Share

Chapter Two

Lelaki yang duduk dibangku paling belakang samping jendela itu bernama Kendra Putra Anggala. Lelaki yang sedari tadi diam tak melakukan aktivitas apapun selain bernapas. Entah apa yang ia lakukan, mungkin menghitung detak jantungnya perdetik.

Tiba-tiba bel masuk berbunyi. Membuat siswa siswi masuk ke kelasnya masing-masing.

"Ini bakal ada kelas? Aku gak bawa buku," ucap Luisha panik.

"Tenang, Lu. Kayanya ini cuma pemberitahuan wali kelas sama mata pelajaran deh," sahut Mauryn menenangkan.

"Kalau sampai mulai kelas, aku mau bolos aja," keluh Luisha lalu menelengkupkan wajahnya ke meja.

"Selamat pagi," ucap seseorang yang baru saja masuk ke kelas IPA 2-2.

"Pagi, bu," sahut siswa siswi serentak.

"Oh ya, hari ini bebas kelas. Ibu disin akan menyampaikan beberapa hal untuk kelas ini," ucap seorang wanita dewasa dengan senyum cantiknya. Ya, namanya adalah Sandra Maharani.

"Hore!!" jerit sebagian siswa siswi yang senang. Beda dengan Kendra yang terus diam menatap meja. Jangankan menatap keributan dikelasnya, menatap teman yang duduk disebelahnya saja dia enggan.

"Ibu disini sebagai wali kelas kalian sampai kenaikan kelas nanti--"

"Horeee ... akhirnya Bu Sandra jadi wali kelas ipa dua dua."

"Bu Sandra terus jadi wali kelas kita dong sampai lulus."

"Enaknya punya wali kelas cantik."

"Anak laki pada mata keranjang."

"Karna itu adalah nikmat yang tidak bisa didustakan."

"Sudah-sudah. Jangan ribut," ucap Bu Sandra meleraikan. "Dikelas ini, Ibu mau kalian duduk berpasangan."

"Hah?"

"Maksudnya laki-laki sama perempuan duduknya bareng, Bu?"

"Iya betul sekali." Bu Sandra tersenyum cantik.

"Boleh milih kan, Bu?"

"Enggak, Ibu mau pakai sistem undi. Jadi satu persatu dari kalian maju kedepan buat ambil kertas yang Ibu udah tulisin."

"Kalau perempuan sama perempuan kertas undinya sama gimana, Bu?"

"Gak bakal sama, soalnya Ibu pisahkan," ucap Bu Sandra senyum. Sungguh, Bu Sandra ini murah senyum yang membuat kelas terus hangat.

"Oke-oke, Bu."

Bu Sandra mulai menuliskan sesuatu dikertas kecil lalu dibagi menjadi dua kelompok.

"Ayo, silakan diambil kertasnya," ucap Bu Sandra berdiri dan tersenyum.

Para siswa dan siswi mulai maju ke depan untuk mengambil kertas undian.

"Berasa lagi main lotre ya, Ryn," ucap Luisha tertawa.

"Iya-ya." Mauryn tertawa kecil.

Semua sudah mendapat kertas undiannya masing-masing dan Bu Sandra duduk kembali dikursinya.

"Sekarang kalian buka kertasnya dan duduk bersama teman dengan nama yang sama dikertas itu," jelasnya.

Para siswa dan siswi pun membuka gulungan kertas kecil itu serempak.

"Mangga mana nih mangga?"

"Lemon in here!"

"Apel!"

"Strawberry, man."

"Jeruk in here hey!"

"Hallo ada yang dapet melon?"

Seketika kelas IPA 2-2 berisik menyebutkan nama buah-buahan membuat Bu Sandra tersenyum merasa kalau anak didiknya lucu.

"Ayo, yang sudah bertemu pasangannya silakan duduk bersama."

Separuh dari 40 murid sudah bertemu dengan teman sebangkunya.

"Tolong yang dapet pisang kesini," teriak Luisha kesal karna si pemilik kertas bertulisan pisang tidak juga menghampirinya.

"Pisang disini!" sahut seseorang dari belakang.

Luisha menengok dan betapa terkejutnya ia karena orang pemilik kertas bertulisan pisang itu sangat tampan.

"Bu Sandra! Terimakasih karena sudah mempertemukan saya dengan jodoh saya," ucap Luisha heboh.

"Lu, Lu, sadar Lu," ucap Mauryn sambil menarik rambut Luisha pelan.

"Aduh, Ryn, kenapa narik rambuk aku?" tanya Luisha agak kesal.

"Kalau udah dapat cowok ganteng akunya langsung dilupain, yah," sindir Mauryn.

"Eh eh enggak gitu juga, Ryn," ucap Luisha cemberut.

"Iya gak apa-apa. Yaudah sana ke cowok kamu," ucap Mauryn.

"Kamu tetep prioritas aku, Ryn, tenang aja," ucap Luisha sambil ngewink.

Mauryn mengangguk tertawa melihat tingkah konyol Luisha. Yah, bagaimanapun Luisha, tetap saja hanya dia yang membuat Mauryn menjadi diri sendiri.

"Oh ya, Kendra dapat apel," ucap seseorang yang tadi mendapat tulisan pisang. Yah, lelaki itu adalah orang yang duduk disebelah Kendra. Namanya Izra Pratama.

"Apel?" Mauryn mengecek lagi kertas yang ditangannya.

Setelah tau dirinya juga mendapat apel, Mauryn langsung mengampiri Kendra yang duduk paling belakang.

"Hai, aku juga apel. Aku duduk disini, ya," ucap Mauryn sopan dan tersenyum lalu duduk disebelah Kendra.

Kendra diam tak menjawab membuat Mauryn canggung. Lelaki itu sama sekali tidak menggubris ucapannya bahkan tidak menatapnya sama sekali.

"Kamu terganggu aku duduk disini? Kalau iya, aku bakal bilang sama Bu Sandra."

Diam. Kendra tidak menjawab membuat Mauryn tidak nyaman dan canggung.

'Mau duduk sama Luisha aja,' batinnya mengeluh.

"Ken?"

Tidak ada jawaban.

"Dia gak dengar karna berisik apa ya?" monolog Mauryn.

"Kendra!" panggil Mauryn cukup keras.

"Dia memang begitu," ucap seseorang yang tiba-tiba berdiri didepannya.

"Hah?" Mauryn mendongak. Oh, Izra.

"Aku sama Izra duduk didepan kalian, Ryn." Luisha senyum.

Ada senang, ada kesal, ada canggung, semua Mauryn tanggung sendirian. Luisha yang selalu peka kini jadi tidak peka akibat Izra.

Luisha dan Izra duduk di bangku depannya. Siswa siswi yang lain juga sudah bertemu dengan pasangan masing-masing. Tapi Mauryn masih canggung dengan Kendra sedangkan yang lainnya terlihat begitu senang dengan teman sebangkunya yang baru.

"Bu Sandra!" panggil Mauryn membuat suasana jadi hening seketika dan semua menatap Mauryn.

"Iya, Mauryn?"

"Sepertinya Kendra--"

"Gak apa-apa."

Eh? Mauryn terkejut dan langsung menatap Kendra.

"Apa? Bilang apa tadi?"

Kendra diam tapi dia menatap Mauryn tanpa ekspresi membuat Mauryn semakin bingung dan canggung.

"Ada apa, Mauryn?" tanya Bu Sandra.

"Eh itu, anu." Mauryn terus menatap Kendra bingung. Mauryn tidak mengerti apa yang Kendra maksudkan.

Kendra berkedip.

"Gak ada apa-apa, Bu." Mauryn tersenyum. Ia tidak tau ini benar atau salah, ia hanya menganggap kedipan tadi itu tanda 'kau boleh disini'.

"Baik kalau begitu. Ibu akan menulis jadwal pelajaran kelas dua sampai semester depan." Bu Sandra bangun dari duduknya dan mulai menulis di whiteboard.

Mauryn terus menatap Kendra yang sibuk menyalin apa yang tertulis di whiteboard.

'Dia kan orang yang Luisha kasih tau tadi? Kalau iya, yang Luisha bilang itu dia dungu, tapi kenapa dia kaya bisu?' batin Mauryn.

"Belum mau menulis?" tanya Kendra tanpa menatap Mauryn karna masih sibuk menulis.

"Hah? Eh?" Mauryn salah tingkah lalu buru-buru mengambil buku di tas dan mulai menulis walau sesekali ia melirik kearah Kendra.

'Kok kaya ada yang panas?' batinnya.

Tbc ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status