SABRINA
Senin pagi seperti biasa. Sibuk!
Orang cenderung agak stress di hari senin. Why? Bukannya setiap minggu orang selalu bertemu dengan hari senin, sama dengan bertemu dengan hari selasa, rabu kamis dan selanjutnya? Paling tidak untuk Sabrina hari senin menyenangkan. Hari senin ini lebih tepatnya. Dia tidak berbohong, kadang dia juga merasa stress dan berat untuk berangkat bekerja di hari senin. Tapi sepertinya masa-masa itu sudah berlalu, sekarang dia merasa lebih bersemangat ke kantor.
Tidak ada alasan untuk stress.
Seperti pagi ini. Sudah ada respon dari Paris untuk proposal bisnisnya. Ini akan menjadi bisnis deal terbesar dia selama beberapa bulan bergabung dengan SAP group. Kata sang bos, ini akan menjadi deal terbesar untuk team A selama ini. Jadi belum lama dia bergabung dengan SAP group sudah membikin break through. Salah satu alasan untuk happy.
Oh ya, sang bos yang super duper ganteng itu. Layaknya seperti blueberry cheesecake nan lezat. Ooppss…jangan bilang siapa-siapa kalau Sabrina membandingkan sang bos dengan blueberry cheesecake.
Sang bos yang sepertinya cukup terpesona dengan dia yang bergaun merah di gala dinner minggu kemarin. Ok, dia agak sedikit keluar batas dengan sang bos sewaktu dinner. Dia sendiri tidak habis berpikir “what’s on your mind Sabrina?!”, bertingkah sexy dan agak merayu. Mudah-mudahan sang bos tidak berpikir bahwa Sabrina adalah murahan. No way!! Tapi lagi – lagi, what’s on your mind! Sabrina menggelengkan kepala seperti hendak membuang jauh-jauh ingatan dia tentang gala dinner kemarin minggu.
“Ada yang salah dengan kertas-kertas di depan kamu?”
Tidak, suara itu!
Kenapa dia sudah di sini pagi-pagi? Dia serasa ingin bersembunyi di bawah meja, masih terlalu malu untuk menghadapi sang bos akibat kelakuannya minggu lalu.
God, please save me.
“Selamat pagi Pak” paling tidak dia berhasil mengeluarkan kata salam. Basic, tapi suaranya berhasil terdengar normal, tidak mencicit seperti tikus kejepit. Ok Sabrina, Tarik nafas…anggap tidak pernah terjadi apa-apa. It’s all dream, just a dream.
Gak berhasil!
“Apa kabar….lady in red?”
Oh nooo….saat ini dia ingin lenyap saja, ditelan bumi. Seandainya aku punya superhero power untuk menghilang secepat kilat, tahu-tahu lenyap hanya asap saja yang tertinggal. Mungkin ada baiknya aku mulai mencari tahu di dukun mana yang bisa mengajari ilmu menghilang, pikirnya melantur. “Baik Pak. Oh…umm sudah ada respon dari Paris. Positif. Saya akan follow up dan finalize dealnya” dia mencoba mengalihkan pembicaraan. Lagipula, bisnis lebih penting dari gaun merah.
Iya kan?
Samudra tersenyum dan duduk di seberang meja Sabrina, mengerutkan kedua alisnya. Kenapa juga cuman berkerut aja dia kelihatan sepuluh kali lebih ganteng. Dia tidak menyangka kalau bekerja di kantor ini sangat berbahaya, rawan terkena serangan jantung. Jujur sang bos ini pesonanya bisa disejajarkan dengan artis-artis seperti Bradley cooper….oh umm dia bukan bule, ok bisa disejajarkan dengan Hyun bin atau Nicholas saputra. Hanya saja dia lebih real, dia bukan artis, dia adalah sang bos yang tentunya off limit.
“Hmmm…good…good…” sang bos seperti tidak begitu menghiraukan informasi dari Sabrina tenang bisnis deal. “Jadi kamu kembali menjadi normal Sabrina sekarang?”
Hah normal? Kapan memang dia pernah tidak normal?
Yep, Sabrina yang bergaun merah tidak pernah terjadi. Harapan kosong tentunya, bahkan sang bospun masih mengungkit-ungkit tentang kelakuan si gaun merah. Oh noo…bagaimana dengan para kolega dia? Pantas saja mereka memberikan pandangan aneh ke arahnya ketika dia lewat tadi pagi. Apakah mereka sekarang berpikir bahwa dia murahan, manager baru yang mencoba merayu sang bos? Ada nggak sih cara untuk membikin orang supaya kehilangan sedikit memori, seperti di Harry potter itu?
SOS! Dia perlu obat penghilang malu. Sekarang! Dengan dosis tinggi pula!
“Mmm…ya, kembali normal” dia yakin mukanya sekarang merah membara karena malu.
“Too bad. I kinda like that Sabrina”
Bagus Sabrina, sekarang bos kamu berpikiran kamu murahan. Semua orang tahu dia playboy dan berkelakuan profokatif adalah hal terbodoh yang pernah dia lakukan. Walaupun ada sedikit harapan bahwa sang bos tertarik bukan karena kelakuannya yang profokatif.
Ok jujur. Dia melakukannya untuk menarik perhatian Samudra, gaun merah, tingkah sexy. Dia tahu dia cukup cantik dan pintar tapi bosnya adalah Samudra Abimanyu. Pemilik SAP group, butuh sekedar cantik dan pintar untuk menarik perhatiannya. Tapi seandainya dia berhasil menarik perhatian sang bos, terus apa?
Semua pemikiran konyol tentang Samudra dan Teddy membikin kepalanya pening. Dia mencintai Teddy tentunya, mereka sudah berpacaran bertahun-tahun. Tapi Samudra seperti angin segar yang membikin paru-parunya terasa ringan. Samudra seperti dunia yang tanpa dia sadari sangat dia inginkan. Berada di dekatnya sangat menentramkan, walaupun mendiskusikan masalah pekerjaan.
Tapi mungkin itu adalah pesona playboy dia. Ingat Sabrina bos kamu adalah playboy kelas ulung. Stay away from him!
Benar saja, beberapa koleganya memberikan perlakuan aneh terhadap Sabrina. Ario salah satu manager yang cukup ramah terhadapnya dari hari pertama berkelakuan sangat akomodatif ketika mereka berpapasan di mesin photo copy yang kehabisan kertas. Pastinya Sabrina tahu bagaimana cara mengisi kertas ke dalam mesin copy, tapi Ario dengan tangkas dan cepat melakukannya. Bahkan mengcopy kertas-kertas dari tangan Sabrina. Jangan-jangan ajakan makan siang bareng darinya adalah dampak dari gaun merah kemarin. Oh tidaaaaaakkk!
Fitri salah satu stafnya yang suka gosip, langsung menyerbu ruangannya begitu Samudra keluar ruangan Sabrina. “Mbak Sabrina sukses menggaet perhatian Pak Sam. Mbak cantik banget pas dinner kemarin, sexy pula. Semua cowok-cowok pada ngiler loh mbak…”
“Sshhh…apa sih kamu” dia memotong pembicaraan Fitri sebelum anak buahnya itu bisa menyeloteh lebih lanjut.
“Mbak cool banget, Pak Sam sampai nggak henti-henti ngelihatin mbak Sabrina”
“Tolong siapkan semua details tentang Pont Nord, saya mau finalize sebelum akhir minggu” skak matt! Dia bisa membungkam anak buahnya, Fitri langsung terbirit-birit kembali ke meja.
Act cool, as if nothing happened. Nanti lama-lama orang juga akan lupa segala sesuatu tentang dinner kemarin. Basi!
Lady in red. Urrrrrghhhh….
Ternyata yang berkelakuan aneh tidak hanya orang-orang kantor, Teddy sang pacarpun ikut bertingkah aneh. Tiba-tiba mengajak dinner, bukan hanya dinner tetapi dinner di salah satu restoran fine dining terfancy di Jakarta. Teddy menjawab “dinner biasa saja” ketika Sabrina bertanya dalam rangka apa dinner fancy kali ini.
Teddy sudah menunggu di restoran ketika Sabrina datang, kelihatan sangat tampan dengan kemeja putih yang tumben-tumbenan lengannya tidak dilipat. Dia memberikan senyum bak cokelat panas di musim dingin ketika melihat Sabrina.
Dia luluh, ada perasaan seperti pulang ke rumah. Segala sesuatu tentang Samudra mendadak terlihat konyol. Kenapa dia harus bertingkah aneh untuk mendapatkan perhatian Samudra di saat di sampingnya ada Teddy. Sang pacar yang sudah lama setia disampingnya, dan juga sangat tampan. Dalam hati dia meminta maaf terhadap Teddy, karena dia sudah menaruh perhatian ke laki-laki lain.
“Hi hon” sapa Teddy renyah seperti biasa.
Sabrina meneliti sekeliling “Wah, pasti ada yang spesial. Kita sudah lama nggak fine dining begini” , pandangannya tertuju ke gelas champagne yang sudah terisi “wooo…kita merayakan apa ini? Kamu dapat bonus?” Sabrina bertanya dengan tidak sabar.
“Ok, cheers dulu” Teddy seperti mengulur waktu.
Selama makan berlangsung Teddy kelihatan agak aneh, bertingkah kikuk dan bolak – balik mengusap dahi yang tidak berkeringat. “Kamu nggak apa-apa sayang?” tanya Sabrina.
“I am fine. Nggak papa” jawabnya, lagi-lagi kikuk.
Oh nooo, apa dia tahu tentang Samudra? Gaun merah itu? Nooooo…..
Tiba-tiba dia bergidik seperti melihat hantu.
Hati Sabrina mendadak berdebar kencang, seperti maling tertangkap basah. Dia tidak berani membuka mulut, bahkan untuk menatap Teddy pun tidak berani.
“Hon…”
“Hem…” respon Sabrina cepat dan agak gugup. Sekarang dia benar-benar khawatir Teddy tahu tentang Samudra. Tapi bagaimana bisa? Dia tidak pernah bercerita tentang perasaannya terhadap Samudra ke siapapun. Bahkan ke rumput bergoyangpun tidak. Mungkin lebih baik dia berterus terang ke Teddy, lagipula tidak terjadi apa-apa dengan Samudra. Hanya perasaan konyol tidak bertanggung jawab “Ted.…”
“Will you marry me” kata Teddy ketika Sabrina baru akan membuka mulut.
“He….what ?” kali ini Sabrina melongo.
“Hhhmm bukan respon yang aku harapkan….he what” Teddy bercanda walaupun ada nada kecewa dalam candaannya. “Will you marry me Sabrina larasati” lanjutnya serius.
Kali ini Sabrina terpaku. Mereka sudah berpacaran lama, sangat lama. Dan dia mencintai Teddy, 1000% tapi dia belum berpikir untuk menikah. Walaupun itu dengan Teddy. Tiba-tiba bayangan Samudra melintas di kepalanya.
Konyol!
Dia cepat-cepat menendang pergi sosok Samudra dari sudut kepala. Menatap Teddy, pacarnya yang malam ini terlihat sangat tampan.
Teddy merogoh saku. Dari dalamnya dia mengambil sebuah kotak.
Sabrina terpekik sambil menutup mulut. Is that what I think it is?
Teddy membuka kotak, dan terlihatlah cincin dengan berlian putih oval yang dikelilingin dengan butiran berlian-berlian kecil. Sangat indah. Sabrina menatap Teddy yang sedang memandangnya penuh cinta seakan memandang seorang Dewi. Sabrina mencoba membayangkan menghabiskan masa tua bersama Teddy.
“Yes…I will marry you” ini sepertinya jawaban yang pantas. Lagi pula mereka sudah berpacaran sangat lama.
Tapi kenapa yang ada di kepalanya adalah Samudra?
Bersambung....
SAMUDRAAnother nice morning!Samudra bersiul ringan memasuki walk in closet nya yang berukuran besar. Meneliti deretan kemeja dan jas yang tergantung rapi. Dia memilih setelan jas kotak-kotak warna biru dipadankan dengan kemeja warna biru muda. Meneliti deretan koleksi jam mahalnya, kali ini dia memilih silver rolex favoritnya.Menyeruput secangkir kopi yang dia racik sendiri dari mesin kopi yang di pesan khusus dari Italy. “It’s another good day” gumamnya ringan. Tiba-tiba dia membayangkan seandainya ada orang lain yang menemaninya memulai pagi, berada di sisinya ketika dia bangun, bersama menyeruput kopi pagi. Seandainya ada orang lain.Seandainya ada Sabrina di sisinya setiap hari.Dia tersenyum kecil. Tidak lama lagi dia akan bertemu Sabrina. Walaupun hanya di kantor, bisa memandang wajah Sabrina membuat dadanya membuncah penuh kebahagiaan.Dengan ringan dia berjalan ke
SABRINAPak Samudra dengan Cora?Wow.Dia tahu bahwa bosnya adalah playboy kelas ulung, tapi Cora ada di level berbeda dengan para perempuan yang pernah dikencani bosnya. CORA!Dia salah satu penyanyi papan atas untuk saat ini, sangat bertalenta, dengan suara emas yang sangat unik. In a short, very impressive! Bahkan Sabrina ngefans berat dengan Cora. Selama ini penyanyi ini selalu bersih dari gossip, dan tahu-tahu…BAM! Foto dia dengan bosnya ada di mana-mana. Tentunya dia bukan siapa-siapa dibanding dengan Cora, pikirnya agak kehilangan kepercayaan diri. Lah memang kenapa pakai membandingkan diri dengan Cora segala?Tapi lagi-lagi siapa yang bisa menolak pesona sang bosnya. Dia bisa saja playboy, tapi dia muda, ganteng dan kaya. Bahkan Sabrina sendiri luluh lantak kesengsem dengan sang bos, tapi sekarang sudah terang benderang, seperti tengah hari yang terik sang bos berpacaran dengan Cora. Dia tersenyum asem, seperti
SAMUDRAParis.Sudah lama dia tidak ke sini, serasa sudah puluhan tahun yang lalu. Walaupun the city of love ini pernah sangat dekat dengannya. Samudra menghabiskan dua tahun di sini, dua tahun dalam hidupnya yang sangat membekas. Bertahun-tahun belakangan dia memilih menghindari kota ini, walaupun sebagai pebisnis dia banyak melanglang buana tetapi Paris adalah kota yang dia hindari.Trip kali ini adalah ide yang begitu tiba-tiba, tanpa rencana sebelumnya. Dengan qualiti sehandal Sabrina, kehadirannya tidak terlalu dibutuhkan. Tanpa diapun Sabrina akan berhasil menutup deal dengan mulus.Tetapi kenapa tidak? Kehadirannya adalah nilai plus dari sisi bisnis dan bisa berdua dengan Sabrina selama beberapa hari, walaupun itu harus di Paris.Nia sang sekertaris agak curiga ketika Samudra terkesan sangat picky dengan hotel. Dengan sangat tegas dia meminta hotel dengan the best view di paris, dan lagi-lagi Nia sang
SAMUDRASabrina memang manager yang sangat handal, seperti sudah dia prediksi, dia bisa menutup deal dengan sangat mulus. Mereka berdua berjalan ke arah hotel selesai makan malam bersama klien bisnis merena. “Well done Sabrina” puji Samudra, “tidak hanya sukses dengan deal satu ini bahkan sudah ada lampu hijau untuk bisnis yang lain. I am impressed”“Saya tidak akan berusaha untuk modest. I know what I am doing” kata Sabrina jenaka tetapi penuh percaya diri. Samudra tersenyum ke arah Sabrina, dia terlihat agak sedikit menggigil, mungkin jacket yang dia kenakan tidak cukup untuk menangkas udara malam musim gugur yang mulai dingin. Samudra membuka coat panjang yang dia pakai, dan mengenakannya ke pundak Sabrina. “There…this should keep you warm”.Agak kaget dia memandang ke arah Samudra, jelas-jelas tidak mengharapkan sikap dari sang bos. “Thank&
SABRINADia melangkah agak canggung di samping Teddy, celotehan Teddy hanya dia tanggapi dengan “e hem” atau “ya”. Merasa sangat bersalah dengan Samudra, dia bisa melihat jelas tatapan tidak suka Samudra ketika melihat Teddy yang walaupun dia coba tutupi dengan senyum ramah. Dia juga takut Teddy akan tahu bahwa dia sudah berselingkuh darinya.Jadi begini rasanya. Ini adalah pengalaman pertama dia berselingkuh dan dia bersumpah dia tidak ingin berselingkuh lagi. Tapi Samudra?It was so good and so right ketika dia bersamanya. Nggak tahu kenapa. Ternyata dia juga memendam rasa ke Sabrina, bahkan dia bilang dia mencintainya.Sabrina seperti terbang ke langit ke tujuh, kalau benar ada langit ke tujuh. Intinya dia Bahagia, super duper Bahagia. Dan sekarang dia setengah mati takut ketahuan.Aaarrgghh kenapa jadi complicated begini.“Hon…sudah sampai. Kamu dari tadi melamun terus&
SABRINA“Mau mampir ke tempatku?” tanya Samudra ketika mereka sedang “dinner rahasia” di tempat yang tidak terlalu rahasia.“Ada apa di tempat kamu?”“Mmmm…aku….and my foot prints all over the place”“Tidak terlalu menarik” kata Sabrina jenaka sambil menyendok makanan terakhir dari piringnya.“So….sudah berapa banyak wanita yang masuk ke apartmen kamu” Sabrina bertanya ketika mereka sedang di dalam lift menuju apartment Samudra.“Hmmm….kamu benar-benar pengin tahu?”. Sabrina mengangguk. “Aku nggak pernah menghitung”“Wow….that many eh?”Samudra merasa terjebak dengan jawabannya sendiri, “tapi tidak ada yang sespesial kamu?”.“Ya…ya….semua playboy bilang begitu”“Kamu menyesal…dengan…ak
SAMUDRADia tidak pernah merasa cemburu, paling tidak dalam waktu yang sudah cukup lama. Dia tidak perlu merasa cemburu ketika berkencan dengan entah berapa banyak wanita. Kali ini dadanya penuh sesak, marah, cemburu, semua menjadi satu. Tanpa Sabrina harus menceritakan dia bisa mengetahui apa yang terjadi di luar pintu. Ketika dia harus menunggu “bersembunyi”. Bersembunyi! Dia mendengus marah ketika kata itu terlintas di kepalanya. Bersembunyi seperti orang bersalah, bersembunyi karena dia adalah orang ketiga, orang yang tidak boleh diketahui oleh dunia. Dia seorang Samudra Abimanyu sebagai seorang selingkuhan. Lelucon yang sangat tidak lucu!Mereka masih terdiam semenjak meninggalkan apartemen Sabrina, dia mengemudikan mobilnya ke arah Sudirman. Samudra menggenggam erat kemudi mobilnya seolah-olah benda mati itu akan meloncat keluar kalau sedikit saja dia melonggarkan pegangannya.“I am sorry”
SABRINA“Sudah saatnya Sabrina….kalian sudah bertunangan beberapa bulan to. Ndak ilok kalau lama-lama” ibunya memberikan wejangan ketika mereka sarapan keluarga bersama di minggu pagi. Sarapan keluarga yang juga dihadiri oleh Teddy yang tadi pagi begitu semangat menjemputnya. Buat bapak dan ibu Sabrina, Teddy sudah termasuk keluarga. Tidak aneh ketika Teddy hadir di acara-acara keluarga Sabrina.Dia menghela nafas lirih, mencoba menyembunyikan keberatannya. Jujur dia tidak mau mengingat-ingat tentang tunangan, apalagi memikirkan tanggal pernikahan. Bagaimana dengan Samudra seandainya dia menikah? Sabrina menyeruput kopi di cangkirnya dengan perlahan, sengaja mengulur waktu untuk memberikan jawaban. Jawaban yang sejujurnya dia tidak punya. “Ibu ini…sekarang kan sudah jaman modern, masak masih ada istilah nggak ilok” hindarnya.“Ya kalau kamu tunangan tapi ndak nikah-nikah, itu namanya tidak ilok. Lha kamu