertanyaan cewek itu.
Mereka berdua memang tidak suka dengan Lisa. Gadis itu selalu mendekati Lintang di mana pun cowok itu berada.
"Boleh. Duduk aja," jawab Lintang.
Lisa tersenyum kemudian duduk di samping kiri Lintang.
"Tang, pulang sekolah nanti lo bisa temenin gue gak?" pinta Lisa.
"Ke mana?" tanya Lintang.
"Ke mall. Kemarin gue sempat liat sepatu bagus banget dan limited edition. Kemarin gue gak bisa beli karena uang gue gak cukup. Lo mau kan temenin gue?" ucap Lisa antusias.
"Oke," jawab Lintang tanpa berpikir panjang.
Vanka membulatkan kedua matanya. Bagaimana bisa Lintang langsung mengiyakannya? Padahal, kemarin Lintang sudah menemani cewek itu pergi ke mall.
"Tang, kok lo mau nemenin dia sih? Kemarin kan lo udah nemenin dia," ucap Vanka tidak terima.
"Lintang aja gak papa. Kok lo yang sewot sih?" ucap Lisa.
"Tahu nih. Lo ke mall terus. Gak bosen apa? Kenapa lo gak beli aja sama mall-mall nya sekalian biar gak usah ke sana lagi," sahut Roy kesal.
"Kalau dia beli sama mall-mall nya sekalian, gimana caranya dia bawa itu mall coba? Yang ada dia keburu mampus," kekeh Vino diikuti Vino dan Vanka.
Lisa menatap mereka bertiga tidak suka.
"Lo berdua kenapa sih selalu ngejek gue?" tanya Lisa tidak suka.
"Emang lo pantas buat diejek. Iya gak Roy?"
"Yoi bro."
Lisa memutar bola matanya malas.
"Udah deh. Lo berdua mendingan makan. Jangan ngejekin Lisa mulu," sahut Lintang.
"Iya iya."
Vanka menatap Lisa yang tengah tersenyum ke arahnya.
Ia merasa kesal dengan cewek itu.
****
Vanka berjalan memasuki kelas Lintang yang sudah sepi. Di kelas Lintang hanya tersisa Lintang, Lisa, Roy, dan Vino.
"Lintang," panggil Vanka yang sudah berada di hadapan Lintang.
Lintang yang baru saja selesai memasukkan buku-bukunya ke dalan tas menoleh pada Vanka.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Lintang.
"Mau pulang sama lo."
Lisa tertawa membuat mereka menatap ke arahnya.
"Lo lupa, Lintang sama gue. Dia mau nemenin gue ke mall," ucap Lisa.
"Tang, lo beneran mau nemenin dia?" tanya Vanka pada Lintang.
"Iya," jawab Lintang singkat.
"Lo temenin gue beli buku, ya? Kemarin kan lo bilang kalau lo bakal mau nemenin gue beli buku," ucap Vanka sengaja.
Ia ingin membuat Lintang memilih antara dirinya atau Lisa.
"Tang, lo udah janji lo sama gue tadi di kantin."
"Lain kali aja gue temenin lo ke toko buku. Sekarang gue mau temenin Lisa ke mall," ucap Lintang pada Vanka membuat gadis itu kecewa.
"Kok lo gitu sih? Lo lebih milih nemenin dia daripada gue? Gue ini pacar lo, Tang!"
"Ck! Gue udah janji sama Lisa. Lo dengar sendiri kan tadi di kantin? Udah deh gak usah macam-macam. Muak gue sama sikap lo yang kekanakan itu!" ketus Lintang.
"Jadi, lo nganggap gue childish? Hanya karena dia? Oke." Vanka langsung keluar dari kelasnya dengan perasaan kesal.
Ia menoleh ke belakang berharap Lintang menyusulnya. Namun, Lintang sama sekali tidak menyusulnya.
"Tang, lo kenapa sih selalu kayak gitu sama Vanka? Dia kan cuma minta lo nemenin dia ke toko buku," ucap Vino.
"Lagian, kemarin lo kan juga udah nemenin nih cewek ke mall. Apa salahnya hari ini lo nemenin Vanka?" timpal Roy.
"Kok lo berdua pada belain Vanka sih? Lagian, lo berdua kan juga udah tahu kalau gue udah janji sama Lisa. Harusnya lo berdua belain gue bukan Vanka. Dia itu sengaja biar gue mau pergi sama dia. Padahal, dia tahu kalau gue udah janji sama Lisa," ucap Lintang panjang lebar.
Lisa tersenyum miring. Ia merasa menang karena Lintang membelanya.
"Kita bukannya belain Vanka, Tang. Tapi, sebagai teman lo kita cuma ngingetin lo aja. Terserah kalau lo gak mau terima omongan kita yang penting kita udah kasih tahu lo," ucap Roy kemudian merangkul Vino keluar kelas.
Lintang terdiam sejenak. Apa dirinya salah? Tapi, ia merasa tidak bersalah. Vanka lah yang bersalah. Gadis itu sudah tahu kalau dirinya sudah berjanji pada Lisa untuk menemani Lisa ke mall, tapi ia malah meminta Lintang untuk menemaninya ke toko buku. Ia yakin Vanka sengaja melakukan itu.
"Tang, ayo pergi," ajak Lisa.
Lintang tersentak dari lamunannya.
"Iya."
****
Vanka membuang asal buku-bukunya ke lantai. Ia sudah sampai di rumahnya. Saat ini, ia merasa sangat marah karena kejadian tadi, di mana Lintang lebih memilih menemani Lisa daripada dirinya yang statusnya adalah pacarnya.
"Gue benci sama Lisa! Dasar cewek gak tahu diri! Kenapa dia harus ada sih?"
"Lintang juga kenapa lebih milih dia sih? Gue kesel sama Lintang!"
Vanka menatap ponselnya yang bergetar. Terdapat pesan masuk. Keningnya mengerut saat tahu kalau Lintang yang mengirimnya pesan.
|Lintang❤️|
|Sorry.
|Besok gue temenin lo ke toko buku.
|Gak usah marah lagi. Oke?
Senyumnya langsung mengembang. Ia menaruh ponselnya di nakas. Ia menahan dirinya untuk tidak membalas pesan dari Lintang. Ia tidak mau langsung membalas pesan cowok itu. Ia ingin membuat Lintang merasa bersalah padanya.
Beberapa menit kemudian, ponselnya kembali bergetar. Ia kembali mengambil ponselnya dan membuka pesan dari Lintang.
|Lintang ❤️|
|Kok diread doang?
|Lo marah?
|Jangan marah lama-lama. Gue gak bisa dicuekin sama lo.
Vanka tersenyum lebar. Ia merasa pipinya memerah.
"Kalau dia kayak gini, mana bisa gue marah lama-lama sama dia?" gumamnya.
*************
Hari ini Lintang terlambat ke sekolah. Bukan hanya Lintang, melainkan Vanka juga.Sebenarnya, Vanka tidak terlambat ke sekolah, tapi karena ia menunggu Lintang untuk menjemputnya jadilah ia ikut terlambat. Dan, sekarang mereka sedang menjalani hukuman mereka. Yaitu, berlari memutari lapangan sebanyak sepuluh kali."Capek banget," keluh Vanka."Lemah banget sih jadi cewek. Baru satu putaran aja udah ngeluh," ejek Lintang."Ih Lintang! Ini semua juga gara-gara lo tahu. Coba aja kalau lo jemput gue cepat, pasti kita gak bakal telat kayak sekarang," omel Vanka."Bisa diem gak lo? Salah lo sendiri, gue kan udah nyuruh lo berangkat duluan. Lo aja yang ngotot mau nunggu gue. Jadi, jangan salahin gue kalau sekarang lo dihukum," ucap Lintang masih terus berlari.Vanka terdiam. Ia kembali berlari, tapi tidak bersuara lagi. Hal itu membuat, Lintang menoleh ke belakang memastikan apa Vanka baik-baik saja atau tidak."Kenapa diam?" tanya Lintang masih te
Lintang menatap bosan Vanka yang sedari tadi sedang memilih-milih novel yang ada di rak buku. Sekarang mereka sedang berada di toko buku. Vanka meminta Lintang untuk menemaninya ke toko buku. Meskipun, Lintang sedang kesal dengan gadis itu mengingat kejadian di kantin antara Dean dan Vanka, namun ia tetap menuruti permintaan Vanka. Karena ia sudah berjanji akan menemani gadis itu."Tang, kira-kira gue beli novel yang mana ya?" tanya Vanka pada Lintang sembari menunjukkan dua novel yang ada di tangannya pada Lintang."Beli aja yang lo suka," jawab Lintang singkat."Tapi gue suka dua-duanya.""Ya udah, beli dua-duanya aja.""Tapi, uang gue gak cukup kalau beli dua-duanya. Gimana dong?""Ck! Buruan! Gue gak punya banyak waktu buat nunggu lo di sini. Lo pikir gue gak ada kerjaan lain apa?" ketus Lintang.Ia sudah sangat bosan menunggu Vanka di sini. Karena sudah hampir dua jam mereka berada di toko buku. Salah satu alasan Lintang malas menemani
Vanka berdiri di depan Lintang yang sedang menatapnya. Pagi ini, Vanka berangkat sekolah sendiri. Ia tidak menunggu Lintang. Cowok itu tidak tahu kalau Vanka sudah berangkat duluan. Ia tadi sempat ke rumah Vanka, namun gadis itu sudah tidak ada. Dan, sekarang Lintang sedang berada di depan kelas Vanka."Kenapa lo berangkat duluan? Kenapa gak chat gue dulu?" tanya Lintang."Gue gak mau telat kayak kemarin," jawab Vanka singkat."Telat dari mana? Ini aja masih jam setengah tujuh. Gue aja gak telat.""Gue cuma gak mau berangkat sama lo aja."Lintang menatap Vanka bingung. Kenapa gadis ini terlihat jutek padanya? Apa kesalahannya?"Lo kenapa sih? Lo marah sama gue? Emang gue salah apalagi?" tanya Lintang."Harga novel yang lo beliin buat gue berapa? Biar gue ganti uangnya," ucap Vanka tanpa menjawab pertanyaan Lintang."Gak usah ganti uang gue. Gue ikhlas kok beliinnya," tolak Lintang. Tapi ucapannya tidak dipedulikan o
Lintang dan Vanka sedang berada di cafe. Mereka kini sedang menikmati ice cream. Bahkan, Vanka sudah dua kali memesan ice cream.Lintang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan pacarnya."Doyan banget lo," ucap Lintang.Vanka tersenyum kecil. "Iya lah. Soalnya ice cream di sini enak banget. Makasih ya atas sogokannya."Lintang mengernyitkan keningnya bingung. "Sogokan? Maksud lo?" tanya Lintang tidak mengerti."Iya sogokan. Lo nyogok gue biar gue gak marah lagi sama lo, kan?""Gue gak nyogok. Gue emang mau traktir lo aja," jawab Lintang seadanya.Sebenarnya, ia memang sengaja mengajak Vanka untuk makan ice cream, agar gadis itu tidak marah lagi padanya. Lintang tahu Vanka sangat menyukai ice cream.Setiap Vanka marah padanya, ia pasti akan berusaha membujuk Vanka dengan ice cream, dan hal itu berhasil. Walaupun, kadang-kadang gagal."Oh gitu." Vanka kembali menyuapkan ice cream coklat kesukaannya ke dalam mulutnya.
"LINTANGGG!" teriak Vanka memenuhi ruang kelas Lintang. Hal itu membuat seisi kelas menatap tajam ke arahnya.Vanka tersenyum kikuk. Ia segera meminta maaf pada mereka, karena telah mengganggu mereka.Lintang menatap kesal ke arah Vanka. Ia langsung berjalan menghampiri Vanka yang sedang berada di depan pintu kelasnya."Ngapain lo ke sini?" tanya Lintang."Gue mau minta tolong boleh?""Minta tolong apa?""Temenin gue ke perpus. Mau ya?" pintanya."Enggak. Minta tolong sama temen-temen lo aja," tolak Lintang cepat.Ia sangat malas menemani Vanka ke perpustakaan. Ia tidak mau menunggu Vanka berjam-jam di tempat memuakkan itu.Vanka mengerucutkan bibirnya."Kenapa gak mau temenin gue?" tanya Vanka mencoba menahan rasa kesalnya."Ya gue gak mau. Udah sana pergi. Ganggu gue aja.""Tang," panggil Lisa yang sudah berada di samping Lintang."Kenapa Lis?" tanyanya."Temenin gue ke kantin dong. Gue haus mau be
"GUYS!" teriak Lia memenuhi ruang jelas. Ia sama sekali tidak peduli dengan teman-teman kelasnya yang tengah menatap tajam ke arahnya."Kenapa sih, Ya? Datang-datang bukannya salam malah teriak-teriak," ucap Vanka."Lo berdua tahu gak---""Enggak," potong Vanka dan Sela."Ish. Kalau gue belum selesai ngomong jangan dipotong dulu."Mereka berdua tertawa kecil. "Ya udah buruan ngomong," suruh Sela."Hari ini, satu sekolahan pada heboh karena ada anak baru," ucapnya antusias."Anak baru? Terus kenapa? Gue gak peduli kali," ucap Sela acuh. Ia kembali sibuk dengan ponselnya."Anak barunya cewek apa cowok?" tanya Vanka."Cowok, Van. Gila dia ganteng banget. Bahkan, dia lebih ganteng daripada Lintang," heboh Lia.Sela hanya geleng-geleng kepala mendengar Lia yang begitu antusias menceritakan anak baru itu."Masa sih dia lebih ganteng daripada Lintang? Menurut gue yang paling ganteng itu cuma Lintang seorang," ucap Vanka kemu
Revan dan Vanka sedang berdiri di depan kelas Vanka. Mereka sedang mengobrol mengenai materi pelajaran yang telah diajar di kelas mereka masing-masing.Lintang yang hendak ke kantin melirik mereka berdua. Ia langsung berjalan mendekati mereka."Ngapain lo di sini?" tanya Lintang pada Revan.Wajahnya terlihat tidak suka karena Revan yang begitu akrab dengan Vanka."Gue cuma nanya Vanka materi pelajaran doang kok.""Lo bisa tanya ke temen-temen di kelas. Ngapain sampai harus tanya ke Vanka?" ketusnya."Udah lah, Tang. Revan cuma nanya materi pelajaran doang, gak usah marah-marah deh," sahut Vanka.Lintang beralih menatap Vanka. "Lo belain dia?""Udah deh gak usah bikin masalahnya tambah panjang. Gue mau masuk kelas," ucap Vanka kemudian berjalan masuk ke kelasnya.Lintang yang hendak pergi ke kantin, langsung dicegat oleh Revan."Lo mau ke mana? Bentar lagi kan Pak Doni masuk kelas," ucap Revan."Gue mau ke m
Lintang menunggu Vanka yang masih berada di dalam kelasnya. Gadis itu masih menyapu kelasnya.Tak lama kemudian, Vanka selesai dan berjalan keluar kelas menghampiri Lintang yang menatapnya datar."Lama banget sih. Gue udah tungguin lo dari tadi nih," ucap Lintang."Sorry. Kan gue nyapu sendiri ya pasti lama lah.""Makanya lain kali kalau piket datangnya pagi biar gak nyapu sendiri waktu pulang," omel Lintang."Iya iya. Bawel amat sih. Masalah kecil aja dipermasalahin," ujar Vanka."Masalah kecil lo bilang? Gue udah tunggu lo hampir satu jam. Lo pikir kerjaan gue cuma nungguin lo doang?""Ya udah maaf. Marah-marah mulu.""Ayo pulang."Vanka harus bersabar menghadapi Lintang. Walaupun cowok itu selalu marah-marah padanya karena masalah kecil seperti ini, ia harus mengalah. Kalau tidak, mereka tidak akan selesai bertengkar.Vanka meraih tangan Lintang dan berjalan menuju parkiran.Sesampainya di parkiran, mere