Share

Chapter 7 : Annoying woman

Sona bisa bernafas lega karena berhasil keluar dari cengkraman Nagara namun belum tentu terbebas untuk besok. Pasti pria menyebalkan itu akan membuat perhitungan pada Sona yang membohonginya. Setelah sampai tempat kos, Sona segera mandi untuk sekedar membersihkan diri dan menenangkan pikiran. Ya, benar. Gadis aneh itu berendam di bak mandi ala kos yang rasanya seperti pada bak mandi orang kaya pada umumnya. 

Sona memikirkan setiap kejadian tadi, ia merasa sangat sial bisa bertemu dengan Nagara. Andai saja waktu itu ia tidak kepo dengan kerumunan mahasiswi norak itu pasti dia tidak akan berurusan dengan Nagara.  Di air bak yang dingin, ia berendam sangat lama sampai jemarinya menjadi keriput. Dirinya tak memperdulikan jika berendam terlalu lama akan sakit.

Kenapa hidupku selalu begini? Kenapa berat sekali hidupku? Aku hanya ingin hidup bahagia dan tenang seperti orang lain, kenapa susah sekali? Batin Sona

Setelah mandi, ia segera mengeringkan badannya menggunakan handuk  Sona memakai pakaian santai lalu berbaring di ranjang. Pikirannya terus terfokus pada Nagara si pria menyebalkan itu. Sona mengacak-acak rambutnya dengan kesal. Bayangan wajah Nagara selalu terbayang di kepalanya. 

Huh ... Kenapa aku memikirkannya? Lebih baik aku tidur saja. Batin Sona.

Sona pun langsung berusaha untuk tidur, ia menarik selimut sampai kepala dan terlelap di ambang mimpi.

****

Keesokan harinya.

Nagara di perbolehkan pulang dan kini harus beristirahat seharian. Dia diperlakukan seperti seorang tuan muda, dirinya terbaring di ranjang bermain game dan memakan buah segar. Sang sekertaris datang dan membawa berkas yang harus ditanda tangani namun Nagara menolak karena hari ini adalah hari liburnya dan tidak mau di ganggu masalah pekerjaan. Sekertaris Kai paham, ia memilih mengalah ketimbang berdebat dengan sang tuan. 

"Oh ya, masalah wanita itu bagaimana? Aku ingin kau menyeretnya kesini," ucap Nagara.

"Saya akan membawanya datang kemari, tuan." 

Nagara lalu mengibaskan tangan untuk menyuruh Sekertaris Kai pergi. Sekertaris Kai mengerti dan dia langsung pergi. Nagara sangat bosan hari ini dan rasanya ingin bermain-main dengan wanita menyebalkan itu. Namun belum apa-apa ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Kenapa wajah wanita itu selalu ada di benaknya?  

Nagara beranjak dari tempat tidur, ia mengambil jaket lalu tangannya meraih kunci mobil. Dia hari ini berencana untuk ke kampus tempat Sona berkuliah. Dia bukannya ingin menemui Sona yang menyebalkan itu namun hanya ingin sekedar berjalan-jalan saja. 

Sebelum keluar dari apartemen, seseorang mengirimkan foto Sona yang di kerjai habis-habisan kemarin. Nagara tersenyum senang ketika melihat wanita menyebalkan itu mendapat karmanya.

Mampuslah, Sona! Kau pikir kau siapa bisa-bisanya bersikap seperti itu padaku? Batin Nagara.

Setelah melihat foto itu, Nagara menyimpan ponselnya lalu bergegas keluar dari apartemen. Namun, ia sangat terkejut saat sang kakek sudah ada di depan kamarnya.

"Mau kemana sedang sakit begini?" tanya Kakek Adhiatma.

"Hem ... mau keluar sebentar mencari udara segar."

Kakek Adhiatma langsung merangkulnya dan mengajak masuk Nagara. Kakek Adhiatma duduk di sofa lalu menatap Nagara dengan tersenyum kecil, Nagara yang masih di depan kakek hanya terheran. Pasti ada maksud terselubung di balik senyuman kakek.

"Gadis itu, kakek menyukainya," ucap Kakek.

"Siapa? Sona? Jika kakek suka ambil saja!" 

Kakek tertawa menggelegar, Nagara hanya bisa mengorek telinganya yang sakit akibat suara tertawa kakek yang sangat keras.

"Maksudku, kakek menyukai Sona jika menikah denganmu. Baru kali ini ada perempuan yang berani denganmu."

Nagara menatap kakek semakin heran, ia bahkan mulai sangat kesal ketika sang kakek membahas menikah lagi. Nagara sudah sangat muak mendengar kata menikah dan menikah. Pria yang sudah cukup untuk menikah itu memilih berjalan menuju pintu. Namun ucapan kakek membuatnya terhenti melangkah.

"Kakek akan mengundangnya makan malam. Pastikan kau datang malam ini!" ucap Kakek.

Nagara mendengus kesal, ia meremas kemarin lalu mulai berjalan keluar dari apartemen. Sang kakek hanya heran dengan sifat cucunya yang seperti itu. Dia yang memilih, dia juga yang pada akhirnya tidak setuju. 

Nagara menuju mobilnya, ia bodoh sekali pada waktu itu membawa Sona ke kakeknya. Wanita itu akan menjadi istrinya? Wanita yang di anggapnya idiot dan aneh mana bisa di jadikan istri? Nagara menyetir mobil dengan sangat kencang, yang awalnya bertujuan ke kampus kini mendadak ingin ke saudara kembarnya yang sudah berkeluarga. 

Dewa, dialah saudara kembar Nagara. Wajahnya sangat mirip dengan Nagara namun sifat mereka bertolak belakang. Sifat Dewa sangat baik dan lembut sedangkan sifat Nagara bertolak belakang. Sebelum datang ke rumah saudara kembarnya. Nagara membelikan beberapa camilan untuk keponakannya. Dia sangat sayang dengan keempat anak Dewa. Melihat anak kecil yang menggemaskan membuat dirinya ingin mempunyai juga namun ia masih ingin sendiri menikmati hidup dalam kekayaan ini. 

Nagara mampir ke sebuah minimarket, ia termasuk royal kepada keponakannya namun sangat pelit pada saudara kembarnya sendiri. Dia tidak ingin Dewa menyaingi dirinya dalam masalah pekerjaan, Nagara ingin dianggap lebih baik dari Dewa.  Setelah membeli, ia segera menuju ke apartemen Dewa secepat kilat. 

*****

Setelah sampai, ia langsung dihampiri keempat keponakannya. Tentu saja para bocah kecil itu menuju plastik yang di tenteng pamannya.

"Baru keluar dari rumah sakit kok sudah keluyuran?" tanya Alona yaitu istri Dewa. 

"Iya kakak ipar, bosan di rumah."

Nagara menghampiri Dewa yang kini sedang libur mengurus toko onlinenya. Mereka lalu mengobrol kesana kemari dan obrolan terpanas mereka mengenai gadis yang berani menendang hidung Nagara. Dewa tertawa terbahak-bahak, ada ya gadis seperti itu? Bahkan sangat membuat Nagara kesal. 

"Cocok banget jika kau jadikan istri, dia bar-bar dan kau arogan," ucap Dewa.

"Cih ... bisa-bisa bertengkar setiap hari jika kami beneran menikah. Eh ... Kakekmu itu urusin. Aku yang menjalani hidup, dia yang ribet sendiri. Aku dipaksa menikah." 

Dewa menepuk bahu saudari kembarnya. Nagara hanya bisa menghela nafas panjang. Dia lebih baik kembali ke Amerika dari pada bertemu dengan kakeknya yang terus menerus memaksanya untuk menikah.

Alona tiba-tiba datang untuk membawakan minuman untuk mereka. Nagara langsung menenggaknya, ia memandang Alona. Jika saja tidak ada insiden itu pasti Nagara sudah menikah dengan Alona. 

"Jangan lihat istriku!" ucap Dewa yang sadar atas tatapan Nagara pada Alona.

Nagara sangat kesal. "Cewek asli seperti istrimu, dia cantik, pandai merawat diri serta harum. Sedangkan gadis menyebalkan itu sudah jelek, rambut berminyak, bau badannya menyengat, huh ... bikin jijik saja," ucap Nagara.

"Hahaha ... makanya jadikan istri lalu ajak dia ke salon biar cantik. Uangmu 'kan banyak jadi jangan pelit-pelit!" sindir Dewa.

Jadikan istri? Wanita itu? Cih ... lebih baik aku menjomblo seumur hidup dari pada harus menikah dengannya. Batin Nagara. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status