Share

4. Siapa dia?

Happy reading....

Yoonki duduk sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, memperhatikan puluhan orang disana yang sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Seharusnya sebagai seorang direktur dia tidak harus turun langsung mengontrol cara kerja dari semua staff yang bekerja di sana. Namun bukan itu tujuan Yoonki. Sebenarnya, dia sendiripun sangat benci berada dalam keramaian dan kebisingan itu tapi Yoonki harus bertahan disana untuk menemukan sosok yang dia cari.

Lebih cepat dia menemukannya akan lebih baik. Sorot mata tajam Yoonki memperhatikan mereka satu persatu.

"Sial!" umpat Yoonki samar saat dia tak merasakan ada hawa lain kecuali para manusia itu.

Sebenarnya dimana dia bersembunyi?

Yoonki membuang napasnya pelan sambil menyandarkan punggungnya.

Netranya tiba-tiba tertuju pada dua manusia di kejauhan sana sedang bercanda dan tertawa bersama disana.

"Hei! Taekyung, diamlah! Jika tidak make up mu akan berantakan!" Yeoni sedikit meninggikan suaranya untuk menegur pria di hadapannya.

"Aku sedang melatih otot-otot wajahku, Yeo, agar saat pemotretan nanti tidak kaku." Taekyung Lee berucap tanpa menghentikan aktifitasnya, memainkan mimik wajah seperti memanyungkan bibir atau menaik-turunkan alisnya.

Bukannya imut menurut pandangan Yeoni, itu malah terlihat menyebalkan. Pria itu sengaja agar Yeoni merasa kesal padanya.

"Jika kau terus seperti ini make up mu tidak akan selesai dan aku akan di omeli oleh Areum. Apa kau tega melihatku di marahi?" kata Yeoni bertolak pinggang sambil menatap Taekyung horor.

Pria didepannya bukan takut tapi malah tersenyum menampilkan senyum kotak khasnya.

"Baiklah Yeoni, aku akan diam." Setelah berkata seperti itu, Taekyung mengubah ekspresinya menjadi sangat serius. Dia bahkan tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya. Diam, benar-benar diam bak patung porselen. Terlebih wajah bak dewa Aphrodite. Benar benar tampan.

"Nah, begitu 'kan bagus, aku jadi semangat membuatmu menjadi semakin tampan." Yeoni tersenyum senang lalu mulai membubuhi bibir tebal Taekyung dengan lip blam.

Yoonki berdecak malas melihat tingkah dua manusia itu. 

Memuakkan.

"Yeoni," panggil Taekyung.

"Hmmm," Yeoni sangat serius merias mata pria itu. Tidak boleh ada cela sedikitpun disana.

"Kenapa kau tidak mengambil pekerjaan sebagai model saja dan malah memilih menjadi make up artis seperti ini?"

Yeoni terdiam dengan pertanyaan Taekyung. Teringat saat dulu pertama kali dia mendaftar untuk bekerja di sana sebagai make up artis dan dia malah di tawari untuk menjadi model.

Yeoni itu memang lebih pantas menjadi model ketimbang staff. Mata bulat menggemaskan, hidung kecil dan mancung, serta bentuk bibir imut yang sangat menggoda. Tapi yang menjadikan Yeoni lebih sempurna lagi adalah bintik hitam kecil yang bertengger di ujung bawah mata sebelah kirinya.

Itu membuat Yeoni makin cantik dan menarik.

"Ck... apa kau tidak ingat saat mereka menyuruhku berpose di depan kamera?" decak Yeoni.

Tentu saja Taekyung sangat ingat kejadian itu. Bahkan sampai sekarang jika Taekyung mengingatnya itu akan membuat perutnya sakit karena tertawa.

Saat itu Yeoni berpose seperti patung saja. Sangat kaku bahkan dia sampai terjatuh beberapa kali karena bingung saat sang photografer menyuruhnya berpose.

Lihat Taekyung kembali tertawa mengingatnya.

"Aku mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuanku saja," kata Yeoni tersenyum kecut.

"Padahal kau sangat cantik, Yeo. Sayang sekali jika hanya menjadi seorang staff," kata Taekyung saat tawanya reda.

"Yah, mau bagaimana lagi." 

Salah satu staff disana berteriak jika pemotretan akan segera di mulai. Dengan cepat Yeoni menyelesaikan riasan Taekyung.

"Kau memang sangat tampan, Taekyung," Yeoni tersenyum puas melihat penampilan Taekyung. Pria itu berdiri lalu berputar di depan Yeoni.

"Bagaimana pakaianku?" tanya Taekyung.

"Sempurna," ucap Yeoni menaikkan dua jempolnya.

Taekyung benar-benar terlihat seperti pengeran dengan balutan outfit serba putih dan rambut hitamnya. Tak salah dia mendapat gelar model pria paling tampan tahun ini.

"Terima kasih karena telah membuatku semakin tampan," ucap Taekyung lalu berjalan dengan gaya super kerennya menuju tempat pemotretan.

"Bahkan aku lebih tampan dari dia." 

Jangan tanya siapa yang bergumam seperti itu, tentu saja Yoonki. Entah kenapa dia masih setia duduk disana sambil memperhatikan setiap gerak-gerik Taekyung dan Yeoni.

Yoonki memperhatikan Taekyung yang mulai diberi arahan untuk berpose di depan kamera. 

Melihat bagaimana pria yang mengaku sangat tampan itu berpose dengan sangat natural, membuat dia iri saja. 

"Aku bisa lebih bagus dalam berpose. Pose apa itu? Ck...." 

Untuk pertama kalinya, Yoonki begitu kesal dengan seorang manusia membuat dia tidak ingin berlama-lama disana. Namun sebelum benar-benar beranjak, Yoonki sempat mencuri pandang kearah Yeoni yang tengah sibuk dengan peralatan make up-nya.

Satu senyuman tipis terukir di wajah Yoonki lalu dia melanjutkan kembali langkahnya. Tapi belum sampai langkah ke tiga, Yoonki berhenti lagi saat merasakan sebuah aura yang berbeda memasuki ruangan itu.

Dia berbalik pada kerumunan manusia disana. Seketika tangan Yoonki mengepal kuat. Jika saja dia tidak ingat dimana sekarang dia berada, sudah pasti dia akan langsung menyerang sosok itu.

"Jessica!" 

Salah satu staff disana menyebut nama sosok yang baru saja masuk kedalam ruangan itu.

"Selamat siang, maaf aku sedikit terlambat."  

Wanita bernama Jessica itu membungkuk sopan pada para staff disana karena merasa telah terlambat dari janji yang telah mereka buat.

"Tidak, Nona. Anda tidak terlambat, kami baru saja akan memulainya," ucap Areum ramah.

Tatapan Yoonki masih berpusat pada wanita bernama Jessica itu. Dan entah kenapa dia malah berjalan menghampiri Yeoni.

"Yeoni Kim!" panggil Yoonki

"Ah, iya Pak Yoonki. Ada apa?" tanya Yeoni heran tapi dia tetap fokus pada pekerjaannya untuk membereskan alat make up nya setelah membungkuk sopan pada sang bos.

"Siapa wanita itu?" Yoonki menunjuk wanita yang tengah menjadi pusat perhatian disana. Yeoni melirik kearah yang ditunjuk oleh Yoonki. 

"Oh, dia Jessica. Model yang akan bekerja sama dengan Taekyung," jawab Yeoni jujur.

"Apakah dia sering kemari?" tanya Yoonki lagi tanpa mengalihkan pandangannya dari wanita bernama Jessica itu.

"Ini pertama kalinya dia bekerja sama dengan kita," jawab Yeoni lagi. Yoonki bergeming disana.

"Kenapa dia sangat penasaran? Lagipula jika memang penasaran kenapa malah bertanya padaku bukannya langsung kesana menemui Jessica. Lagipula, sebagai seorang direktur seharusnya dia tahu 'kan? Eh, tapi dia 'kan baru bekerja juga." 

Yeoni menggerutu panjang lebar sambil menatap Yoonki beberapa saat lalu beralih pada pekerjaannya yang masih banyak diatas meja.

Yoonki bergeming beberapa saat. Hingga secara tiba-tiba dia menarik tangan Yeoni untuk pergi dari sana.

"Hei! Pak Yoonki, ada apa ini?!" 

Yeoni kaget setengah mati dan mencoba memberontak melepaskan pegangan tangan Yoonki yang tak main-main, sangat kuat hingga membuat Yeoni hanya bisa pasrah ikut di belakang Yoonki. Walaupun dia tetap bertanya kenapa pria itu tiba-tiba menyeretnya.

Taekyung mencuri pandang saat Yoonki menyeret Yeoni pergi dari sana. Pria itu tersenyum tipis. Lalu kembali melanjutkan aktifitasnya. 

"Selamat siang, Taekyung Lee," ucap Jessica mengulurkan tangannya pada Taekyung.

"Selamat siang. Senang bertemu dengan Anda, Nona Jessica." Taekyung menyambut tangan Jessica dengan ramah.

"Aku juga sangat senang bertemu denganmu. Akhirnya kita bisa bekerja sama setelah sekian lama," kata Jessica sekedar basa-basi.

"Ah, ya ... aku juga senang bisa bekerja sama denganmu."

"Kalau begitu, lanjutkan saja pemotretanmu. Aku harus bertemu dengan manajer Song dulu untuk membicarakan kerja sama kita," ucap Jessica akan beranjak, namun wanita itu berbalik lagi.

"Oh iya, Tuan Lee, apakah kau ada acara setelah pemotretan?" 

"Kurasa begitu."

"Ah begitu rupanya ... sayang sekali."

Gadis itu terlihat sangat kecewa dengan penolakan Taekyung. Terlihat dari senyumnya yang terlihat sangat di paksakan.

"Mungkin lain kali karena aku harus membereskan sesuatu terlebih dahulu." 

Ucapan Taekyung membuat Jessica kembali tersenyum manis. Dia menyilangkan kedua tangannya di dada lalu berkata, "Baiklah hubungi aku jika kau punya waktu. Aku akan mengatur jadwalku. Byee~~~"

Jessica pergi dari sana setelah melambaikan tangannya yang di balas dengan anggukan kecil dari Taekyung.

Sesi pemotretan Taekyung berlangsung sekitar 30 menit lebih setelah itu di lanjutkan dengan sesi pemotretannya dengan Jessica.

Mereka semua bertepuk tangan untuk pasangan itu. Hasil gambar yang hasilkan sungguh sempurna.

Tentu saja. 

Pemotretan dengan dua orang yang sangat terkenal di dunia modeling tidak mungkin menghasilkan gambar yang biasa saja. 

"Kalian luar biasa. Pemotretan kali ini benar-benar sempurna. Terima kasih. Kalian sudah bekerja keras untuk ini Taekyung dan Jessica," ucap salah satu staff disana.

Mereka saling menunduk tanda terima kasih dan juga atas kerja keras mereka hari ini.

Taekyung mengambil mantel yang ada di kursi meja riasnya. Pandangannya dia edarkan keseluruh sudut ruangan itu.

"Areum!" panggil Taekyung.

"Iya?" Areum berbalik menatap Taekyung. Gadis itu sedang sibuk mengatur kembali outfit yang di kenakan Taekyung dan Jessica tadi.

"Kau melihat Yeoni?" tanya Taekyung.

"Entahlah, aku tidak melihatnya sejak tadi. Aish ... padahal pekerjaan disini sangat banyak entah kemana gadis itu!" Ternyata Areum pun baru sadar jika sejak tadi gadis berambut coklat yang biasanya akan membantu semua pekerjaannya hilang entah kemana.

"Baiklah kalau begitu aku akan mencarinya." Taekyung pun segera beranjak dari sana.

"Tapi, Tae---"

"Tidak apa ... lagi pula ada yang harus aku bicarakan dengannya," potong Taekyung. Areum hanya mengangguk lalu melanjutkan kembali pekerjaannya.

Taekyung mencari Yeoni di ruang make up namun dia tidak menemukan gadis itu.

'Kemana Pak Yoonki membawa Yeoni?'

Taekyung terus mencari hingga dia tiba di lobi agensi. Pria itu mengembangkan senyumannya saat melihat Yeoni tengah duduk manis di salah satu kursi kecil yang ada disana.

"Yeoni!" panggil Taekyung berlari kecil menghampiri Yeoni.

"Oh, Taekyung, kenapa kau ada disini? Apa pemotretanmu sudah selesai?" jawab Yeoni yang ditambah dengan pertanyaan untuk Taekyung.

"Sudah dari tadi. Kau kemana saja? Seharusnya kau menungguku saat pemotretan tadi. Aku jadi bosan tidak bisa melihatmu," ucap Taekyung dengan nada pura-pura merajuk.

Yeoni tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Yeoni, ayo pulang bersamaku!"  Taekyung menggenggam tangan Yeoni erat seakan dia tidak ingin gadis itu jauh lagi darinya.

"Tapi pekerjaanku bagaimana?" tanya Yeoni khawatir.

"Kau tidak perlu khawatir. Jika aku mengatakan aku yang mengajakmu keluar tidak akan ada yang marah. Kau lupa siapa aku?" ucap Taekyung memberi wink menggoda.

"Kau Taekyung Lee. Aku tidak lupa," jawab Yeoni dengan polosnya.

"Ck ... kau tidak asyik sekali. Aku serius. Mereka tidak mungkin berani memarahimu jika aku yang mengajakmu, karena aku anak kesayangan mereka. Kau tahu." 

Perkataan Taekyung seketika membuat Yeoni ingin menyumpal mulutnya dengan kaos kaki.

Tapi tentu saja Yeoni tidak akan melakukan hal itu. Yeoni menyayangi Taekyung dan juga pekerjaannya. Bukan saat yang tepat jika dia harus jadi pengangguran dan membuat berita heboh yang mungkin bisa membuat nyawanya dalam bahaya.

"Baiklah. Ayo kita pulang," ucap Yeoni tersenyum menyetujui ajakan Taekyung.

Di dalam mobil.

"Dimana sopirmu?" tanya Yeoni.

"Jika aku membawa sopir aku tidak akan leluasa bersamamu."

"Maksudmu?" 

Taekyung tertawa lebar melihat reaksi Yeoni yang menurutnya sangat berlebihan. "Aku hanya bercanda, Yeo. Kau terlihat sangat tegang sejak tadi jadi aku mencoba untuk menghiburmu."

Yeoni membuang napasnya pelan sambil menyadarkan tubuhnya di jok mobil milik Taekyung yang entah sejak kapan terasa sangat empuk.

"Aku hanya sedang banyak pikiran."

"Tentang Pak Yoonki?" 

Seketika Yeoni membulatkan matanya menatap Taekyung.

'Dari mana pria ini bisa tahu?'

"Diam berarti benar," lanjut Taekyung. 

"Kurasa direktur baru kita itu menyukaimu, Yeo." 

Lagi-lagi hanya Taekyung yang berbicara karena Yeoni masih memilih untuk diam. Yeoni membuang jauh tatapannya keluar jendela dengan tangan yang saling meremat.

"Benarkah?" 

Ucapan itu terlotar setelah Yeoni terdiam sambil berfikir sekitar 30 detik lamanya.

"Hmm...." Taekyung mengangguk.

"Tadi aku sempat melihatnya terus memperhatikanmu dari jauh. Dia terlihat cemburu melihat kita berdua."

"Kau bercanda? Hah, kenapa kehidupan kerjaku bisa seperti ini." Yeoni menghela nafas kecil.

"Kurasa memang seperti itu. Apa kau tidak lihat bagaimana dia melihatmu? Aku saja sampai cemburu melihatnya 'kan aku juga suka padamu, Yeo." 

"Hentikan itu, Taekyung. Kau jangan membuat hidupku tambah kacau," ucap Yeoni membuat Taekyung hanya menaikkan bahunya samar.

"Ck, padahal aku berharap kau menyukaiku. Kau harusnya senang disukai lelaki tampan sepertiku." 

"Dalam mimpimu, Tae. Aku tidak menyukai pria yang terlalu tampan sepertimu."

"Loh, memangnya kenapa? Justru seharusnya kau bersyukur bisa berkencan dengan pujaan hati jutaan wanita di luar sana," kata Taekyung dengan nada yang sangat dramatis membuat Yeoni memutar bola matanya malas. Pria di sampingnya kadang tidak bisa mengontrol rasa percaya dirinya yang berlebihan.

"Justru karena itu, aku masih menyayangi nyawaku omong-omong," balas Yeoni.

Tanpa di jelaskanpun Taekyung tau apa yang di maksud Yeoni. Dia hanya bisa tersenyum kecut. Sungguh kata-kata Yeoni sangat menusuk.

Yeoni melirik sekilas Taekyung yang kembali hening, berfikir apakah perkataannya tadi keterlaluan? Melihat Taekyung yang hanya fokus kembali ke jalanan, Yeoni memutuskan untuk mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil.

***

Yoonki mengetukan jarinya pada besi penyangga di tepi jalan itu. Sesekali menatap manusia yang sedang berlalu lalang di hadapannya.

Yoonki sedang menunggu kedatangan seseorang yang dia yakini pasti akan melewati jalan setepak tersebut. Netranya menangkap sosok yang langsung berlari masuk kedalam gang yang lebih kecil dan sepi saat melihat keberadaan Yoonki disana. Dia tersenyum tipis sambil mengikuti langkah sosok itu dan saat disana tak lagi ada manusia, dengan cepat Yoonki mengejar sosok di depannya yang juga melaju dengan cepat.

Yang di kejar ada dihadapannya sekarang. Yoonki mencengkram leher sosok itu lalu menghimpitnya kedinding.

"Hei?! Uhuk--uhukk---lepaskan aku!" pinta sosok itu dengan susah payah.

Bahkan kakinya pun sudah tak bertengger lagi ditanah.

"Apa maumu, huh?" tanya Yoonki tambah mencengkram leher sosok itu. Jangan mengharapkan pengampunan dari seorang iblis seperti Yoonki karna itu hanya sia-sia.

"Lepaskan--a-aku--Asta--Vale-rio!"

"Tidak, sampai kau mengatakan apa maumu!" Yoonki makin mencengkran kuat leher sosok itu sambil bersmirk. 

Mengerikan.

Itu aura yang dikeluarkan oleh Yoonki saat ini.

"Bagaimana--a-a-aku bisa mengatakannya jika k-kau tidak me-melepaskanku, brengsek!" umpat sosok itu karna dia merasa jika nyawanya sudah di ambang kepala.

Yoonki menghempas tubuh itu tanpa belas kasihan sama sekali.

"Uhuk ... uhuk ... huh ... huh ...." 

Sosok itu terengah sambil memegangi lehernya yang terasa hampir putus karena cengkraman tangan Yoonki.

"Sekarang katakan! Apa maumu? Aku tidak akan segan-segan membunuh jika kau tidak mengatakan yang sebenarnya!" ucap Yoonki penuh penekanan.

Tak memperdulikan sosok yang saat ini masih berusaha mengambil nafas.

Sosok itu berdiri lalu membuka penutup hodie hitam yang dia kenakan menampilkan wajahnya di hadapan Yoonki.

"Sudah kuduga ternyata kau ...."

"Apa kau sudah gila, Asta Valerio!" pekik sosok yang ternyata seorang wanita.

"Aku memang gila. Bukankah kau tahu itu?" ucap Asta dengan ekspresi datarnya.

"Dasar pria gila ...." dengus wanita itu. "Kau bahkan tidak merasa bersalah sama sekali karena hampir membunuh bangsamu sendiri, huh?"

Wanita itu kembali memekikkan suaranya.

"Kecilkan suaramu ...."

"Jessica."

To be continue....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status