Share

Bab 0 - Awal Mula

Bab 0 - Awal Mula

Bagian 1

Dua orang berlari melewati hutan yang mulai membakar seluruh pohon, hewan-hewan berlarian bersama mereka sambil berusaha menghindari api yang jatuh dari langit. Mereka berdua membawa seorang anak kecil—yang sepertinya terpisah dari orang tuanya. Anak itu terus menangis sampai membuat pundak yang menggendongnya basah karena air matanya.

“Andreana, bisa kau gendong anak ini?” katanya sambil mengeluarkan sebuah pedang Excalibur di pinggangnya

“Baiklah” jawab seorang wanita bernama Andreana dan mengambil anak tersebut dari pangkuan pria itu“Apa yang akan kau lakukan Richard?”

Pria bernama Richard langsung mengeluarkan Excalibur dari sabuknya, sarung pedang Excalibur dia lepas lalu dia arahkan kepada Andreana.

“Tung— Apa yang kau lakukan Richard!”  teriak Andreana.

Richard lalu menggenggam erat sarung pedangnya, sirkuit sihir dia keluarkan dari lengannya dan mengalir ke seluruh sarung pedangnya. Sarung pedang itu langsung mengeluarkan sirkuit sihir yang terlepas di udara. Perlahan Avalon mulai meleburkan diri dengan sirkuit sihir tersebut sambil menyelimuti Andreana beserta anak itu.

Andreana sepertinya paham apa yang akan dilakukan Richard, “Richard!—”

“Kau harus tetap hidup Andreana.” ucap Richard

“Tapi—”

“Berjanjilah! Teruslah hidup Andreana! Dan aku akan berjanji akan kembali jika kau tetap hidup!”

Richard lalu berhenti, dia berbalik dan mulai menghadapi api yang mulai mendekati mereka. Andreana mulai menghentikan larinya, tapi Richard langsung mengangkat pedangnya.

“Berikanlah aku perlindungan Avalon, selamatkanlah aku dan berikan jalan padaku.” ucap Richard dengan lantang.

Excalibur langsung bersinar dan sinar tersebut langsung mendorong Andreana menjauh.

“Richard!” teriak Andreana sambil menahan dorongan sinar Excalibur

Dia menarik tangannya mencoba menggapai Richard, tapi sinar tersebut semakin terang dan tubuhnya terangkat dan terhempas. Andreana berusaha memanggilnya lagi, tapi tubuhnya sudah dibawa jauh oleh sinar Excalibur. 

Sesaat Richard menoleh dan mengatakan sesuatu, tapi Andreana tidak bisa mendengarnya. Apa yang dia katakan? Apa yang dia lakukan? Dan kenapa dia tidak ikut bersamanya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berulang-ulang di dalam otaknya hingga dia sudah tidak bisa melihat Richard itu lagi.

Bagian 2

Seorang gadis duduk bersimpuh, dia bersandar di sebuah pohon apel, Seperti orang mati dia menatap langit dengan pandangan kosong. Bahkan ketika lalat hinggap di atas hidungnya dia tidak merasa terganggu.

“Andreana!”

Seseorang memanggilnya, gadis bernama Andreana itu lalu berdiri. Masih dengan pandangan kosong, dia menyentuh pohon apelnya dan pohon apel itu lalu berubah menjadi pedang. Dia masukkan pedang itu ke dalam sarungnya dan berjalan mendekati orang yang memanggilnya.

Andreana menatap orang tersebut masih dengan pandangan kosong membuat orang itu merasa kasihan dengannya. Kematian Richard memang menurunkan moral seluruh Ksatria Kudus Templar, tapi Andreana lebih parah, dia bahkan tak bisa diajak berbicara.

“Anu…. Andreana?” tanyanya.

Andreana lalu melewati orang tersebut dan berjalan menuju ke sebuah tenda pendaftaran misi bunuh diri.

“Tunggu Andreana!” teriak orang itu sambil menahan tangan Andreana.

Andreana menatapnya lagi, orang itu mulai ketakutan karena tatapan Andreana sudah seperti ikan mati. Orang itu mundur selangkah. Setelah itu Andreana berbalik dan berjalan meninggalkan orang itu.

“Andreana!” panggil orang itu lagi dan Andreana berhenti.

“Leon….” Kata Andreana sambil menoleh “Apa Richard sudah pulang?”

Eh? Leon terkejut mendengarnya. Bukankah Richard sudah meninggal? Kenapa Andreana bertanya seperti itu. Leon ingin mengatakan kenyataan bahwa Richard sudah mati tapi Andreana lalu berbalik

“Aku akan menjemputnya pulang Leon, aku akan menjemputnya pulang. Pasti.” kata Andreana sambil berjalan masuk ke dalam tenda tersebut.

Andreana lalu menulis namanya ke dalam formulir tersebut dan memberikannya kepada pengurus. Pengurus itu sedikit kaget melihat nama Andreana, tapi dia juga tidak bisa berkomentar apa-apa setelah melihat wajah Andreana.

Setelah namanya diterima oleh pengurus tersebut. Andreana lalu pergi dan meninggalkan tenda itu. Dia lalu bertemu dengan Leon lagi, Leon berusaha menghentikan Andreana tapi dia langsung memukul Leon. 

Andreana lalu melangkahi tubuh Leon yang terkapar setelah dia pukul, dia mengambil misi bunuh diri yang sudah ditempelkan di sebuah papan. Dia langsung berangkat dengan menaiki kuda dan meninggalkan tempat tersebut.

Bagian 3

Beralaskan tanah dan beratap dedaunan pohon. Suara angin yang mengalir dengan syahdu memberikan tarian yang indah pada sebuah perapian. Disana duduk seorang pemuda yang sedang meracik obat sambil menghubungkan sirkuit sihir pada tubuhnya ke seorang wanita yang berbaring lemas dan tak berdaya. 

Si wanita itu memegang sebuah tongkat yang berkelip dengan pelan dan menyinari wajahnya yang meringis kesakitan. Di sampingnya terdapat 2 pedang dan sebuah kertas yang bertuliskan misi yang sedang dijalaninya.

Pemuda itu membaca tulisan yang terdapat pada misi itu, itu adalah misi bunuh diri dimana perintahnya adalah membawa kembali pedang Excalibur.

“Apakah kau masih bisa bertahan?” tanya pemuda itu saat melihat si wanita itu membuka matanya, dia lalu mengembalikan kertas misi bunuh diri itu dan diikatnya ke 2 pedang tersebut

Wanita itu tidak tidak bisa menjawab, nafasnya sedikit tak beraturan. Si pemuda itu lalu mengambil obat yang baru diracik dan membantunya dia minum. Nafasnya kembali normal, tapi dia masih belum bisa berbicara.

Pemuda itu lalu memegang dahi wanita itu untuk memeriksa suhu tubuhnya. Saat Pemuda itu ingin mengambil air minum, si wanita berusaha mengangkat tangannya yang gemetaran. Pemuda itu lalu menerima tangannya dan memegangnya.

Si wanita meliriknya sambil terus mengambil nafasnya. Dia berusaha untuk tetap sadar sambil mencoba menggenggam erat tangan pemuda itu.

Setelah itu muncul sebuah sinar putih dari atas yang tiba-tiba menyinari mereka, sinar itu membawa bendera salib berwarna merah. Bersamaan dengan itu turunlah Ksatria Kudus yang langsung mendekati mereka, si pemuda itu lalu ditarik tangannya oleh Ksatria Kudus tersebut dan dia disuruh untuk tiarap. Mereka mengikat pemuda itu dengan sihir mereka dan membentuk penjara salib yang mengelilinginya.

Si wanita sendiri lalu dibawa oleh ksatria Kudus yang lain, mereka lalu mengangkatnya dengan sebuah tandu dan dibawa terbang oleh ksatria Kudus. Si Wanita itu merasa lega bala bantuannya datang, tapi dia kehilangan tangan pemuda yang menolongnya. Dia berusaha menoleh untuk mencoba mencarinya dan dia melihat pemuda itu dikunci oleh salib yang para ksatria Kudus buat. Pemuda itu terlihat tak berdaya saat para ksatria kudus menyiksanya.

Si wanita berusaha mengangkat tangannya dan berusaha menggapai pemuda itu, tapi tak bisa diraihnya. Para ksatria kudus langsung membawa wanita itu pergi.

“Mu….hanov.” dengan lirih dia berusaha memanggil nama pemuda itu dan dia langsung dibawa jauh oleh para ksatria kudus

Bagian 4

Suara langkah kaki yang berat menggema ke seluruh dinding, suara juga itu membangunkan beberapa orang yang berada di balik jeruji besi. Dia berjalan sambil menyeret seseorang. Dia memegang kerah orang tersebut dengan kuat sampai orang itu tidak bisa berjalan dan hanya bisa diseret olehnya

“Grand Master Andreana. Aku mohon lepaskan aku. Aku bisa berjalan sendiri.” rintih orang tersebut.

Wanita bernama Andreana itu menambah kecepatan berjalannya sampai membuat suaranya lebih bergema lagi. Dia tidak mempedulikan rengekan orang itu dan terus berjalan sampai ke ruangan yang dia tuju.

Di ruangan itu, terpenjara seorang pemuda yang diikat dengan rantai berwarna emas. Terlihat pemuda itu begitu kurus karena tidak diberi makan. Andreana langsung marah saat melihatnya, dia lalu menjambak orang yang dipegang dan kepalanya dipukul ke jeruji besi itu

“Buka!” teriak Andreana dengan keras.

“Akan aku bu—” 

Kalimat orang itu terpotong saat wajahnya ditabrakkannya lagi.

“BUKA!”

“Baik! Baik! Aku—”

Ditabraknya lagi lebih keras.

“BUKA!”

“Aku akan membukanya, aku akan membukanya. Kumohon Grand Master, ampuni aku—Arrgghhh.”

Andreana menjambaknya lagi dan melemparkan orang itu ke pintu tersebut. Dengan buru-buru orang itu langsung mengeluarkan kunci pintu jeruji besi sambil merapalkan mantra dan terbukalah pintu itu. 

Rupanya orang tersebut adalah Penjaga Tahanan.

“Menyingkir!” Andreana langsung memukul kepala penjaga Tahanan tersebut.

Andreana lalu masuk dan berlari menuju pemuda yang dirantai di sana, dia lalu berlutut dan memeriksa keadaannya. Dia bisa melihat banyak memar di wajah pemuda itu, tubuhnya juga sangat kurus dan rambutnya hitamnya terlihat memutih semua. Andreana lalu menyentuh pipi pemuda itu dengan lembut.

“Maafkan aku, maafkan aku, Muhanov” ucap Andreana menangis sambil berusaha mengalirkan MP ke pemuda itu dengan tangannya.

Pemuda yang bernama Muhanov itu perlahan membuka matanya, dia mencoba melihat seseorang yang ada di depannya. Dia melihat ada seorang wanita menangis di depannya.

“Kau…. siapa?” kata Muhanov dengan lirih

“Ini aku, Andreana, Andreana Sheffield.” kata Andreana sambil menghapus air matanya.

 “Andre...ana?” 

Setelah mengatakan itu, Muhanov langsung pingsan.

“Tidak…. Tidak…. Tidak….. TIDAAAAAKKKK!!” teriak Andreana.

Andreana lalu berdiri, dia mencabut pedangnya dari sarungnya dan langsung memotong rantai yang mengikat Muhanov.

Muhanov lalu diangkatnya. Dia lalu membawanya keluar dari penjara itu tapi langkahnya terhenti saat penjaga tahanan langsung menahannya

“Grand Master Andreana, kau tidak kuizinkan untuk—”

Kalimat penjaga itu terpotong saat Andreana langsung menendangnya sampai jatuh, tubuhnya langsung diinjak dengan keras dan Andreana menghunuskan pedangnya ke arah lehernya.

“Mau mati?” tanya Andreana.

Penjaga Tahanan berusaha tegar melihat senjata suci yang sekarang menempel di lehernya, “Aku sebagai penjaga hanya melaksanakan tugas Grand Master. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku melanggar aturan—”

“AKULAH PERATURANNYA.” teriak Andreana sambil mengangkat pedangnya “Jika kau melanggar apa yang aku atur, aku akan membunuhmu di sini”

“Baik-baik. Ampuni aku Grand Master, tolong jangan bunuh aku.” 

Andreana menginjak tubuh Penjaga Tahahan itu lebih keras lagisampai rasanya tulangnya mau hancur.

“Sekarang, lepaskan kunci rantainya!” teriak Andreana

Si penjaga itu langsung mematuhi perintah Andreana. Dia mulai merapalkan mantra dan menghilangkan rantai yang masih mengikat tangan dan kaki Muhanov. Setelah selesai, Andreana langsung membawanya pergi. Si penjaga itu hanya bisa merintih kesakitan sambil melihat Andreana membawa pergi Muhanov. Tapi Andreana lalu menoleh sebentar kepadanya.

“Aku yang akan bertanggung jawab untuk semua ini. Selamat malam.” kata Andreana sambil berjalan pergi meninggalkannya.

Bagian 5

Muhanov berdiri sambil memandang selat Dover, angin yang sejuk berhembus membuat perasaannya menjadi senang. Dia akhirnya sudah bisa pulang ke Kerajaannya setelah Andreana merawat dia selama 1 tahun di rumahnya. Dia dirawat dan direhabilitasi setelah mengalami penyiksaan di penjara Templar..

Meskipun saat dia dirawat oleh Andreana terjadi banyak masalah di rumahnya saat dia pertama kali dibawa kesana, untungnya Andreana selalu melindunginya. Meskipun begitu banyak sekali kejadian-kejadian yang terjadi selama dia di rumah Andreana.

Tapi….

Sekarang sudah waktunya untuk pulang.

Disana Muhanov sedang menunggu Andreana yang sedang membeli bunga untuknya di jembatan penyebrangan. Dia bisa melihat Andreana sedang berbicara dengan penjual bunga yang menjajakan dagangannya di sekitar pelabuhan.

Andreana ditemani oleh seorang pelayan yang membawa barang Muhanov, dia ikut mengantar Andreana untuk membantu memilihkan bunga yang ingin dia beli. Setelah selesai, dia lalu menghampiri Muhanov.

“Ini bunga mawar merah untukmu.” kata Andreana sambil memberikan 3 tangkai bunga mawar.

“Terima kasih Andreana.” Kata Muhanov.

Mereka sambil menatap satu sama lain selama beberapa saat.

“Andreana. Terima kasih sudah merawatku selama ini.” ucap Muhanov

“Sama-sama” balas Andreana sambil tersenyum “Dan Muhanov?” Andreana memalingkan matanya “Kau benar-benar menerima lamaranku kan?”

Andreana terdengar malu-malu saat mengatakannya.

“Iya. aku menerimanya.” jawab Muhanov

Muka Andreana memerah.

Lalu suara peluit kapal tiba-tiba berbunyi dengan keras menandakan bahwa kapal itu akan berangkat.

“Ah, kapalnya akan berangkat, Andreana.” kata Muhanov sambil menerima kopernya dari pelayan Andreana “Kalau begitu sampai jumpa lagi ya.” Muhanov lalu berjalan ke jembatan penyebrangan

“Muhanov!” teriak Andreana membuat Muhanov menghentikan langkahnya dan menoleh kepadanya, “Tunggulah aku Muhanov. Aku akan kesana untuk menemuimu.”

“Ya! Aku akan menunggumu.” kata Muhanov sambil melambaikan tangannya, dia lalu berjalan ke kapal itu.

Jembatan penyebrangan kapal lalu ditarik, Andreana bisa melihat Muhanov yang berdiri di pinggir kapal. Dia melambaikan tangannya kepadanya dan Muhanov membalasnya. 

Andreana terus melambaikan tangannya sampai kapal itu menjauh dan Muhanov sudah tidak kelihatan lagi.

Bagian 6

Seorang ratu duduk di singgasananya, dia sedang menunggu tamu yang akan datang kepadanya pagi hari ini. Sambil menunggu dia menikmati buah-buahan yang ada di meja kecil di sampingnya.

Pintu lalu diketok, tamu yang akan menemui sang ratu akhirnya tiba. Ratu tersebut lalu mempersilahkan mereka masuk dan masuklah seorang pemuda bersama seorang wanita di sampingnya.

Pemuda itu mengenakan jubah penyihir berwarna abu-abu cerah, sedangkan si wanita mengenakan setelan pakaian warna abu-abu gelap dengan sebuah pedang menempel di pinggangnya.

Ratu lalu membersihkan tangannya lalu berdiri. Dua orang itu lalu berlutut di depannya.

“Kalian boleh berdiri sekarang.”  ucap Ratu tersebut lalu berjalan mendekati mereka.

Ratu itu lalu mendekat dan memegang tangan wanita tersebut.

“Selamat datang Muhanov Merlinstone dan Andreana Sheffield.” kata ratu itu dan Andreana menunduk kepadanya, “Namaku Sofia Merlinstone, aku adalah Ratu di Kerajaan Vangarian.”

“Terima kasih sambutannya, Yang Mulia Ratu Sofia.” balas Andreana dengan sopan.

Ratu Sofia tersenyum, dia lalu menoleh kepada pemuda di sebelahnya.

“Muhanov, apakah kau sudah siap?”

Pemuda bernama Muhanov itu lalu mengangguk. Ratu Sofia juga ikut membalas mengangguk. Ratu Sofia lalu menoleh kepada Andreana dan melihat matanya yang seperti mau keluar air mata, dia langsung mendekatinya dan berbisik di telinganya

“Simpan dulu air matamu. Air matamu terlalu berharga jika kau jatuhkan sekarang.” kata Ratu Sofia sambil berjalan mundur “Muhanov, pegang tangan Andreana. Aku akan mengantarkanmu ke Pohon Dewi Narrum.”

Muhanov mengangguk, dia lalu memegang tangan Andreana. Dia menoleh sebentar kepada Andreana tapi Andreana hanya menunduk.

Ratu Sofia lalu menerima tongkat yang diberikan oleh pelayannya, dia mengangkat tongkatnya dan muncul sebuah jam dan membukakan sebuah portal. Ratu Sofia lalu masuk ke dalam portal tersebut diikuti oleh Muhanov dan Andreana di belakangnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status