Mu Tian Rui, menundukan kepalanya memberi hormat kepada Kakek Liu. Meski gadis desa namun Tuan Mu mendidik Mu Tian Rui dengan etika sopan santun yang ketat.
"Gadis ini terlihat polos dan sopan," pikir Kakek Liu.
"Apa kau sedang menangkap ikan?" tanya Kakek Liu.
"Ya, aku akan memasaknya untuk menu makan siang," jawab Rui.
"Siapa namamu?" tanya Kakek Liu.
"Mu Tian Rui?" Jawabnya.
"Ikan itu terlihat sangat segar, bolehkah aku juga mencicipinya!" pinta Kakek Liu.
Demi menghormati yang lebih tua, Rui tidak berani menolak, meski jika Kakek Liu ikut makan siang dengan mereka itu artinya tidak ada lauk untuk makan malam.
"Dengan senang hati, aku Mu Tian Rui mengundang Tuan Besar untuk makan siang di rumahku," jawab sopan Rui.
Kakek Liu memperhatikan etika sopan santun Rui, meski gadis desa namun sikap dan tutur kata kepada yang lebih tua sangat baik.
Kakek Liu memandang kepada Asisten Chen, agar tidak mengikutinya. Asisten Chen puh mengangguk.
"Tunggulah di kediaman Nyonya Song!" Perintah Kakek Liu.
"Baik Tuan," jawab Asisten Chen.
Rui berjalan agak dibelakang Kakek Liu, menjaga jika seandainya Kakek Liu jatuh, maka dia akan segera menangkapnya. Kakek Liu menyadari hal ini lalu mencoba mengujinya dengan berpura-pura akan terjatuh.
Rui dengan cepat melempar semua benda yang dia pegang di tangannya, lalu segera menangkap Kakek Liu.
"Tuan besar, apa baik-baik saja?" tanya Rui.
"Ya aku baik-baik saja," jawab Kakek Liu dengan tersenyum senang.
Sesampainya di rumah, Rui dengan segera membukakan pintu gerbang kayu rumahnya. Rumah Rui berarsitektur rumah tua jaman kuno Tiongkok dengan ukiran kayu yang kental. Meski tidak besar dan rumah tua namum Rui merawatnya dengan baik karena bagi Rui ini seperti melestarikan sebuah budaya.
Kakek Liu sangat menyukai rumah tua Rui ini. Ini seperti kembali ke jaman-jaman kerajaan. Begitu indah dan menenangkan.
"Silahkan masuk Tuan," ujar Rui.
"Ayah, hari ini kita kedatangan tamu istimewa," ujar Rui yang melihat Ayahnya tengah menunggu di depan pintu rumah mereka.
"Ah sungguh suatu kehormatan kami bisa menjamu Tuan Besar," ujar Tuan Mu dengan hati senang.
Sudah sangat-sangat lama tidak ada yang bertamu ke rumah mereka, terkecuali Nyonya dan Tuan Gu yang kerap datang membawakan beras untuk mereka.
"Tuan Besar silahkan masuk, aku akan segera memasak untuk makan siang," ujar Rui.
Kakek Liu pun masuk den melihat diatas meja ada xiangqi, catur tiongkok yang sarat dengan strategi.
Bentuk bidak-bidaknya sederhana. Kayu bulat besar dengan aksara Mandarin. Warna bidaknya serupa. Yang membedakan adalah warna huruf yang terukir di atasnya, hitam dan merah.
"Apakah kau bermain Xiangqi?" tanya Kakek Liu.
"Ya putriku terkadang menemani ku bermain," jawab Tuan Mu.
"Ini sungguh langka, jaman kini sedikit sekali yang berminat pada permainan catur ini," pikir Kakek Liu.
"Apa kau mengetahui tentang sejarah catur ini?" tanya Kakek Liu menguji.
Rui membawa teh yang baru saja diseduhnya dan mendengar pertanyaan Kakek Liu lalu segera saja menjawabnya.
"Penciptanya adalah jenderal dari pasukan Han, Han Xin," jawab Rui.
Kakek Liu tersenyum mendengar jawaban Rui, "Lalu apalagi yang kau ketahui?" tanya Kakek Liu.
"Meski agak sombong, menurut para petinggi dan pasukan saat itu, dia adalah orang cerdas. Terutama dalam strategi perang. Han Xin dikenal mahir dalam perang gerilya," jawan Rui.
"Xiangqi awalnya dibuat menjadi hiburan bagi para tentara ketika sedang menganggur. Namun, karena mengandalkan otak, secara tidak langsung permainan itu membuat tentaranya semakin terlatih dalam menjalankan strategi. Secara tak langsung, xiangqi menjadi alat untuk menyusun strategi perang, "Jelas Rui.
"Dulunya xiangqi ini hanya ada di kalangan tentara dan orang elite. Tapi, kemudian menyebar ke masyarakat luas,” Rui menambahkan penjelasannya.
"Gadis pintar," jawab Kakek Liu.
"Maukah bermain denganku, Tuan Mu?" tanya Kakek Liu.
"Tentu tuan dengan senang hati," jawab Tuan Mu.
Permainan mereka terhenti ketika Rui memanggil mereka untuk makan siang. Rui memhuat makanan tradisional berupa ikan kuah acar. Hidangan berkuah ini berisi ikan dengan sayur sawi asin. Ikan diiris dengan tipis dan di lengkapi dengan irisan cabai merah. Rasanya seperti sup ikan, asam, pedas, gurih.
Kakek Liu terlihat Antusias dengan menu makanan yang Rui masak meski hanya nasi dan satu lauk.
Kakek Liu merasa puas dengan karamah tamahan Rui dan ayahnya, padahal mereka tidak mengetahui siapa sebenarnya dirinya, namun mereka sudah menjamunya dengan sangat baik. Bagi Kakek Liu nilai-nilai kesopanan dan ketulusan seperti ini sungguh sangat langka dimiliki oleh orang-orang jaman kini.
"Tuan aku akan mengantarkan Tuan kembali," ujar Rui.
"Ya itu akan menjadi sangat baik, jawab Kakek Liu dengan senang hati.
Rui menuntun Kakek Liu menuju ke rumah Tante Song. Rui tentu saja mengenali rumah tante Song. Asisten Chen yang melihat Tuan Besarnya telah datang segera menghampiri.
"Tuan, mereka telah menunggu Tuan sedari siang tadi," ujar asisten Chen.
"Itu sudah tidak diperlukan lagi, aku sudah menemukan orangnya," jawab Kakek Liu.
Asisten Chen melihat kearah Rui, "bukankah ini gadis tombak di sungai tadi," pikir asisten Chen.
Kakek Liu mengajak Rui masuk, semua melihat ke arah Rui yang berjalan bersama Kakek Liu masuk ke ruang tamu Tante Song.
Sementara asisten Chen mengatakan kepada Tante Song, bahwa Tuannya sudah menemukan calon menantu untuk keluarga Liu dan memintanya agar para gadis yang hadir disini untuk pulang ke rumah mereka.
Setelah Tante Song memulangkan para gadis yang telah lulus seleksi, Tante Song menuju ruang tamu menemui Kakek Liu.
"Tuan Liu," sapa Tante Song.
Tante Song melihat ke arah Rui, "gadis ini …" gumam Tante Song.
"Tuan aku dengar, Tuan Liu sudah membuat keputusan," ujar Tante Song.
"Ya aku memilih gadis ini," ujar Kakek Liu.
Rui masih belum memahami situasinya. Tante Song memandangi Rui, "bagaimana gadis ini mengenal Tuan Besar Liu," pikir Tante Song.
"Tuan! gadis ini bahkan tidak ikut dalam seleksi," ujar Tante Song.
"Aku sendiri yang menyeleksinya dan dia lulus seleksi," jawab Kakek Liu.
Tante Song "…"
Rui "…"
Kakek Liu berdiri, "Gadis pintar, sampai bertemu lagi nanti," ujar Kakek Liu dan bergegas pergi meninggalkan kediaman Tante Song.
Rui memandangi Tante Song dengan kebingungan, "Ini …. sebenarnya ada apa?" tanya Rui.
"Kau …" Tante Song sedikit meragu.
"Kau baru saja terpilih menjadi menantu keluarga Liu," jawab Tante Song.
Rui sungguh terkejut, hanya membawa seorang Kakek asing ke kediamanmya lalu tiba-tiba dirinya telah dipilih menjadi seorang menantu.
"Tapi …" ujar Rui masih dalam kelimbungan.
"Bersiaplah, keluarga Liu akan datang melamarmu nanti," ujar Tante Song.
Rui "…"
Rui berjalan pulang dengan masih penuh kelimbungan, "Menantu .... menikah," pikir Rui."Lalu bagaimana dengan ayah," pikir Rui lagi."Tidak aku tak ingin menikah," gumam Rui dalam hati.Rui memasuki rumah dengan hati lemas gundah. Tuan Mu memperhatikan ada sesuatu yang aneh."Ada apa ?" tanya Tuan Mu.Dengan tiba-tiba saja Rui memeluk Ayahnya, "hei ada apa ?" tanya lembut Tuan Mu."Aku sangat menyayangi Ayah," jawab Rui."Ya, ya Ayah tahu. Kau adalah putri kesayangan Ayah dan satu-satunya Harta Ayah," jawab Tuan Mu.Sementara itu di London, Zyan nampak tidak perduli dengan pengaturan pernikahannya.
Nyonya Gu yang mendengarnya merasa tak senang hati, lalu melabrak para gadis yang sedang membicaraka Rui miliknya."Hei kalian ini para gadis, menggosipkan orang seenaknya saja!" Ucap Nyonya Gu dengan marah."Hei Nyonya, apa yang kami ucapkan benar lho. Gadis miskin seperti Rui jika bukan karena memakai sihir lalu bagaimana bisa mendapatkan Tuan Muda Liu," jawab salah satu dari mereka."Kau …" pekik Nyonya Gu seraya ingin memukul gadis itu namun ditahan oleh Tuan Gu.Mereka pasti akan mati berdiri, jika saja tahu Mu Tian Rui hampir menolak lamaran itu, jika bukan karena tadi Nyonya membujuknya bisa jadi Mu Tian Rui menolak lamaran Keluarga Liu."Jika kalian bercermin dengan cermin dewa maka yang terlihat pasti bukan wa
Kakek Liu benar-benar ingin segera menimang cucu, Kakek Liu meminta kepala pelayan untuk memastikan baju-baju tidur untuk Rui semua baju tidur yang berpotongan seksi.Rui masuk ke kamar mandi di kamar mereka, lalu mulai membuka sendiri baju pengantin Tradisional yang berwarna merah itu.Rui menatapi dirinya di kaca, sungguh yang dia lihat hanyalah seorang pengantin yang tidak memiliki senyum indah bahagia karena baru saja menikah.Rui keluar dengan memakai kimono handuk untuk menutupi tubuhnya, Rui membuka lemari pakaian mereka, dan hanya melihat deretan baju tidur yang seksi.Rui terperanjat melihatnya, "ini …. tidak mungkin aku memakai baju yang kekurangan bahan seperti ini," pikir Rui.Rui menggigit bibirnya lalu melirik
Zyan melarang Rui, untuk tidak pergi kesungai lagi karena tak tahan membaca komentar-komentar netizen pria yang sangat memuji Rui karena cantik dengan kulit seputih salju. Kakek Liu meminta Rui menginap beberapa hari di rumah utama. Keseharian Rui di lalui dengan begitu natural seperti sudah bertahun-tahun lamanya mengenal Kakek Liu. Bahkan Zyan cucu kandungnya sendiri tidak sedekat ini. Rui memasak untuk Kakek Liu, Rui menemani Kakek Liu bermain catur. Bagi Kakek Liu orang yang pandai bermain catur adalah orang yang pandai berstartegi, paham kapan harus diam dan kapan harus menyerang. Ketika sedang bermain catur Kakek Liu memberi nasehat kepada Rui. "Pandai-pandailah menjaga diri," nasehat Kakek Liu. "Akan ada lebih bany
Rui pun pergi bersama Shi Jin, sementara Asisten Fu membawa Bibi Ye ke kediaman Zyan.Setelah mengantar Bibi Ye, Asisten Fu kembali keLiu Corporation dan melaporkan kepada Zyan bahwa Nyonya Muda memilih tinggal bersama siswi-siswi di penginapan mereka tanpa Bibi Ye.Zyan yang mendengarnya hanya diam dingin. Zyan berdiri mengambil jasnya, "Biarkan saja," ujarnya dan bergegas pergimeeting.Malam hari, sesampainya di Mansion. Zyan sudah mencium bau harum masakan Bibi Ye, "Tuan Muda!" sapa Bibi Ye."Makan malam sudah siap," ujar Bibi Ye."Emm …" jawab Zyan.Zyan menarik kursinya dan memulai makan malamnya sendiri di meja makannya yang besar itu.
Zyan menatapi kedua mata Rui yang nampak polos tersebut. Satu tahun menikah ini kali pertama mereka sedekat ini."Emm ..." gumam desah Rui lagi.Rui mensusutkan tubuhnya kepelukan Zyan, mau tak mau Zyan merasakan halus kulit istri yang sedang memelukinya ini."Tuan Muda Liu, apa kau benar-benar tidak menginginkanku?" tanya manja Rui."Jika enggan menikah, mengapa kau bersedia menikahiku dan mengambil kebebasanku," ujar Rui lagi."Apa kau ingin bebas?" tanya Zyan seraya menapuk dagu Rui, agar menatapnya. Rui mengelus lembut pipi Zyan dengan jarinya."Ya aku ingin bebas seperti dulu, mandi di sungai, bebas mengejar kupu-kupu, mencoba dedaunan yang bisa kujadikan makanan meski terkadang terac
Zyan mengetuk-ngetukan jarinya dimeja mahoni solidnya, "aku ingin dia tidak bisa berkuliah di universitas mananapun di tiongkok!" perintah Zyan kepada asisten Fu.Ingin mencoreng Rui, bagi Zyan itu sama saja ingin mengusik keluarga Liu.Ini sudah termasuk hukuman sekaligus pengampunan yang Zyan berikan. Hanya sekedar mendapatkan hukuman tidak bisa berkuliah di universitas manapun.Emilly terbujuk rayuan Qi Shan, karena dibutakan oleh kecemburuannya tehadap Rui yang terlihat dekat dengan Shijin. Emilly berpikir bahwa Qi Shan akan melindunginya jika terjadi sesuatu, namun tak disangka Qi Shan malah menghianatinya.Di rumah keluarga Ye, terang saja mereka marah karena kebodohan Emilly yang berani-berani menyinggung Keluarga Liu. Keluarga Ye memutuskan mengirim Emilly ke luar negri,
Rui membuka kotak coklat tersebut, lalu mengambil satu bungkus dan membukakannya untuk Tuan Mu. Rui menyuapi Tuan Mu."Enak tidak?" tanya Rui.Tuan Mu mengangguk dan tersenyum, Bibi Ye menperhatikan gerak-gerik ayah dan anak, dan semakin mengerti mengapa Kakek Liu memilihnya menjadi menantu ahli waris utama keluarga Liu."Ayah!" panggil Rui."Kakek mengijinkan aku menginap tiga hari disini," ujar Rui sambil memeluki Ayahnya itu."Ya, ya Ayah sangat senang kau ada di sini," ujar Tuan Mu.Tak berapa lama Tuan dan Nyonya Gu datang untuk melihat Rui. Rui segera saja berhambur kepelukan Nyonya Gu."Aiyooo …" ujar Nyonya Gu.