Eleanor ingin mengumpat dalam hati ketika tahu restaurant yang dipilihkan Rere. Sebuah restaurant rooftop di Marina Bay yang memiliki desain romantis karena normalnya tempat itu memang sering direservasi untuk candle light diner atau acara anniversary pernikahaan. Dia sungguh merutuki dirinya sendiri yang sudah salah mempercayakan semua pada selera Rere, termasuk itu untuk pilihan off shoulders top hitam dengan celana senada yang dikenakannya sekarang. Pakaian itu membuat bahunya terbuka dan angin malam langsung menyengat pori-pori kulitnya. Kalau saja dia tidak datang ke tempat itu tepat sebelum waktu yang sudah disepakatinya dengan Jonathan, Eleanor pasti akan meminta Rere mencari tempat lain.
“Iya, Pak Jonathan ini saya Resti, sekretaris Bu Liem. Saya menghubungi Pak Jonathan untuk memberitahu bahwa Bu Liem menggundang anda secara pribadi untuk makan malam bersama malam ini. Apakah Pak Jonathan ada waktu?” Eleanor ada
Rere merebahkan tubuhnya di ranjang kingsize kamar yang berada di lantai satu. Setidaknya penthouse itu mempunyai dua lantai dengan pemandangan balkon yang mengarah langsung ke Sentosa Island. Di lantai dua adalah ruang kerja Eleanor, kamar pribadi serta sebuah ruangan arsip dan perpustakaan. Sementara di lantai satu terdapat tiga kamar yang salah satunya dipakai Rere. Sebenarnya menyenangkan berkerja pada Eleanor. Dia mendapatkan fasilitas dan kenyamanan yang tidak bisa ditawarkan oleh atasan lainnya. Juga sebuah kesempatan untuk mengerjai atasannya itu dalam beberapa situasi. Seperti untuk kencan malam ini. Eleanor memang bukan orang bodoh, malahan dia lebih licik dari Rere. Tetapi kelemahan Eleanor adalah dalam hal yang menyangkut pergaulan dan hubungan sosial. Jadi sekalipun pernah tinggal di Singapura bertahun-tahun Eleanor pun tetap tidak begitu paham dengan mobilitas dan segala hal menarik yang ada di negara itu. Sehingga untuk beberapa alasan Eleanor p
Sepanjang perjalanan ke kantor Eleanor mengalihkan pandangannya keluar jendela, memandang deretan gedung dan para pejalan kaki di sekitar orchard road. Namun pikiran Eleanor tidak benar-benar mengamati semua itu. Dia memikirkan sesuatu sehingga jiwanya pun seolah berada di tempat yang lain. Sebelum akhir tahun dia harus sudah memenuhi target pamannya untuk mengambil ahli kembali saham terbesar perusahaan tambang PT.Ardens yang sebelumnya berhasil dimiliki oleh saingan bisnis pamannya. Dan karena itulah Eleanor berada di Singapura hingga akhir tahun ini. Dia yang mengurusi semua hal yang berkaian dengan pembelian itu, termasuk urusan negosiasi dengan pihak bank yang menjadi perantara.Kedepannya pun akan lebih banyak tugas-tugas yang diberikan pamannya dalam urusan bisnis. Tapi jika Eleanor bisa memuaskan pamannya dengan keberhasilan yang satu ini, Eleanor yakin dia akan dibiarkan meminta satu permintaan yang tidak bisa ditolak olehnya. Tidak tahu bagaimana reaks
Operasi itu berjalan lancar. Kurang lebih awal tahun itu ibundanya akan sembuh total dan dapat kembali ke Indonesia. Namun Jonathan tidak bisa menemui ibundanya lebih lama di Singapura karena dia harus kembali lebih dulu dua hari setelah operasi tersebut. Jonathan bisa saja menambah waktu cutinya. Tidak akan ada yang melarang sebab dia sendiri yang merupakan CEO perusahaan itu. Namun dia tidak sampai hati meninggalkan Ryan terlalu lama. Sudah waktunya rekannya itu juga mengambil cuti untuk menghabiskan waktu dengan kelurganya. Karena mereka memang sudah sepakat mengambil cuti secara bergiliran sebelum Gim mereka resmi dirilis.Dan disanalah Jonathan berada. Sebelum sampai di Surabaya, pesawatnya harus transit terlebih dahulu di Jakarta selama dua jam. Sambil menunggu informasi penerbangan selanjutnya dia pun menghabiskan waktu di coffee shop airport. Jonathan tidak akan pernah jauh dari perkerjaannya dan karena itu dia terlihat sangat sibuk di depan layar laptopnya. Bahkan saat
Padahal setengah jam lagi mereka harus mengejar penerbangan tapi tidak ada tanda-tanda Eleanor menyelesaikan urusannya dengan William. Setelah pagi itu mereka bertemu, Eleanor langsung melabrak William atas kelancangannya. Padahal normal saja kalau seorang sepupu datang berkunjung, tetapi kelakuan William yang seenaknya memang lebih pantas untuk tidak disukai. Dan Rere pikir Eleanor dan William akan terlibat pertengkaran atau adu mulut, tetapi saat ini Eleanor justru mengajak William berbicara berdua di ruang kerjanya. Rere tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Dia sendiri dilarang terlibat dan hanya bisa mondar-mandir di ruang tamu sembari menggigit jari. Semua akan lebih mudah kalau saja William tidak menyusulnya. Demi tuhan, Rere juga tidak mengerti kenapa William tiba-tiba terbang ke Singapura. Negara itu adalah negara yang paling dibenci William seumur hidupnya. Dia lahir di sana, dibesarkan di sana pula, tetapi karena negara itu sangat kec
Di luar sana semua orang bersuka ria menyambut malam pergantian tahun. Lampu-lampu menghiasi jalanan, beberapa rumah makan dan tempat hiburan dipenuhi pengunjung, acara firework party pun ditawarkan semua tempat. Di sepanjang ruas jalan dipenuhi kendaraan dan mengakibatkan kemacetan. Semua orang tampak tidak ingin melewatkan malam itu begitu saja. Namun hanya Jonathan yang masih berusaha menyibukkan diri dengan perkerjaannya. Setelah menelepon ibunya dan menanyakan keadaannya disana, Jonathan pun kembali terlarut dalam perkerjaannya. Beberapa dokumen yang seharusnya sudah diperiksanya kembali ditelitinya berulang-ulang, sekalipun angka-angka yang tercantum disana tidak berubah. Laporan untuk Mr. Richardson dikerjakannya lebih awal, rencana kerja perusahaannya, strategi pemasaran hingga jadwal launcing dan kontrak kerja sama ditinjaunya ulang hari itu juga. Seakan tidak ada hari esok dan sekalipun seharusnya kantornya sudah tutup berjam-jam yang lalu. Tahun ini
Seminggu lalu Eleanor pulang ke Surabaya. Tugasnya di Singapura selesai dan proses pembelian kembali saham tambang batu bara terbesar itu pun berjalan lancar. Tidak ada pihak yang menghalangi atau merasa keberatan karena Eleanor sudah membereskan sebagian dari mereka. Keberhasilan itu akan menjadi nilai lebih di mata Liem Hok. Eleanor bisa meminta timbal balik yang besar pada pamannya kelak. Terlebih jika di tahun-tahun mendatang harga batu bara di pasar internasional mengalami kenaikan sesuai prediksi Eleanor. Keputusan yang mereka ambil saat ini tentu menjadi keputusan yang sangat tepat. Meski demikian Eleanor tidak pernah terlihat puas ataupun senang dengan pencapaiannya. Rere melihat wajah Eleanor justru semakin masam. Ada hal yang dinantikan perempuan itu, tentu saja Rere mengetahuinya. Karena satu-satunya pencapaian yang diinginkan Eleanor saat ini adalah Jonathan Aldebaran. Itu tidak dipungkiri lagi. Sebab setibanya dari Singapura, Eleanor tiba-tiba saj
“Cinta adalah seni, jika kita ingin belajar bagaimana mencintai, kita harus melakukan cara yang sama dengan cara yang harus kita lakukan jika kita ingin mempelajari seni.”Erich Fromm — The Art of LovingEleanor mengamati sampul buku yang genggamnya. Tidak tahu apa orang lain mempercayainya atau tidak. Namun alasan mengembalikan buku memang terdengar tidak masuk akal. Dia memang tidak sekedar ingin mengembalikan buku. Tetapi karena dia ingin memiliki alasan untuk bisa bertemu dengan Jonathan. Jika dia menghilang setelah melakukan sesuatu yang bersifat agresif, maka sia-sia saja usaha yang telah dilakukannya. Karena itu dia juga harus melakukan langkah samar untuk terus berada dalam jangkauan pandangan Jonathan. Sebab semakin sering Jonathan menyadari keberadaannya, maka semakin besar peluang Eleanor menempati pikiran dan hati Jonathan dalam wujud memori.Sementara tentang ibunda Jonathan, dia sendir
Nyaris sepuluh tahun lebih sejak Eleanor kulia di luar negeri hingga lulus dan kemudian berkerja di perusahaannya, dia tidak pernah menginjakkan kakinya di rumah orang tuanya. Begitu pula saat kakek dan neneknya masih hidup. Hanya di hari ulang tahun ibu dan ayahnya saja dia diijinkan tinggal bersama mereka selama beberapa hari. Saat itu Jessica baru lahir, sehingga orang tuanya tidak begitu mempermasalahkan kalau Eleanor diminta tinggal di rumah kakek dan neneknya. Kalau dipikir memang tidak masuk akal. Karena keputusan kakek dan neneknya menjauhkan Eleanor dari ibunya, Eleanor pun nyaris tidak memiliki hubungan yang dekat dengan orang tua kandungnya sendiri. Bahkan hingga kini mereka seolah menjadi orang asing di kehidupan Eleanor, yang bahkan jarang ditemuinya.Namun setelah sekian lama itu, Eleanor akhirnya memutuskan untuk pulang. Orang tuanya mempunyai beberapa rumah di Surabaya, Semarang dan Medan. Serta unit kondominium super mewah di ibukota. Yang sayangnya tidak setia