~akaa Love Just Like Wine~ "It get better with time" Tentang seorang wanita Eleanor Liemsudibyo, cucu raja sawit di Indonesia yang terkenal anti-sosial dan arogan. Ia jatuh cinta pada seorang Pria yang sudah bertunangan. Dengan sebuah stiletto eksklusif, Eleanor pun bermaksud merebut pria itu dari tunangannya. Namun berhasilkah rencana itu? Jatuh cinta seperti rasa Wine, ada rasa pahit, sepat, asam dan manis. Namun yang pasti entah itu cinta ataupun Wine membutuhkan waktu untuk menjadikannya lebih berharga.
Lihat lebih banyakSurabaya, January 2018
Di kehidupan pertamanya dia yakin bahwa dia adalah sebuah tumbuhan beracun yang melukai banyak orang dan yang membunuh banyak kehidupan. Termasuk beberapa binatang yang kelaparan dan terpaksa memakan dirinya. Lalu dia kemudian hidup kembali sebagai seekor kelinci di hutan. Kelinci putih kecil yang membuat susah para pemburu karena tak pernah mengalah meskipun seorang manusia kelaparan memerlukan dagingnya. Namun kemudian, meski enggan berkorban untuk manusia kelaparan, pada akhirnya hewan buas lain menerkamnya.
Lalu dia kemudian hidup lagi, ketiga kalinya dan menjadi seekor elang pemangsa. Dia membunuh banyak tikus yang meresahkan pertanian manusia. Namun tidak jarang dia juga mengambil sebagian hewan ternak sehingga membuat manusia murka. Dia masih hidup dengan sifat yang sama. Hingga pada kehidupan terakhirnya atau lebih tepatnya kesempatan terakhirnya, dia menjadi manusia. Manusia yang lahir membawa sifat baru namun juga mempertahankan sifat lama yang tidak memiliki belas kasihan dan enggan berkorban. Tapi benarkah?
“Jadi inikah yang kamu inginkan?” Jonathan menatap lembaran dokumen yang Eleanor sodorkan di atas meja. Lalu beralih mencari tatapan mata Eleanor. Kali ini entah kenapa Eleanor justru memilih menundukkan pandangan matanya. “Wedding Agreement?”
Jonathan memejamkan mata sejenak. Melepaskan diri dari kontak mata yang tak bersambut. Wanita di hadapannya terlihat sangat kaku, tidak tersentuh dan penuh arogansi, terlebih dengan pakaian kerja yang masih dikenakannya. Namun begitu Jonathan mengamati kembali wajah itu, sosok mungil dengan sorotan mata polos yang justru menyambutnya. Seakan dalam diri wanita itu terdapat dua jiwa yang saling bertolak-belakang. Manipulatif, begitulah kesannya.
“Bukan…” jawab Eleanor singkat, tanpa emosi. “Ini hanya perjanjian Pra-nikah.”
Suaranya yang tenang, seperti tidak memiliki kekhawatiran apapun. Padahal dia sedang mengingkari dirinya sendiri. Eleanor duduk disana dengan mencengkram buku-buku jarinya. Dia pun sengaja menghindari tatapan mata Jonathan agar pembicaraan itu cepat selesai.
“Mengapa harus ada perjanjian pra-nikah? Apakah kamu sudah memikirkan kalau kita berdua tidak akan cocok untuk hidup bersama?” sama-sama dirambati emosi, Jonathan pun tidak bisa menahan diri untuk tidak mengucapkannya. Perjanjian seperti itu memang lumrah, terutama untuk mereka yang takut akan kehilangan harta gono-gini.
Tanpa Jonathan sadari, tangan Eleanor yang berada di atas pangkuannya kembali mencengkram kuat. Namun kali ini Eleanor mengangkat kepalanya hingga sorotan matanya tidak beralih sedetikpun dari wajah Jonathan.
“Mungkin…” sahut Eleanor ambigu.
Jonathan menghembuskan nafas berat. Memperbaiki posisi duduknya seperti posisi negosiasi yang sesungguhnya. Jika mengingat apa yang telah terjadi setahun terakhir, rasanya dia tidak percaya akan duduk di sofa itu berhadapan dengan wanita itu untuk membicarakan pernikahan. “Apakah menurutmu pernikahan ini hanya sebuah permainan?” tanyanya.
Untuk pertama kalinya pupil mata Eleanor tampak melebar. Pertanyaan yang diajukan padanya terasa mengantam jantungnya. Dilihatnya sekali lagi pria itu masih menatapnya dengan sorotan mata yang sama. Seolah dia sudah menemukan jalan untuk keluar dari jeratan itu.
“Jika seperti itu seharusnya aku tidak perlu menyetujui pernikahan ini sejak awal.” Tanpa menunggu jawaban Eleanor, Jonathan mengambil kesimpulan sendiri. “Aku akan melakukan apapun untuk membalas budi, tapi tidak dengan bermain-main dengan pernikahan. Jika kamu ingin aku menyerahkan perusahaanku sebagai bentuk balas budiku, aku akan berusaha melepasnya dengan syarat tertentu.”
Jonathan kembali sudah memutuskan untuk menghadapi Eleanor dan itu berarti dia sedang mempertaruhkan segalanya. “Aku memiliki banyak harapan dalam hidupku. Jadi tidak masalah kalau harus mengorbankan perusahan untuk mewujudkan harapan itu, karena aku bisa memulainya kembali dari awal. Dan apa kamu tahu harapan terbesarku? Aku hanya ingin mempunyai sebuah keluarga bahagia seperti kedua orang tuaku. Jadi aku tidak ingin main-main dengan pernikahan.”
Karena tidak kunjung mendengar tanggapan Eleanor, Jonathan merasa ingin segera mengakhiri pembicaraan menyiksa itu. Karena itu tanpa menunggu waktu, dia segera beranjak dari tempat duduknya. Ada banyak alasan mengapa Jonathan harus mengatakan semua itu. Salah satu alasannya adalah karena dia tidak ingin menyesal untuk kesekiankalinya. Dan alasan terakhir adalah karena Allena, dia masih memikirkan wanita itu.
Namun baru selangkah, Eleanor justru menahannya, “Tunggu! Perjanjian ini juga untuk membebaskanmu…” ujarnya. Tahu bahwa Jonathan hendak melepaskan diri, Eleanor pun segera bertindak cepat. Jonathan tidak tahu bahwa Eleanor mengetahui segala hal lebih dari apa yang diketahuinya. Termasuk hal yang terjadi di apartmen Jonathan.
Jonathan berbalik. Menatap wajah Eleanor dari posisi berdiri. Kelopak matanya memanas setelah dia mengucapkan kata-kata tentang harapannya. Namun di depan Eleanor, dia mencoba menahan. Sebaliknya dari posisinya sekarang Jonathan bisa melihat kedua tangan Eleanor tang tersembunyi di balik meja itu. Buku-buku jari Eleanor tampak memutih, kontras dengan ekspresi yang tenang dan mengintimidasi yang coba ditampilkannya.
“Aku sudah tahu semua yang terjadi diantara kalian dan kamu masih mencintai wanita itu, kekasih yang kamu pertahankan selama lebih dari sepuluh tahun.” Ujar Eleanor penuh penekanan, terutama pada kalimat terakhir. “Karena itu aku akan membebaskanmu untuk kembali padanya.”
Diam. Jonathan membeku di tempatnya karena perkataan Eleanor. Dia butuh beberapa saat untuk mencerna kata-kata itu. Kata-kata yang sebenarnya terasa menghinanya. “Bagaimana kamu tahu aku akan kembali padanya atau tidak?” tanya Jonathan tanpa emosi.
“Apakah aku salah?” tantang Eleanor dengan menampilkan kontak mata yang lebih tajam.
“Tidak… kamu mungkin tidak salah.” Balas Jonathan ambigu.
Atas permintaan Jonathan acara pernikahan itu pun digelar secara sederhana. Pemberkatan yang digelar di salah satu gereja di Surabaya Barat hanya dihadiri oleh keluarga. Di salah satu gereja elit dengan bangunan bernuansa putih dan berlantai marmer, lukisan-lukisan kisah kristus di langit-langitnya serta deretan tempat duduk jemaat yang dihiasi pita-pita cantik, juga bunga-bunga segar; camelia, mawar, ponny hingga krisan itu Eleanor dan Jonathan berdiri berdampingan menghadap sang pastor untuk mengucapkan janji pernikahan. Eleanor dengan gaun brokat satin putih berlengan panjang dengan potongan dada rendah serta tundung transparan yang menutupi wajahnya terlihat tenang dan anggun saat mengucapkan janji pernikahan dengan bimbingan sang pastor. Sementara Jonathan dengan setelan tuxendo hitam dan sarung tangan putih tampak memandang lurus ke depan seolah memikirkan sesuatu. Di barisan depan kursi jemaat duduk Liem Hok dengan wajah masamnya lalu ayah Eleanor dengan pandangan mata berkaca-
“Ada hal yang harus kita bicarakan!” Saat pesan itu masuk ke ponselnya, Jonathan sudah bisa menebak hal apa yang akan mereka bicarakan. Sehingga dia langsung memutar mobilnya dan mengambil jalur tercepat menuju HS Group Building. Jam kerjanya fleksibel jadi dia akan memberitahu Ryan untuk memulai briefing tanpanya. Sebenarnya ini adalah hari pertamanya kembali berkerja setelah mengambil cuti panjang. Tidak terbayang banyaknya perkerjaan yang harus diselesaikannya nanti. Meskipun selama masa cutinya baik dia maupun Ryan tetap terhubung dengan perkerjaan mereka. Sesampainya disana Jonathan segera mencari tempat parkir. Meski sudah beberapa kali menginjakkan kakinya di tempat itu, entah kenapa dia masih sering merasa terintimidasi saat memandang bangunan tinggi di hadapannya. Jonathan pun terdiam begitu saja disana setelah keluar dari mobilnya. Butuh beberapa saat baginya untuk menetralkan pikirannya sebelum menghadapi Eleanor. Letak kesalahan itu memang ada pada diri Jonathan. Baik yan
Bahagia itu bukan hanya perkara memiliki sesuatu. Tapi melepaskan juga bisa menjadi awal dari bahagia. Hanya saja melepaskan memang terkadang lebih sulit dari pada mengejar sesuatu yang diinginkannya. Jadi Jonathan tidak bisa menyalahkan Allena sepenuhnya atas apa yang terjadi tempo hari. Allena berada dalam keterpurukan karena sesuatu hal yang Jonathan belum pahami. Mungkin karena kekasih baru Allena yang pernah dilihat Jonathan telah meninggalkan perempuan itu entah kemana, atau barangkali mereka hanya sedang menggunakan istilah “break” dalam hubungan mereka seperti yang pernah Allena katakan pada Jonathan. Tapi apapun itu perasaan Allena pada Jonathan malam itu pasti hanya bersifat temporal. Dan ketika Allena tidak lagi merasa kesepian, dia pasti akan mencampakkan Jonathan lagi. Atau mereka akan sering bertengkar lagi karena kebiasan Jonathan yang gila kerja. Jadi Jonathan telah memutuskan tidak ingin lagi terjebak perasaan lam
Rere berjingit saat Eleanor menyumpit potongan tumis pare dan kemudian memakannya. Tidak peduli apakah sayuran pahit itu sudah direndam dalam air garam atau tidak sebelum memasaknya, rasa pahit pare tidak akan hilang sepenuhnya. Tetap ada rasa pahit yang tertinggal. Rere pun tidak habis pikir dengan selera makan Eleanor. Orang-orang berduit di luar sana menghabiskan waktu makan siang mereka dengan makanan enak dan mewah yang dimasak oleh chef di restaurant terkenal sambil menikmati pemandangan indah. Tapi Eleanor justru menikmati tumis pare, nasi putih, ikan kukus, sup kaldu jamur bening dan hidangan pencuci mulut berupa pudding buah untuk makan siangnya. Ditambah Eleanor harus melakukan perjalanan bolak-balik dari kantor ke rumahnya lalu ke kantor lagi hanya untuk makan siang itu.Hari ini Rere tiba dengan penerbangan pertama dan dia langsung menemui Eleanor yang sedang menikmati makan siang di rumahnya. Eleanor ternyata sudah kembali dari Perth sejak beberapa
Saat memutuskan bertunangan, dia dan Jonathan sepakat dalam satu hal. Bahwa cinta tidak begitu diperlukan dalam hubungan pernikahan mereka. Ada banyak orang-orang di lingkarannya yang memutuskan menikah dengan alasan seperti kepentingan bisnis, mengamankan aset, mengembangkan koneksi, mendapatkan status hingga balas budi. Sementara cinta hanyalah salah satu dari beberapa syarat yang jarang dipertimbangkan. Sebab syarat yang paling penting biasanya hanya menyangkut seperti latar belakang keluarga, harta, karier, pendidikan, kepribadian, penampilan dan kelayakannya. Cinta sendiri ada dalam daftar paling terakhir, atau lebih tepatnya tidak begitu penting. Mereka yang menikah karena cinta adalah orang-orang yang beruntung. Di sebuah bungalow tepi pantai Eleanor menyesap aroma penfolds grange shiraz. Sementara lidahnya mulai terbiasa dengan rasa sepat dan pahit dari kombinasi oak leather, vanilla, kakao, tobacco yang seimbang dan diakhiri fruit bomb
“Aku akan membantumu setelah acara pertunangan kita.” dengan nada bicara yang terdengar dingin Eleanor menyanggupi permintaan Jonathan. Sehingga acara pertunangan itu pun berjalan seperti yang seharusnya terjadi.Pasific Rim adalah restaurant yang menyajikan makanan tradisional asia dengan dekorasi dan patern ala Tibet. Berlantai marmer dengan nuansa yang kental dengan warna black & gold di sekelilingnya. Juga pemandangan jendela yang mengarah langsung ke lautan lepas. Semua meja di tempat itu telah terisi penuh oleh tamu undangan dan kerabat Eleanor. Peralatan makan mewah dengan serbet putih, chop stick serta gelas sampanye juga tertata rapi di hadapan mereka. Beberapa waiters pun tampak menyajikan hidangan pembuka.Acara pertunangan sendiri baru dimulai ketika Eleanor dan Jonathan memasuki tempat itu. Best Man yang tak lain adalah Ryan memberikan kontak cincin yang dipercayakan padanya untuk kemudian disem
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen