Home / Fantasi / The Red Demon / 7. Kasus Aneh

Share

7. Kasus Aneh

Author: Aredhel
last update Last Updated: 2021-06-27 09:41:17

Happy reading....

Yeo Oh Kim berjalan cepat ke arah para rekan sesama profesinya. Mereka yang semula terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing berbalik untuk memberi hormat pada pria itu.

"Apa yang terjadi dibsini?" tanya Yeo Oh pada salah satu polisi di sana.

"Bunuh diri, Pak. Dia menggunakan arang untuk membuatnya sesak napas dan meninggal," jelas pria itu tegas khas seorang polisi pada umumnya.

Yeon Oh mengangguk lalu melanjutkan langkahnya menuju

tempat kejadian perkara. Tubuh dari korban masih tergeletak untuk keperluan foto bukti. Pria itu memakai masker dan juga sarung tangan lalu mendekati sambil memperhatikan dengan seksama keadaan mobil maupun tubuh korban. 

"Hei! Apakah kalian yang memecahkan kaca mobilnya?" tanya Yeo Oh berbalik menatap para rekannya.

"Kaca itu sudah pecah saat kami datang, Pak," jawab pria yang bersama Yeo Oh tadi. Juniornya sekaligus partnernya, Young Ji Park.

Yeo Oh berdiri tegap sambil menatap mobil itu bingung. Young Ji pun mendekatinya lalu bertanya, "Ada apa, Pak?" 

"Apa kau tahu siapa yang memecahkan kaca mobil ini?"

Young Ji menggeleng."Tidak, Pak, kami tidak tahu siapa yang memecahkannya mungkin orang yang menelpon polisi."

"Dimana orang itu?" tanya Yeo Oh sambil melepas masker serta sarung tangannya.

"Itu dia disana, Pak," jawabnya sambil menunjuk pria yang sedang diinterogasi oleh dua orang polisi.

Yeo Oh mendekati tiga orang itu. "Selamat malam, jadi benar Anda yang melapor tadi?" tanya Yeo Oh tanpa basa basi.

"Benar, Pak," jawabnya cepat dengan raut wajah yang masih terlihat sangat kaget.

"Apakah Anda mencoba menyelamatkan korban?"

"Menyelamatkannya?" Pria itu terlihat bingung. "Tidak, Pak. Saat saya sampai dibsini korban memang sudah meninggal jadi saya tidak melakukan apa-apa kecuali segera menelpon polisi," lanjutnya.

"Ah, begitu," Yeo Oh hanya mengangguk pelan lalu menatap kembali ke arah mobil korban. Tim medis sudah memindahkan mayat tersebut karena tim polisi dan detektif sudah selesai memeriksanya.

"Terima kasih sudah menelpon. Kerja sama Anda amat kami hargai," kata Yeo Oh tersenyum simpul lalu pergi dari sana.

Dia menuju ke tim medis lalu bertanya, "Jadi bagaimana?"

"Ini memang murni bunuh diri. Kami tidak menemukan apapun yang mencurigakan di tubuhnya," jawab salah satu tim medis di sana.

"Baiklah kalau begitu aku akan memeriksa kembali mobilnya," ujar Yeo Oh kemudian berjalan ke mobil korban.

Dia kembali memakai sarung tangannya lagi dan mulai memeriksa semua bagian mobil itu dari luar sampai di dalamnya. 

"Ada apa, Pak? Apakah kau merasa jika ini bukan kasus bunuh diri?" tanya Young Ji yang setia mengikuti Yeo Oh kemanapun ia pergi. Seperti anak ayam yang mengikuti induknya.

"Seseorang yang bunuh diri dengan membakar arang tidak mungkin memecahkan kaca mobilnya sendiri, itu akan membuat asap dari arang keluar, lalu bagaimana bisa kita mengatakan dia tewas karena menghirup asap dari arang itu?" tuturnya tanpa berhenti melihat sekeliling mobil itu.

"Anda benar juga, Pak. Jika dia memang ingin bunuh diri kenapa dia memecahkan kaca mobil?" ucap Young Ji mulai paham akan kecurigaan sang senior.

Mata Yeo Oh mengerut saat melihat sesuatu di bawah jok. Sebuah ponsel. Dia mengambil ponsel itu lalu memberikannya pada Young Ji yang berada di belakangnya. 

"Bawa ini sebagai barang bukti," ucapnya melepaskan sarung tangannya. "Dan perintahkan pada tim forensik untuk memeriksa kaca yang pecah itu, mungkin ada sidik jari atau apapun yang bisa menjadi barang bukti lainnya. Mengerti!" lanjutnya.

"Baik, Pak!" kata Young Ji lantang membuat Yeo Oh tersenyum tipis melihat semangat dari juniornya.

Setelah semuanya selesai, pria itu kembali ke kantor polisi. Mendudukkan dirinya di kursi lalu membuang napasnya berat.

"Sepertinya aku harus lembur lagi malam ini," lirih pria itu meletakkan topi yang di pakainya. Dia mengambil benda segi empat di atas mejanya. Dua sudut bibir pria itu terangkat saat melihat layar ponselnya. Foto Yeoni, Yeojun dan dirinya menghiasi layar ponsel itu. Senyum dua malaikatnya itu yang selalu menjadi penyemangat ketika dia sedang merasa lelah dengan pekerjaannya seperti sekarang.

"Maafkan, Ayah, Nak."

***

Pagi itu Yeo Oh ikut serta dalam acara kremasi korban. Dia juga sempat berbicara sebentar dengan keluarga dari Tuan Shim tersebut.

Setelahnya dia bergegas menuju kantor. Kasus itu sebenarnya sudah ditutup, namun Yeo Oh masih merasa ada yang janggal dari kasus ini.

"Maaf, Pak mengganggu," ucap seseorang membuyarkan lamunan Yeo Oh. 

"Iya, ada apa, Young Ji?" tanyanya pada pria di depannya.

"Ini ponsel Tuan Shim sudah di perbaiki," jawabnya seraya memberikan ponsel berwarna hitam tersebut.

"Kerja bagus," puji Yeo Oh lalu mengambil ponsel itu dan segera mengaktifkannya. Dia memeriksa ponsel itu dengan teliti.

"File apa ini?" gumam Yeo Oh menyerengitkan dahinya. Dia menekan layar ponsel itu hingga rekaman suara tersebut terdengar. Kedua pria itu membulatkan matanya setelah mendengar suara tersebut.

Tanpa menunggu Yeo Oh dan Young Ji segera beranjak menuju kekediaman Tuan Shim.

"Selamat sore," sapanya saat melihat wanita itu membuka pintu.

"Silakan masuk," kata wanita itu mempersilakan dua polisi itu untuk masuk ke dalam rumah.

"Maaf kami mengganggu waktu Anda sebentar. Ada beberapa pertanyaan yang ingin kami ajukan terkait penyelidikan," kata Yeo Oh sopan.

"Ada apa?" tanya wanita itu pelan.

Yeo Oh dan Young Ji saling memandang satu sama lain sebelum menatap wanita di depannya lagi.

"Apakah malam itu Anda tidak bersama dengan tuan Shim?" Pertanyaan pertama yang diajukan oleh Yeo Oh untuk mengorek keterangan dari istri Tuan Shim.

"Malam itu suamiku pamit untuk membeli sesuatu di luar rumah jadi aku tidak menaruh curiga sama sekali," jawab nyonya Shim sendu.

"Sebelum meninggal apakah suami Anda menunjukkan sikap yang aneh?"

"Dia memang mengeluh jika dia memiliki masalah di kantor. Aku juga sudah menyuruhnya untuk berhenti dan mencari pekerjaan lain tapi dia mengatakan masih bisa mengatasinya," kata nyonya Shim mengambil napas dalam lalu melanjutkan ucapannya. "Belakangan dia sering keluar malam untuk minum. Dan saat mabuk barulah aku atau putriku akan menjemputnya di kedai atau bar." 

Wanita itu berpikir sejenak sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Tapi beberapa hari yang lalu hingga dia ditemukan meninggal, dia sudah tidak pernah keluar untuk mabuk-mabukkan lagi," tambahnya menatap kedua polisi itu dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Dia seperti kembali menjadi suamiku yang dulu." Tubuh wanita itu bergetar hebat saat menahan air matanya untuk tidak keluar namun ternyata dia tidak bisa menahannya.

"Aku sangat bingung kenapa dia memilih jalan untuk bunuh diri padahal aku dan putriku masih sangat membutuhkannya," lirihnya seraya mengusap air mata yang berada di pipinya yang mulai mengeriput.

Yeo Oh membuang napasnya pelan. Tidak tega melihat wanita di depannya kembali mengenang sang suami yang mungkin sudah tenang di alam sana namun dia sangat butuh keterangan dari wanita itu agar kecurigaannya akan kematian Tuan Shim bisa terungkap.

Yeo Oh mengeluarkan ponsel milik Tuan Shim lalu meletakkannya di atas meja. Menekan layar agar rekaman yang sempat dia dengar di kantor polisi bisa didengar oleh istri dari Tuan Shim. 

'Sayang, kenapa kau lakukan ini hiks ... tidak seharusnya kau seperti ini. Maafkan aku ....'

Mereka saling menatap heran setelah mendengar suara itu.

"Bukankah itu suara Anda, Nyonya Shim?" tanya Yeo Oh. 

"Ti-tidak, aku tidak menemui suamiku. Aku bahkan mengetahui jika dia bunuh diri saat polisi menelponku. Sungguh itu bukan aku," elak nyonya Shim. "Lagipula jika memang aku menemuinya aku pasti akan mencegahnya agar tidak bunuh diri ... hiks...." 

Tangis wanita itu makin pecah. Secara tidak langsung dia telah dituduh melenyapkan suami sendiri. Dia memang benci pada suaminya karena sering mabuk-mabukkan tapi dia masih mencintai pria itu. Sangat mencintainya bagaimanapun dia. Mana mungkin dia tega membunuh ayah dari putrinya?

"Kami juga tidak tahu apakah ini benar atau tidak tapi yang pasti rekaman ini direkam saat kejadian, Anda bisa melihat bukan jika kaca mobil tuan Shim pecah. Jadi memang ada seseorang yang mau menolong atau justru ingin melenyapkannya lalu memanipulasi kematiannya seperti sebuah tindakan bunuh diri," jelas Tuan Yeo Oh. 

Nyonya Shim bungkam tak bisa menjawab.

"Baiklah terima kasih atas waktunya. Kami pamit dan jika memang kami membutuhkan Anda, kami akan datang lagi kemari. Permisi!" kata Yeo Oh lagi lalu beranjak dari sana.

Mereka tidak langsung pergi dari rumah berlantai dua tersebut dan hanya duduk di dalam mobil sambil memutar kembali rekaman itu beberapa kali.

"Jika memang yang ada dalam rekaman ini bukan nyonya Shim, lalu siapa?" Tanya Young Ji bingung.

"Entahlah, tidak mungkin ada seseorang yang bisa menyerupai suara orang lain dengan baik seperti ini. Lagipula apa alibinya membunuh Tuan Shim? Dan lagi saat diotopsi tubuh Tuan Shim baik-baik saja hanya menunjukkan gagal napas karena asap dari arang. Sungguh aneh," kata Yeo Oh seraya menggelengkan kepalanya.

"Apa jangan-jangan Tuan Shim di bunuh hantu?" 

Pletak!!?

Yeo Oh menghadiahi pria itu satu geplakan di kepalanya. 

"Hei! Kau ini polisi atau dukun? Percaya dengan hal tidak masuk akal seperti itu," kesal Yeo Oh.

"Maaf, Pak. Saya 'kan hanya menebak saja," kata Young Ji sambil mengelus kepalanya.

"Kau sudah memeriksa CCTV di sekitar TKP?" 

"Sudah, Pak. Tapi hanya ada beberapa CCTV di sana. Jika bapak ingin, kita bisa memeriksanya sekarang," jawab Young Ji.

"Baiklah ayo kita kesana!" kata Yeo Oh. 

Pria itu pun melajukan mobil menuju ke TKP. Hanya butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai di sana. Mereka sudah terlebih dahulu menelpon, jadi saat sampai di sana mereka langsung dipersilakan untuk masuk ruangan CCTV.

Yeo Oh dan Young Ji mendengarkan dengan seksama penjelasan dari pria yang bertugas.

"Pada jam 07:36 malam mobil itu melewati jembatan," ucapnya sambil menunjuk mobil yang pakai oleh Tuan Shim melewati CCTV tersebut.

"Jalanan di jembatan ini memang cukup sepi, apalagi saat malam bahkan jarang sekali orang yang ingin lewat disana," katanya lagi.

"Mungkin itu yang membuat Tuan Shim ingin bunuh diri di sana karena tidak akan ada orang yang mengetahuinya," timpal Young Ji.

"Apakah ada kendaraan lain yang lewat di sana setelah Tuan Shim?" tanya Yeo Oh. 

"Ada beberapa kendaraan yang lewat," kata pria itu.

"Coba kau periksa mobil milik nyonya Shim," titah Yeo Oh pada asistennya. 

"Baik, Pak!" jawab Young Ji lalu mengeluarkan ponselnya. Sebelum beranjak tadi pria itu sempat mengambil gambar mobil milik nyonya Shim.

"Bagaimana?"

Pria itu menunjukkan ponselnya pada sang atasan, dan Yeo Oh pun dengan sigap memperhatikan setiap kendaraan dalam rekaman.

"Mobil ini memang tidak datang ke sana," gumamnya. 

"Apakah ada CCTV lain yang mungkin lebih dekat dengan TKP?"

"Tidak ada. Maaf," kata pria yang berkerja di sana menyesal.

"Sial!" kesal Yeo Oh. 

Dua pria itu memilih untuk kembali ke kantor polisi. Penyelidikan mereka hari ini cukup melelahkan. Belum lagi mereka tidak menemukan apapun. Semuanya buntu.

Bahkan saat mereka datang ke tim forensik yang memeriksa kaca mobil tuan Shim, mereka hanya mendapatkan satu sidik di sana yaitu sidik jari Tuan Shim sendiri. Tidak ada yang lain.

Yang mereka dapat hanyalah rekaman dari ponsel Tuan Shim. Tidak ada bukti yang lain lagi. Entah kenapa untuk kasus yang satu ini Yeo Oh tidak bisa membiarkannya begitu saja.

"Apakah yang dikatakan Yeoni itu benar. Jika kematian yang terjadi belakangan ini bukanlah bunuh diri melainkan memang ada sesuatu di balik ini semua ...." gumam Yeo Oh seraya mengelus pipi dan dagunya yang ditumbuhi bulu halus.

"Tapi apa? Dan siapa?"

To be continue.....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Red Demon   23. Sisi manis Yoonki

    Happy reading....Pagi ini Yeoni sudah mulai bekerja kembali. Dia merasa heran karena beberapa karyawan yang bersikap beda padanya."Biar aku saja yang mengerjakan, Yeoni.""Kau duduk saja di sana.""Kau mau minum apa?""Kalau butuh sesuatu kau bisa minta tolong padaku."Kata-kata yang terus Yeoni dengar dari mereka semua. Memangnya Yeoni siapa sampai diperlakukan seperti itu? Bukankah dia juga karyawan sama seperti mereka?Entahlah.Dia hanya diam di sana duduk sambil memandangi Taekyung yang sedang melakukan pemotretan. Tugas make up memang masih Yeoni yang mengerjakannya namun yang lain, mereka tidak membiarkan Yeoni melakukannya.Aneh."Bagai mana keadaanmu, Yeoni?"Sedikit terperanjak saat seseorang duduk di sampingnya.&nbs

  • The Red Demon   22. Curhat

    Happy reading......Beberapa hari ini Yeoni tidak masuk bekerja. Yoonki melarang itu. Yeoni masih ingat jelas bagaimana tatapan tajam Yoonki padanya saat dia sadar dari pingsannya.Bukan hanya tatapan tajam namun juga ocehan yang hampir membuat Yeoni tuli. Entah kenapa Yoonki yang notabennya pendiam tiba-tiba bisa mengoceh seperti seorang ibu yang sedang memarahi anaknya yang nakal."Yeoni!" panggil Areum.Dua gadis itu sedang berada di halaman belakang rumah Yeoni yang terdapat sebuah kursi ayunan."Sepertinya Pak Yoonki menyukaimu," kata Areum."Menyukaiku?" Yeoni terkekeh. "Apa kau tidak lihat bagaimana dia memperlakukanku. Dia sangat dingin dan sama sekali tidak romantis. Padahal katanya kami berkencan," dumel Yeoni sambil mengerucutkan bibirnya."Apa? Kalian berkencan? Sejak kap

  • The Red Demon   21. Sosok Yang Kau Rindukan

    Happy reading....Yoonki menatap datar rumah berlantai dua itu. Heran kenapa langkah kakinya malah berakhir di sana?"Yeoni Kim"Setelah seminggu lamanya Yoonki tidak bertemu dengan Yeoni cukup membuat sisi hati Yoonki terasa kosong. Dia melompat ke arah atap rumah Yeoni.Dia sedang mandi?Batin Yoonki saat mendengar gerincik air dari dalam ruangan itu. Dia melompat menuju jendela sambil memperhatikan sekitar. Tidak ada orang selain Yeoni yang sedang mandi dalam sana.Pria itu melewati Yeoni begitu saja membuat sang gadis menoleh. Yoonki dengan cepat bersembunyi di balik jendela."Siapa itu?" teriak Yeoni membuat Yoonki tersenyum tipis. Ternyata wanita itu cukup penakut juga. Yoonki baru akan kembali masuk namun Areum sudah mendahuluinya.Sial!Dia harus menunggu sampai gadis itu pergi untuk bisa

  • The Red Demon   20. Tak Bisa Menemukanmu

    Happy reading..... Yeoni menuruni tangga dengan sedikit susah payah. Tubuhnya benar-benar terasa sakit apa lagi bagian selangkanya. Rasanya nyeri sekali. "Yeoni, kau kenapa?" tanya Hana saat melihat Yeoni meringis ketika akan duduk. "Sepertinya aku salah tidur, Bibi," jawab Yeoni dengan cepat. Dia memang sudah memikirkan alasan itu sebelum keluar dari kamar tadi. "Kalau kau sakit tidak perlu bekerja, Nak," tutur Yeo Oh yang sedang sibuk dengan seragamnya. Yeoni kembali bangkit dari tempat duduk lalu mendekati sang ayah untuk membantu merapikan seragam polisinya. "Aku tidak apa-apa, Ayah," ucap Yeoni lembut. "Tapi kau terlihat pucat, Yeoni," kata Yeo Oh mengelus pipi sang anak. "Tidak. Aku sungguh baik-baik saja," jawab Yeoni seraya mengancing baju sang ayah. "Kalau begitu hari ini Ayah a

  • The Red Demon   19. Berada Di Tempat Asing

    Happy reading....Mungkin belum sampai satu jam mata Yeoni terlelap, wanita itu menggeliat dalam tidurnya. Keningnya pun mengkerut seperti sedang memikirkan sesuatu.Yeoni merasa dia berada di tempat lain. Tempat yang cukup luas. Dia juga tertidur di sana. Wangi vanilla sangat kental di tempat itu membuat Yeoni merasa sangat nyaman dan juga mengingatkan dia pada seseorang yang sangat dia rindukan kehadirannya.Yoonki Min.Namun pikirannya tetap berperang, Yeoni bingung apakah ini mimpi atau bukan. Semuanya terasa samar. Tapi dia sangat ingat jika dia tertidur di tempat tidurnya bersama Areum. Berarti Yeoni sedang bermimpi.Mungkin.Namun saat merasakan sosok yang berbaring di sebelahnya sambil memeluknya dengan intens, Yeoni kembali berpikir dua kali apakah yang terjadi padanya sekarang sungguh mimpi?Bukan hanya sekedar memeluk, sosok it

  • The Red Demon   18. Takut dan Rindu

    Happy reading....Areum dan Yeoni sudah masuk ke kamar mereka. Yeoni sesekali melihat ke arah wanita yang sudah lengkap dengan piyamanya itu. Dia sedang mempersiapkan tempat tidurnya.menyadari kegelisahan Yeoni, Areum mendekati gadis itu. Sepertinya dia masih takut karena insiden tadi. Gadis itu menggigit bibir bawahnya seraya memperhatikan sekiling kamar itu se akan mencari sesuatu."Yeoni ....""Ah, iya. Ada apa, Areum?" tanya Yeoni. Lihat bahkan dia tidak menatap Areum sedikitpun."Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Ada apa denganmu? Kau terlihat sangat kacau beberapa hari ini. Apakah ada yang mengganggu pikiranmu? Kau bisa ceritakan semuanya padaku, Yeoni," tutur Areum dengan nada bicara yang sangat lembut."Tidak ada. Aku baik-baik saja," kata Yeoni menjawab dengan cepat."Kau yakin? Tapi wajahmu tid

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status