Lintang menatap bosan Vanka yang sedari tadi sedang memilih-milih novel yang ada di rak buku. Sekarang mereka sedang berada di toko buku. Vanka meminta Lintang untuk menemaninya ke toko buku. Meskipun, Lintang sedang kesal dengan gadis itu mengingat kejadian di kantin antara Dean dan Vanka, namun ia tetap menuruti permintaan Vanka. Karena ia sudah berjanji akan menemani gadis itu.
"Tang, kira-kira gue beli novel yang mana ya?" tanya Vanka pada Lintang sembari menunjukkan dua novel yang ada di tangannya pada Lintang.
"Beli aja yang lo suka," jawab Lintang singkat.
"Tapi gue suka dua-duanya."
"Ya udah, beli dua-duanya aja."
"Tapi, uang gue gak cukup kalau beli dua-duanya. Gimana dong?"
"Ck! Buruan! Gue gak punya banyak waktu buat nunggu lo di sini. Lo pikir gue gak ada kerjaan lain apa?" ketus Lintang.
Ia sudah sangat bosan menunggu Vanka di sini. Karena sudah hampir dua jam mereka berada di toko buku. Salah satu alasan Lintang malas menemani Vank ke toko buku adalah karena jika sudah berada di toko buku, maka Vanka akan lupa diri. Ia bisa betah berlama-lama di toko buku. Sedangkan, Lintang sama sekali tidak betah di tempat ini.
Vanka mencebikan bibirnya kesal. Kenapa Lintang harus marah padanya? Padahal, ia jarang meminta Lintang menemaninya ke toko buku, karena cowok itu selalu menolaknya.
Ia langsung menyimpan kedua novel tersebut dan melengos pergi begitu saja.
"Eh, Vanka! Gak jadi beli novelnya?" tanya Lintang.
Vanka terus berjalan tanpa menoleh pada Lintang. Saat ini, ia sangat kesal pada Lintang.
Lintang mengambil dua buah novel yang tadi sempat ingin dibeli oleh Vanka. Ia berjalan ke kasir dan membayarnya. Setelahnya, ia langsung meyusul Vanka keluar.
"Van," panggil Lintang sembari menahan lengan Vanka. Gadis itu menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menghadap Lintang.
"Apa?" tanya Vanka ketus.
"Nih, novelnya," ucap Lintang menyodorkan kantung plastik berisi dua novel yang ingin dibeli oleh Vanka.
Vanka sedikit terkejut. Ia tidak menyangka Lintang akan membelikan kedua novel itu sekaligus untuknya.
"Gue gak butuh. Gue bisa beli sendiri," tolak Vanka membuang muka ke arah jalanan. Saat ini, ia masih marah pada Lintang. Walaupun, ia tergiur dengan dua buah novel itu, tapi ia harus menahannya. Ia tidak boleh langsung memaafkan Lintang.
"Yakin gak mau? Ya udah gue kasih ke Lisa aja," ucap Lintang.
Mendengar nama Lisa, ia langsung menatap Lintang dan mengambil kantung plastik tersebut dari Lintang.
"Ngapain kasih ke Lisa? Lo kan beli novelnya buat gue," ucap Vanka tidak suka.
Lintang tersenyum kecil sembari mengacak-acak rambut Vanka.
"Kan tadi lo bilang gak mau, makanya mau gue kasih ke Lisa."
"Ya gue mau lah," ucap Vanka dengan wajah yang sedikit malu karena sempat menolak pemberian Lintang.
Hal itu membuat Lintang terkekeh pelan. Wajah Vanka saat ini sangat menggemaskan. Hingga tangannya langsung bergerak untuk mencubit kedua pipi Vanka.
"Ih Lintang! Lepasin! Sakit tahu!" kesal Vanka.
Lintang tertawa kemudian melepaskan cubitannya.
"Makanya jangan masang wajah gitu lagi. Ayo pulang, ini udah jam berapa coba? Nunggu lo aja lama banget."
"Iya."
Vanka memakai helm yang diberikan oleh Lintang kemudian naik ke motor cowok itu.
Setelahnya mereka pun pergi dari sana.
*****
Vanka berteriak kegirangan di kamarnya. Ia masih tidak menyangka Lintang akan membelikannya dua buah novel yang sedang diincarnya.
"Gila. Setelah sekian lama nunggu uang gue terkumpul, akhirnya tercapai juga. Malah, gue dapat dua-duanya lagi," girang Vanka.
"Eh, tapi gue gak enak deh sama Lintang. Gue telfon aja deh nanya harganya. Biar besok gue ganti uangnya."
Walaupun ia adalah pacar Lintang, tapi ia tidak mau Lintang membelikan apa pun untuknya. Ia merasa itu bukan kewajiban Lintang.
Ia mencari nomor kontak Lintang dan menghubunginya.
"Halo Lintang," ucapnya setelah panggilannya dijawab.
"Halo Vanka." Vanka mengernyitkan keningnya. Ia merasa suara di seberang sana bukanlah milik Lintang. Karena suara tersebut seperti suara cewek.
"Ini siapa?" tanya Vanka.
"Ini gue, Lisa."
"Lintang di mana? Kok lo yang jawab sih?" tanya Vanka tidak suka.
"Lintang lagi ke toilet. Gue sama Lintang lagi di cafe."
"Cafe? Jangan bohong lo. Lintang udah pulang ke rumahnya. Dia tadi bilang ke gue kalau dia langsung pulang karena dia mau istirahat."
"Hahaha." Terdengar tawa Lisa yang cukup kencang membuat Vanka semakin bingung dan juga kesal.
"Terserah lo kalau gak mau percaya. Intinya gue lagi sama Lintang di cafe. Yang pasti kita lagi makan berdua. Lo tahu Lintang itu romantis banget tahu gak. Walaupun dia udah capek, tapi waktu gue ngajak dia ke cafe dia mau gitu aja. Udah jelas kan Lintang lebih peduli sama gue dibanding lo."
Vanka langsung mematikan sambungan teleponnya. Sudah cukup ia mendengar ocehan Lisa yang hanya bisa membuat gendang telinganya pecah karena terbakar amarah.
"Jadi, Lintang bohong sama gue? Dia bilang dia mau langsung pulang, tapi dia malah nemenin Lisa ke cafe. Dasar tukang bohong," kesal Vanka. Ia membuang asal kedua novel yang tadi dibeli oleh Lintang ke lantai.
*****
Lintang mengambil ponselnya dari Lisa dengan wajah kesal.
"Kenapa lo ambil hp gue?" tanya Lintang tidak suka. Ia paling tidak suka jika ada orang yang menyentuh ponselnya tanpa ijin.
"So... Sorry, Tang. Tadi Vanka telfon, karena lo masih di toilet makanya gue jawab," jawab Lisa sedikit ketakutan.
Lintang menatap ponselnya yang menyala menandakan pesan masuk. Ia langsung membukanya.
|Vanka|
|Tang?
|Berapa harga novelnya? Biar besok gue bawa uang buat ganti uang lo.
|Lain kali jangan bohong sama orang lain!
Lintang menatap Lisa yang sedang meminum jus alpukatnya.
"Lo ngomong apa sama Vanka?"
"Gue gak ada ngomong apa-apa."
"Kalau lo gak ngomong macam-macam sama Vanka kenapa dia marah sama gue?" tanya Lintang yang sudah kesal.
"Mana gue tahu. Mungkin dia cemburu kali karena lo nemenin gue ke cafe," jawab Lisa.
"Jadi, lo kasih tahu dia kalau lo lagi sama gue ke cafe?" tanya Lintang yang dibalas anggukan oleh Lisa.
"Ck! Kenapa lo kasih tahu? Pantes aja dia marah."
"Ya gue kan gak tahu kalau lo gak ngasih tahu dia. Udah lah gak usah peduliin dia. Lagian, lo kan gak cinta sama dia, buat apa juga lo mikirin dia."
"Tapi, tetap aja lo gak boleh kayak gitu. Gue gak mau ya lo jawab telfon gue kayak tadi lagi. Gue gak mau Vanka salah paham sama gue."
"Vanka aja terus yang lo pikirin. Lo udah suka ya sama dia?"
"Gue gak suka sama dia. Udah deh gak usah nanya itu terus."
Lisa berdecak pelan. Ia tidak akan membiarkan Lintang jatuh cinta pada Vanka. Sampai kapanpun ia tidak akan rela Lintang jatuh ke pelukan cewek lain.
"Lo tahu Tang, gue sayang sama lo," ucap Lisa sambil tersenyum.
Lintang hanya tersenyum tipis, tanpa membalas ucapan Lisa.
"Lo juga sayang kan sama gue?" tanya Lisa.
"Em, iya."
Lintang memang menyukai Lisa. Ia sangat menyukai gadis yang ada di hadapannya ini. Tapi, ia tidak tahu apa dia akan tetap menyukai Lisa atau tidak.
**********
Hari ini adalah hari yang paling tidak menyenangkan bagi Vanka. Bagaimana tidak, tadi pagi saja Lintang tidak menjemputnya sehingga ia harus berangkat dengan ojek online. Padahal Vanka sudah menghubungi cowok itu, tapi Lintang seolah mengabaikannya.Dan, saat ia tiba di sekolah, Sela dan Lia malah mendiaminya. Vanka mencoba mengajak mereka mengobrol, namun mereka hanya diam."Pagi Vanka," sapa Vino yang berjalan memasuki kelas Vanka.Vanka yang masih berusaha mengajak kedua sahabatnya mengobrol pun menoleh pada Vino."Kenapa Vin?" tanya Vanka."Tadi lo berangkat sama Lintang?"Vanka menggeleng. "Enggak. Tadi pagi gue chat dia aja gak dibalas. Emang dia belum datang?""Belum. Apa mungkin dia kesiangan, ya? Tuh anak kan hobinya nge-game mulu.""Tapi belakangan ini dia udah jarang main game. Soalnya gue udah larang dia."Vino manggut-manggut. "Terus dia ke mana, ya? Apa jangan-jangan dia gak datang sekolah?""Coba aja
Pagi ini, Lintang dan Vanka menjadi sorotan murid-murid yang ada di sekolah. Mereka baru saja sampai di sekolah, tapi sudah banyak murid-murid yang mengerubungi mereka."Lintang, Vanka. Lo berdua balikan, ya?" tanya salah satu murid cewek."Iya." Jawaban yang singkat dari Lintang, namun mampu membuat kaum hawa yang ada di sana sakit hati.Mereka berpikir, Lintang akan mencari pengganti Vanka, namun harapan mereka pupus saat mengetahui kalau Lintang dan Vanka sudah kembali berpacaran."Yah, parah banget sih. Padahal kan gue udah berharap lo mau pacaran sama gue," ujar cewek berambut pirang yang tampak centil.Jujur, Vanka tidak suka dengan cewek-cewek yang tampak tidak terima karena Lintang dan dirinya kembali berpacaran. Namun, ia mencoba menutupi rasa kesal dan cemburunya itu. Vanka sudah memutuskan untuk menjadi pacar yang lebih dewasa, yang tidak mudah cemburu. Karena ia sadar, di sekolah ini, Lintang adalah cowok populer yang disukai oleh hampi
"Jadi apa jawabannya?"Vanka menghembuskan napasnya, mencoba menenangkan dirinya."Gue mau balikan sama lo.""Serius? Lo beneran mau balikan sama gue?" tanya Lintang dengan wajah terkejut. Masih tidak menyangka dengan jawaban Vanka."I... iya." Tanpa ragu, Lintang langsung membawa Vanka ke dalam pelukannya. Meskipun terkejut dengan perlakuan Lintang, Vanka tidak bisa membohongi perasaannya kalau ia senang bisa dipeluk oleh Lintang lagi."Makasih Van. Makasih karena udah mau nerima gue lagi. Gue senang banget.""Iya. Sama-sama."Lintang melepas pelukannya."Gue janji gak bakal kecewain lo lagi, Van.""Ini kesempatan terakhir buat lo. Kalau lo kecewain gue lagi, gue gak bakal mau balikan lagi sama lo."Lintang menaruh tangannya di pelipis seperti sikap hormat. "Siap bos.""Ya udah sana pulang.""Kok lo ngusir gue? Kan kita baru aja balikan. Udah lama juga gue gak mampir ke rumah lo, kan?"Vanka
"Maaf karena dulu udah sia-siakan lo. Gue tahu gue gak tahu diri, tapi boleh gak kita balik kayak dulu. Boleh gak gue jadi pacar lo lagi?"Vanka menahan napasnya untuk beberapa saat ketika mendengar ucapan Lintang. Ia tidak menduga Lintang akan meminta balikan dengannya. Karena ia pikir cowok itu masih menyukai Lisa."Bukannya lo suka sama Lisa? Kok minta balikan sama gue?" tanya Vanka mencoba menghilangkan rasa gugupnya."Gue gak suka sama Lisa, Van. Gue sukanya lo.""Please kasih gue satu kesempatan lagi, ya?""Kasih gue waktu dulu buat mikir, ya."Lintang tersenyum lalu mengangguk. "Oke. Tapi jangan lama-lama, ya. Soalnya gue gak bisa nunggu lama-lama.""Kenapa gak bisa nunggu lama-lama?""Karena kalau gue nunggu lama, ntar gue diambil cewek lain lagi. Emangnya lo rela gue sama cewek lain?""Rela-rela aja tuh," jawab Vanka cuek."Yakin?""Yakin.""Yakin aja atau yakin banget?""Yakin banget
Pagi-pagi sekali, Lintang sudah berada di depan rumah Vanka. Cowok itu merapikan rambutnya sembari menatap kaca spion motornya."Ngapain ke sini?" Pertanyaan Vanka membuat Lintang langsung beralih menatap cewek itu lalu tersenyum."Mau jemput lo lah. Gue kan udah chat lo.""Gue gak mau berangkat bareng lo.""Gue gak mau dengar penolakan dari lo." Lintang menarik pelan lengan Vanka lalu memakaikan helm pada gadis itu."Gue bilang gue---" Ucapan Vanka terhenti saat Lintang menempelkan jari telunjuknya pada bibir Vanka."Please, Van, sekali ini aja jangan nolak gue. Kasih gue kesempatan sekali lagi."Vanka tidak membalas ucapan Lintang, tapi ia berjalan mendekati motor Lintang. Hal itu membuat Lintang sedikit kecewa, tapi itu tidak masalah. Karena setidaknya, Vanka mau berangkat bersamanya."Buruan!""Iya."*****"Loh, Lintang sama Vanka berangkat barengan? Bukannya mereka udah putus, ya?""Iya sih mere
Vanka duduk di samping Lisa. Cewek itu sedang berada di rumahnya. Vanka cukup terkejut karena cewek itu tiba-tiba datang ke rumahnya. Apalagi mereka tidak akur, jadi wajar saja kalau Vanka merasa heran dan aneh."Ngapain lo ke sini?" tanya Vanka."Gue mau minta maaf.""Minta maaf buat apa?""Karena gue udah kirimin videonya Lintang sama Evan," jawab Lisa.Terlihat jelas dari raut wajah Lisa kalau cewek itu menyesal akan perbuatannya."Jadi lo yang kirim videonya?" Vanka tidak menduga kalau Lisa adalah orang yang mengirim video tersebut. Pasalnya, cewek itu tidak memiliki nomor Vanka.Lisa mengangguk pelan. "Iya. Gue pikir dengan lo putus dari Lintang, gue bisa sama Lintang. Gue pikir Lintang masih suka sama gue, tapi ternyata enggak. Perasaannya udah gak buat gue lagi.""Sekarang lo bisa kejar dia lagi, Lis. Karena gue udah gak cinta lagi sama Lintang." Lisa segera melepas tangan Vanka dari tangannya.Lisa menggeleng. "Eng