Share

9. She is engaged!

SAMUDRA

Another nice morning!

Samudra bersiul ringan memasuki walk in closet nya yang berukuran besar. Meneliti deretan kemeja dan jas yang tergantung rapi. Dia memilih setelan jas kotak-kotak warna biru dipadankan dengan kemeja warna biru muda. Meneliti deretan koleksi jam mahalnya, kali ini dia memilih silver rolex favoritnya.

Menyeruput secangkir kopi yang dia racik sendiri dari mesin kopi yang di pesan khusus dari Italy. “It’s another good day” gumamnya ringan. Tiba-tiba dia membayangkan seandainya ada orang lain yang menemaninya memulai pagi, berada di sisinya ketika dia bangun, bersama menyeruput kopi pagi. Seandainya ada orang lain.

Seandainya ada Sabrina di sisinya setiap hari.

Dia tersenyum kecil. Tidak lama lagi dia akan bertemu Sabrina. Walaupun hanya di kantor, bisa memandang wajah Sabrina membuat dadanya membuncah penuh kebahagiaan.

Dengan ringan dia berjalan ke arah gedung kantor yang tidak terlalu jauh dari lokasi apartemennya. Dia sengaja membeli apartemen dekat dengan lokasi kantor untuk urusan kepraktisan. Tidak mau membuang waktu terlalu lama terjebak di kemacetan Jakarta, apalagi untuk seorang single seperti dia apartemen adalah pilihan lebih cocok dibandingkan dengan rumah.

Sabrina sudah berada di ruangannya ketika dia melewati area tengah kantor. Terbersit keinginan untuk mampir ke ruangannya sekedar mengucapkan selamat pagi, tapi dia bisa menahan. Dia tidak mau terjadi gosip kantor bahwa sang bos terlalu akrab dengan salah satu managernya. Still one full day ahead Samudra, one full day ahead. Pikirnya.

Managemen meeting. Rapat mingguan ini menjadi lebih menyenangkan semenjak ada Sabrina, apalagi untuk hari ini adalah kesempatan pertama dia bertemu langsung dengan Sabrina.

Ruangan sudah penuh dengan para manager begitu Samudra memasuki ruangan meeting. “Good morning” sapanya ringan ke semua orang, yang disambut dengan respon “selamat pagi Pak” dari para managernya. Dia melirik ke arah Sabrina yang sedang berbincang dengan kepala HRD sebelum mendongak dan mengucapkan selamat pagi ke arahnya. Samudra menikmati senyum Sabrina. Senyum formal, tetapi senyum tetaplah senyum.

“Apa kabar hari ini semuanya?”

Sebelum ada yang sempat menjawab, finance manager menyela untuk memberikan pengumuman dengan penuh semangat “Pagi Pak, ada kabar gembira dari salah satu kolega kita” umumnya dengan penuh senyum. Samudra menyandarkan punggung menunggu pengumuman dari kepala finance, juga para manager lain menunggu dengan penasaran.

“Sabrina is engaged!” dengan cepat dia mengambil tangan Sabrina dan mengacungkan ke seluruh penjuru ruangan, memperlihatkan jari manisnya yang bercincin. Sabrina terlihat salah tingkah, memberikan senyum yang dipaksakan dan menarik tangannya kembali ke meja.

Samudra terpaku. Bukan kabar yang dia nantikan. Dia tahu Sabrina sudah mempunyai pacar. Pacar bukan tunangan, tidak secepat ini. Tadi pagi dia baru saja membayangkan seandainnya Sabrina adalah orang yang menemaninya setiap hari, sekarang belum satu jam dia sudah bertunangan.

Dadanya mencelos, seperti kena tinju Mike Tyson, walaupun dia belum pernah ditinju olehnya. Dia sedikit melonggarkan dasi yang dia kenakan. Kenapa tiba-tiba dadanya jadi sesak, apa dia sakit?

Ucapan selamat mengalir dari ruangan, para manager perempuan bahkan dengan sangat tertarik melihat cincin yang melingkar di jari manisnya.

Congratulations Sabrina” ucapnya sembari memaksakan tersenyum. Sabrina membalas dengan senyum kecil, ada sorot aneh dari pandangan matanya. Samudra mengalihkan pandangannya ke arah laptop yang dibawanya, tidak tahu mencari apa di sana. Dia hanya ingin mengalihkan perhatian dari pengumuman yang baru saja dia dengar.

Damn! This was supposed to be a good day!

****

Samudra meninju punching bag di tempat fitnessnya dengan sepenuh tenaga.

“Hey, take it easy….kamu mau bikin tangan kamu patah?” Thiery, instruktur fitnes pribadinya mengingatkan. Setiap pagi Samudra selalu meluangkan waktu untuk olah tubuh dengan instruktur pribadi sebelum berangkat ke kantor.

“Huuh” dengus Samudra, kali ini menendang punching bag seolah-olah benda mati itu adalah musuk terbesarnya.

“Ok…sepertinya aku harus menyelamatkan punching bag ini sebelum kamu bikin kocar kacir” Thiery selain instruktur pribadinya juga salah satu teman dekatnya. “Kasihan dia tidak bisa membela diri” lanjut Thiery.

What will you do kalau cewek yang kamu suka bertunangan dengan orang lain ?” kata Samudra sambil meninju punching bag untuk terakhir kalinya.

“A-ha, itu alasannya kenapa si punching bag ini jadi sasaran?”

“Sebentar ada gitu cewek yang menolak kamu?” lanjut Thiery.

Well…technically aku belum bilang apa-apa ke dia. Agak complicated situasinya”

“Complicated as …?”

“Dia salah satu manager di kantorku “ jawab Samudra dengan menghela nafas, “dan sekarang dia bertunangan” lanjutnya.

“Tunangan itu artinya belum menikah, yang artinya pula bisa berubah. Lagipula kamu Samudra abimanyu cewek mana yang bakalan menolak kamu”.

Cewek mana yang bakalan menolak dia? Cewek yang sekarang rajin memenuhi pikirannya, yang dilihatnya di kantor hampir setiap hari. Cewek yang sangat pintar dan anggun, cewek yang sekarang sudah menjadi tunangan orang lain.

Samudra mencoba menelaah perkataan Thiery, bergulat dengan pikirannya antara pantas atau tidak untuk tetap mengejar Sabrina dengan statusnya yang sudah bertunangan.

“Ngomong-ngomong secantik apa dia, cewek yang sudah bikin kamu kelimpungan itu ?” tanya Thiery s dengan cewek yang berhasil membikin seorang Samudra Abimanyu gundah gulana. Samudra mengambil handphone dari sudut lantai dan memperlihatkan photo Sabrina sewaktu gala dinner dengan gaun merahnya. Thiery bersiul “pantas kamu kalang kabut. Yakin dia bukan model atau artis?”.

“Dia salah satu managerku. Salah satu managerku yang paling brilian!” respon Samudra.

****

Nia menghambur masuk begitu melihat Samudra memasuki ruangan kerjanya. Belum sempat dia duduk Nia meletakkan dua tabloid di meja kerjanya, dua tabloid dengan wajahnya terpampang besar di halaman, tersenyum bersanding dengan Cora salah satu penyanyi Indonesia papan atas saat ini. “What is this?” tanyanya bingung.

“Bapak bikin gosip nggak briefing saya” jawab Nia agak terlihat sewot.

“Gosip apa?” Samudra terlihat lebih bingung.

“Ini” Nia menunjuk ke arah dua tabloid di meja Samudra. Nia membuka salah satunya dan membaca judul yang terpampang besar “Cora menundukkan sang pengusaha playboy” sambung Nia berapi-api. “Dan dari tadi pagi telpon saya tidak berhenti berdering, dari tabloid dan koran ingin mengkonfirmasi berita ini” cerocos Nia.

Samudra menghela nafas “tidak ada berita ataupun gosip, saya ketemu dia tempo malam, kebetulan. Saya malah nggak tahu ada wartawan yang photo”

“Jadi saya bilang apa ke wartawan?”

Tell them the truth, tidak ada apa-apa….” Terdengar pintu diketuk sebelum Samudra menyelesaikan kalimatnya “masuk” lanjutnya.

Pintu terbuka dan Sabrina terlihat di ambang pintu “Oh…saya tunggu di luar?”

“No, come in” Samudra melambaikan tangan ke arah Sabrina dan matanya tertuju ke arah dua tabloid yang terpampang di meja bossnya. “Bapak trending topic hari ini” ucapnya agak tersenyum.

“Bad one or a good one?”

“Cora? saya pikir a good one” Sabrina menjawab masih tersenyum. Samudra mencoba mengartikan senyumnya, apakah ada kecemburuan di sana? Tapi untuk apa dia cemburu, toh Samudra hanya bossnya bukan pacar.

“That’s it Nia, thank you” Samudra menyudahi session dengan sekertarisnya.

“Besok-besok bapak harus briefing saya dulu sebelum berkencan dengan perempuan baru” Nia mengambil tabloid dari mejanya agak sewot dan keluar untuk menyelesaikan urusan dengan para wartawan tentunya.

Samudra hanya tersenyum dengan tingkah sekertaris andalannya tersebut.

“Yes Sabrina, tell me”

Sabrina duduk di seberang meja Samudra, menyerahkan map berisi simulasi bisnis dengan Pont Nord “Ini simulasi bisnis yang final, saya yakin mereka bisa menyetujui konsep ini”

Samudra meneliti dengan seksama “Ok, good. Kamu terbang ke Paris. Ini bisnis pertama kali kita dengan mereka, saya mau semuanya lancar”.

“Baik Pak, saya akan atur jadwal dengan mereka” Sabrina baru akan beranjak berdiri ketika Samudra berkata “I’ll join you”. Pemikiran yang tiba-tiba muncul dalam kepala Samudra, pergi ke Paris untuk memuluskan bisnis tentunya adalah pilihan tepat, tetapi pergi dengan Sabrina adalah ide brilian.

“Ke Paris Pak?” tanya Sabrina agak kaget dengan informasi tiba-tiba dari sang bos.

“Ya…Paris, bukan bogor” Samudra tersenyum. “Atur schedule dengan Paris lalu informasikan ke Nia untuk booking tiket dan hotel” lanjutnya.

Bersambung.....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status