Share

Subjek Zero
Subjek Zero
Author: Fiafitria

Prolog

Kemeja biru sudah sangat kotor oleh debu dan darah, manik emerald menatap sendu pada orang-orang yang terbaring tak berdaya penuh luka. Suara tangis dan teriakan kesakitan terdengar nyaring memasuki gendang telinga, ia hanya bisa melihat tanpa bisa membantu. Bukan wilayahnya untuk merawat mereka yang terluka, dari luar barak terdengar desingan peluru dan bom tak ada habisnya.

“Disini sangat buruk, bukan?” Tanya seorang wanita berkacamata, satu matanya tertutupi penutup mata. Gadis tinggi dengan kamera DSLR ditangannya hanya diam tidak menjawab.

“Jika kau merasa lelah, beristirahatlah sebentar.” Ucapnya, gadis itu menggeleng cepat. Satu tangannya terangkat untuk melepas ikat rambut dan memperbaikinya dengan menggelung helaian cokelat itu asal.

“Saya akan tetap membantu, saya datang bukan untuk melihat saja.” Ucapnya, si wanita yang kerap kali bertingkah bodoh itu hanya terkekeh kecil.

“Bukankah tugas jurnalis adalah hanya melihat?” Tanyanya seakan meremehkan pekerjaan yang sudah gadis itu lakoni.

“Itu menurut sudut pandang anda saja, saya datang bukan hanya untuk melihat tapi juga membantu.” Jawab gadis itu tegas, ia menggantungkan kameranya di leher. Berjalan cepat ke arah seorang perawat wanita yang membawa setumpuk selimut untuk korban.

“Kau yakin bisa membantu?” Tanya wanita berkacamata tersebut.

“Mungkin, saya memang tidak bisa membantu dalam pengobatan korban, tapi jika mendukung beberapa hal yang di butuhkan perawat dan dokter di sini itu bisa saya lakukan. “

°°°

Seorang gadis bernafas lega ketika semuanya sudah selesai, ia baru saja bisa beristirahat pagi ini setelah membantu di barak kesehatan yang ramai karena warga sipil dan tentara terluka akibat serangan dadakan pagi kemarin. Ia menyenderkan badannya di sebuah pohon sambil menatap ke langit yang pagi ini cukup cerah, di lepaskan nya kamera yang sejak kemarin menggantung di leher jenjangnya.

“Kau baik-baik saja?” Sebuah suara berat bertanya pada si gadis, jurnalis itu tersenyum ketika melihat pria berseragam tentara berdiri di depannya. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, tapi memiliki pangkat yang luar biasa tinggi untuk pandangan orang biasa seperti dirinya.

“Ya begitulah, aku cukup kelelahan disini.” Jawabnya, pria pendek itu mendudukkan diri di samping si gadis.

“Kau masih muda, kenapa mau di perintah datang ke medan perang seperti ini?”

“Kalau ku bilang karena panggilan hati apa kau percaya?” Perwira berkulit putih itu tampak bergumam.

“Aku tidak percaya pada mulut seorang jurnalis.” gadis itu malah tergelak tawanya.

“Sudah ku duga seperti itu, aku ingin membersihkan diriku terlebih dahulu.” Ucapnya seraya berdiri meninggalkan perwira tersebut di bawah pohon.

°°°

BERSAMBUNG

Comments (1)
goodnovel comment avatar
CriyeleZah
Keren abisss
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status