Share

PART 02

      Setelah berkata demikian, si bocah membalikkan tubuhnya hendak meninggalkan tempat itu. Mendadak suara cekikikan yang bernada mengejek mengurunkan langkahnya.

      Si bocah segera menoleh ke arah datang suara cekikikan itu. Lihainya pula, begitu si bocah menengok, suara cekikikan itu berhenti. Si bocah mengamati setiap detail rimba dengan seksama yang disertai sikap waspada. Tetapi bayangan pun orang yang tertawa itu tak ada.

     "Kikikikikiki...."

     "Hmm...??"

      Sontak si bocah menoleh ke belakang, dari mana suara cekikikan itu berpindah. Namun lagi-lagi suara cekikan itu berhenti mendadak. Si bocah benar-benar merasa dipermainkan oleh manusia misterius itu. Manusia itu bukan hanya mengeluarkan cekikikan ejekan saja, melainkan suara cekikikan dikirimkan dengan kekuatan tenaga dalam yang cukup tinggi, yang efeknya mampu menisik hingga ke dalam otak si bocah. Andaikata si bocah bukanlah seorang yang tidak memiliki ilmu kedigdayaan apa-apa, maka bisa dipastikan pembuluh-pembuluh darah dan jaringan saraf di otaknya sudah pecah dan putus akibat efek dari suara cekikikan yang mematikan itu.

      "Hmmm! Sekali lagi aku harus berkata, bahwa kau benar-benar manusia pengecut dungu yang pernah kukenal!" berucap si bocah dengan suara datar sambil menahan rasa dongkol di hati.

      "Haii haik haik haik haik...Dasar bocah bodoh! Memangnya kapan kaupernah mengenal manusia lain selain gurumu yang berkulit putih, berhidung pesek, dan bermata sipit itu, he! Haiii haik haik haik haik...!"

      "Ah, buset...!" ucap si bocah kaget, dan serta-merta berbalik arah pandang lagi. Suara tertawa, yang disertai kata-kata yang berisi ejekan, itu telah berpindah lagi ke arahnya yang semula. Namun wujud orang itu lagi-lagi tidak tampak. Benar-benar seperti sesosok siluman.

      "Hai, manusia aneh! Tampakkan dirimu!" membentak si bocah sembari berkacak kedua belah pinggangnya. "Siapakah kau sebenarnya? Darimana kautau tentang Ato-ku, heh...!"

     "Haiiii...haik haik haik...Jelas aku mengenalnya, bocah. Siapa yang tak kenal dengan Hongli, seorang pendekar besar yang di negeri asalnya punya nama besar dengan julukan Wu Ying Jianke  alias Pendekar Tanpa Bayangan? Bahkan siapa dirimu, riwayat hidupmu, dan mengapa kau diberi nama La Mudu, semuanya aku tau...! Haiiii haik haik haik..."

      Lagi-lagi si bocah, alias La Mudu, dibuat lebih kaget luar biasa. Bukan hanya karena suara manusia misterius telah berpindah lagi dari arah belakangnya, tetapi karena manusia itu mengenal sang gurunya dan dirinya! Ketika ia membalikan tubuhnya, manusia misterius itu telah berdiri tegap, tak jauh dengan tempat ia berdiri. Akan tetapi si bocah alias La Mudu tidak mampu melihat dengan jelas sama sekali akan sosok dan wajahnya, karena orang itu telah melindungi seluruh tubuhnya dengan cahaya putih yang menyilaukan mata.

      La Mudu benar-benar dibuat heran sekaligus terpukau terhadap manusia misterius di hadapannya. Di kepalanya mendengung seribu tanya, tentang siapakah gerakan dia? Selama ia hidup dan dibesarkan di Rimba Sorowua, tak pernah ia bertemu dengan manusia lain, kecuali dengan Ato Hongli. Setiap waktu ia hanya bercengkerama dengan laik-laki tua yang dipanggilnya dengan Ato kakek) itu. Artinya, hanya beliaulah yang tau nama dan dirinya. Tentu saja, La Mudu tidak habis pikir, mengapa manusia misterius yang berdiri di hadapannya dengan berselimut cahaya putih mengetahui dengan pasti nama Ato dan dirinya. Siapakah gerangan dia? Apakah dia adalah Ato yang sedang menyamar dan hendak 'bermain-main' dengannya? Tetapi, jika mendengar suaranya, jelas itu bukan suara dari orang yang sangat dikenal oleh La Mudu. Namun La Mudu  bisa memastikan, jika manusia misterius di depannya adalah seorang laki-laki tua. Mungkin seumuran dengan Ato.

      "Hai orang tua, siapakah dirimu sebenarnya? Dan apa tujuanmu mengganggu perjalananku?" bertanya La Mudu dengan suara tegas, pongah, sambil berdiri berkacak pinggang.

      Ditanya demikian, laki-laki misterius di hadapannya malah menjawabnya dengan tertawa mirip ringkihan kuda. Lagi-lagi bukan suara tertawa biasa. Lalu kemudian berkata, "Jika pun aku memberitahumu tentang siapa diriku, tetap juga percuma, Mudu. Karena kau tidak pernah mengenal siapa pun di dunia ini, selain Ato sipitmu itu. Hmm, tujuanku tentu tak lain adalah menginginkan nyawamu, sebelum aku mencabut nyawa Ato-mu yang berwajah mirip punggung ketam yang direbus itu! Haiiiii...haik haik haik haik..."

      "Huaa ha ha ha ha ha ha ha...," La Mudu tak kalah mengeluarkan tawanya. Sebuah tawa pongah, tapi juga mengandung kekuatan tenaga dalam yang tinggi. Lalu kemudian berkata, "Di samping aneh, pengecut, dan payah, ternyata kau juga adalah orang tua yang suka bermimpi! Jika kau memang memiliki ilmu lebih tinggi dari aku, lebih-lebih ilmu Ato-ku, mana mungkin kau menyembunyikan diri dari cahaya silap mata seperti itu. Atau kausangat malu karena mungkin wajahmu terlalu buruk untuk dipamerkan kepadaku? Huaaaa…ha ha ha ha ha...!"

      "Jaga mulutmu! Dasar bocah kurang ajar!" Tampaknya si manusia misterius terpancing amarahnya oleh kata-kata La Mudu.

      "Anak kecil seperti saya hanya hormat terhadap orang tua yang santun, tapi sama sekali tidak terhadap orang tua aneh, pengecut, usil, dan bermulut besar sepertimu, wahai kakek misterius...!" sahut La Mudu dengan memperlihatkan kepongahannya. Tak sedikit pun tersirat ketakutan sedikit pun di wajahnya.

      Kemarahan si manusia misterius pun tak terbendung lagi demi disentil demikian pedas oleh La Mudu. "Bocah yang benar-benar tak tahu adab! Aku harus segera mencabut nyawamu, bocah!!

       Habis berucap demikian, si manusia misterius pun mengeluarkan suara melengking tinggi yang mengandung kekuatan tenaga dalam tingkat tinggi, bersamaan dengan berputarnya tubuhnya. Mulanya putaran tubuhnya pelan, namun semakin lama semakin kencang laksana garing. Dan putaran tubuh itu seakan-akan menarik angin dari segala penjuru, yang kemudian berkumpul dan membentuk angin dahsyat laksana puting beliung. Saking kencangnya hempasan angin ciptaan itu, menjadikan rontok berhamburannya dedaunan dari pohon-pohon besar di sekitar itu. Nampaknya si manusia misterius benar-benar ingin menghancurkan tubuh La Mudu dengan kekuatan yang sangat besar.

      Halnya La Mudu, menyaksikan peragaan ilmu tingkat tinggi dari si manusia misterius di depannya, agak menganga juga mulutnya karena takjub. Namun rasa panik atau keder tak sedikit pun tergambar di wajahnya.

      "Orang ini benar-benar memiliki kesaktian yang sangat tinggi! Hmm, aku tidak boleh bertindak ceroboh!" membatin La Mudu.

      Pada saat manusia misterius mendorong kedua tapak tangannya ke depan yang disertai lengkingan tinggi, gulungan angin yang sangat panas menderu dengan dahsyat ke arahnya, La Mudu yang telah siaga dengan serangan yang sangat mematikan itu, segera menyentakkan kaki kanannya ke bumi dan menyingkir di tempat itu sembari melepaskan serangan balasan berupa cahaya biru, yang kekuatannya setingkat dengan kekuatan serangan lawan.

        Bummm...!!

        Puncak Sorowua bergetar laksana dilanda gempa. Akibat gelombang angin dari ledakan itu, menjadikan pepohonan di sekitar itu seketika berguguran daunnya.

        Saat keadaan kembali tenang, manusia misterius, dari balik cahaya putih yang melindunginya, wajahnya celingukan, mengamati dengan seksama keadaan di sekelilingnya.

      "Ke mana si bocah nakal itu? " gumamnya. "Dia benar-benar telah menyerap dengan baik semua ilmu yang aku ajarkan. Bocah yang benar-benar luar biasa...! Tak percuma aku membesarkan dan mengangkatnya sebagai murid. Kau akan menjadi seorang pendekar besar, Mudu. Kau akan menggantikan diriku. Dan dengan tanganmu sendiri, kau akan menghacurkan riwayat para manusia iblis yang telah membunuh keluargamu dengan biadab!"

      "Cissshh..."

       Manusia misterius, yang sesungguhnya adalah Dato Hongli, tiba-tiba merasakan kepala dan punggungnya basah oleh siraman air yang hangat. Saat kepalanya diusap lalu menciumnya, maka merahlah wajahnya. Dengan serta merta ia mendongak ke atas. Di atas sebuah cabang pohon, tampak La Muda baru saja memasukkan kembali "burung"-nya ke balik celananya sambil cekikikan.

         "Bocah kurang ajar! Orang tua dikencingi...!" geram sekali Dato Hongli. Dan tanpa membuang-buang waktu, satu larik cahaya biru yang disertai angin yang sangat panas ia kiblatkan ke atas.

       Prakkkk...!!

       Batang pohon bagian atas, tepat di mana La Mudu tadi bertengger, patah dan hancur. Namun sebelum cahaya barusan mencapai sasaran, La Mudu telah lebih dulu bergerak menghindar, dan tiba-tiba telah bertengger di cabang pohon yang berada di belakang Dato Hongli, dan kembali mengeluarkan cekikikan yang mengejek.

                                              

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nadia Priskila
Waw bagus sekali ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status