Share

5. Bertemu Sesama Demon

Happy reading....

Malam itu angin bertiup tidak terlalu kuat membuat api unggun yang sangaja mereka buat untuk menghangatkan diri menjadi sangat tenang.

Namun suasana yang tercipta di desa yang hanya di terangi obor di setiap rumah itu justru berbanding terbalik. Tegang dan mencekam. Menunggu memang bukan hal yang menyenangkan, malah membuat khawatir dan gelisah.

Tapi mereka akhirnya bisa bernapas sedikit lega saat melihat dua sosok bangsa mereka mendekat. Ingat hanya sedikit.

Michael dan Chloe.

"Akhirnya kalian datang juga. Ada apa sampai kalian menyuruh kami semua berkumpul?" tanya Xanthos tanpa basa basi.

Michael dan Chloe saling menatap sebelum akhirnya Michael mengeluarkan dua buah kalung. 

Mereka semua terlihat terkejut dan juga beberapa terlihat makin gelisah serta takut. Mereka tahu betul apa maksud Michael tanpa dia menjelaskannya.

"Ternyata ketua dari The Hunter D masih memiliki keturunan yang sekarang bersembunyi bersama para manusia." 

Michael angkat bicara memperjelas situasi yang sedang mereka hadapi sekarang. 

"Maksudmu dialah yang telah...." Bahkan Xanthos tak dapat meneruskan ucapannya saking terkejutnya.

"Siapa lagi kalau bukan mereka? Kalung ini adalah milik dari dua bangsa kita yang mati di tangan The Hunter D saat mereka berburu di kota."

"Tapi bukankah Asta sudah memusnahkan mereka semua?" tanya Lily masih tidak bisa percaya dengan situasi yang tengah mereka hadapi.

Dia melihat sendiri bagaimana sang adik membantai para The hunter D saat itu. Bagaimana mereka menjerit dan meminta ampun agar tidak di habisi masih terngiang di rungu gadis dengan rambut silver tersebut.

"Itu juga yang membuat kami bingung, kita memang tidak bisa meremehkan kecerdasan dari The Hunter D menyembunyikan penerus mereka." Chloe mengeluarkan suaranya yang terdengar lembut namun sarat akan kebencian.

"Aku yakin dia sedang mempersiapkan pasukan untuk membunuh bangsa kita," ucap Michael mengepalkan tangannya kuat seraya menatap dua kalung yang masih setia dia pegang.

Kalung dengan batu berlian berbentuk peluru berwarna merah. Kalung itu adalah ciri khas dari bangsa The Red Demon. Tak hanya sebagai tanda pengenal sesama bangsa mereka, kalung itu juga berfungsi sebagai pelindung. Kalung itu akan mengeluarkan aroma sesuai dengan keinginan pemiliknya. Itu berfungsi untuk memanipulasi aroma mereka yang sebenarnya.

Mungkin untuk manusia kalung itu seperti parfum.

Makhluk seperti The Red Demon memiliki aroma seperti asap dari pembakaran kayu. Mereka akan sangat mudah di kenali oleh The Hunter D. Tapi dengan kalung itu mustahil untuk The Hunter D bisa mengendus mereka.

Namun sekarang sepertinya itu sia-sia karena buktinya dua orang dari bangsa mereka tewas menjadi abu.

"Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi." Xanthos mengepalkan tangannya kuat, bahkan rahang tegasnya terlihat sangat jelas sekarang.

"Kau benar. Aku tidak akan membiarkan ketenangan kita selama ini terusik kembali," timpal Michael mengangguk lalu memberikan kalung yang ada ditangannya pada Natheli.

"Lalu di mana Asta?" tanya Michael lagi saat tak menemukan kehadiran Asta disana. Sebagai seorang pemimpin ras, seharunya pria itu ada disana bersama mereka.

"Dia sedang mencari makan malam," jawab Lily.

Michael menatap raut wajah khawatir bangsanya di sana, lalu beralih menatap Xanthos yang masih dikuasai amarah.

"Katakan ini pada Asta secepatnya. Jessica sudah pergi lebih dulu pergi untuk mencarinya," kata Michael.

"Jessica? Maksudmu? Bukankah dia masih dalam masa pemulihan? Kau gila membiarkan dia pergi sendiri!" 

Amarah Xanthos semakin memucak disana. Tak habis pikir kenapa pria yang sudah dia anggap seperti saudara ini membiarkan putrinya pergi sendirian.

Keputusan yang sangat gegabah. Jessica memang salah satu demon yang membantu Asta melawan The Hunter D dulu. Tapi, saat itu Jessica terluka cukup parah karena terlalu banyak memakai kekuatannya dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pemulihan.

"Maafkan aku, tapi aku tidak bisa melihat lebih banyak bangsa kita yang mati," bela Michael.

"Dan kau mengorbankan anakmu sendiri? Begitu?" Xanthos makin tersulut emosi tak terima dengan alasan yang berikan oleh pria berambut merah terang tersebut.

"Aku yakin dia bisa menghadapinya. Itulah sebabnya aku ingin kau juga segera menyuruh Asta untuk menyusul Jessica." Nada bicara Michael lebih rendah ketimbang pria di depannya. Kemarahan tidak boleh di lawan dengan kemarahan juga. Michael sangat paham jika Xanthos hanya sedang khawatir saat ini.

"Tapi Asta juga masih belum pulih total," tolak Natheli.

"Lalu apa kau lebih memilih kita semua mati?" tanya Chloe.

Bergeming.

Mereka semua diam tanpa suara. Pilihan mereka memang sulit terlebih untuk Xanthos dan Natheli tapi jika hanya mereka yang turun tangan untuk menghadapi The Hunter D, tidak ada jaminan mereka bisa menang. Tapi jika Asta yang pergi dengan keadaanya yang sekarang dia bisa saja terbunuh juga.

"Kuharap kau segera membuat keputusan. Jessica sekarang berada di Seoul," kata Michael menepuk pundak Xanthos lalu beranjak dari sana bersama dengan sang istri.

Hening.

"Lalu siapa yang harus pergi?" tanya Lily.

"Kita tidak punya pilihan lain ... Lily kau pergi lah menyusulnya," kata salah satu dari mereka angkat bicara.

Mereka terus berdebat tanpa henti hingga akhirnya Asta tiba disana. Diluar dugaan, ternyata Asta tak berpikir dua kali untuk mencari musuh terbesarnya itu. Tanpa peduli dengan keadaannya sendiri. Bagi Asta ketenangan bangsanya lebih penting bahkan dari nyawanya sendiri.

***

Jessica memilih untuk tinggal sendiri di Seoul. Jujur saja dia belum ada rencana sama sekali. Harus seperti apa disana.

Terlebih dia hanya punya informasi jika The Hunter D terakhir berada di Seoul dan bekerja di bidang entertainment, lebih dari itu tidak ada lagi informasi yang cukup detail.

"Apa aku harus mencoba memasuki dunia entertainment seperti apa yang para informan itu katakan?" ucap Jessica entah pada siapa.

"Tapi aku harus menjadi apa? Penyanyi? Suaraku jelek." Gadis itu kian menggerutu tidak jelas.

"Tapi, aku harus menemukan cara agar bisa bekerja di bidang entertainment." Sepertinya dia tidak punya pilihan lain.

Gadis itu bangkit dari tempat tidur lalu menyalakan tv besar yang ada disana. Melihat beberapa berita tentang bagaimana cara agar bisa bekerja di bidang dimana manusia menjadi sorotan seluruh negeri.

Wanita itu bangkit dari duduknya lalu berjalan kearah kaca besar di samping lemari.

Tersenyum lembut melihat pantulan wajah dan tubuhnya di kaca tersebut. Dia telah menemukan cara paling efektif untuk bisa masuk dalam dunia hiburan itu.

Senyuman Jessica semakin mengebang seraya melipat kedua tangannya di dada. Dia pun bergumam lirih, "Aku akan menjadi model."

Tak begitu sulit untuk Jessica di terima di sebuah agensi besar. Dengan paras cantik dan tubuh proposional tak ada yang bisa menolak Jessica.

Hanya perlu waktu beberapa bulan saja untuknya mencapai kesuksesan sebagai model wanita paling poluler di Seoul.

Kesuksesan mungkin bisa dengan mudah Jessica dapatkan tapi tidak dengan tujuan utamanya.

Jessica membuang napasnya pelan saat mendengar jika kembali ada bangsanya yang terbunuh. Namun dia belum mendapat petunjuk sama sekali. The Hunter D itu sangat pintar bersembunyi hingga sangat sulit untuk di lacak.

"Jessica sudah saatnya pergi," ucap sang manager membuyarkan lamunan Jessica yang cukup panjang.

"Ah, iya," jawab Jessica singkat.

Hari ini dia ada permotretan dengan Taekyung Lee model dari Zig In Entertainment.

"Hah, hari ini akan melelahkan."

***

Jessica sudah memasuki studio agensi Zig In Entertainment tempat dimana dia akan melakukan pemotretan dengan salah satu model pria terpopuler tahun ini.

"Selamat siang! Maaf aku sedikit terlambat," ucap Jessica membungkuk pada mereka.

"Tidak, Nona. Anda tidak terlambat kami baru saja akan memulainya," ucap salah satu wanita disana ramah.

Jessica menggenggam kuat tangannya sendiri. Dari sudut matanya dia bisa melihat seseorang disana yang juga sedang menatapnya tajam namun dia tetap mempertahankan senyum di wajahnya.



Asta Valerio

Jessica mencoba bersikap seolah-olah tidak melihat Asta disana. Pria itu pun tidak beraksi apa-apa. Tapi Jessica tahu jika Asta sedang menahan emosi  luar biasa yang ingin dia lampiaskan pada wanita itu.

Jessica memang sempat mendengar jika Zig In Entertainment mempunyai direktur baru. Dan tak disangka jika direktur baru tersebut adalah Asta atau sekarang di kenal dengan nama Yoonki Min.

Luar biasa. Pria itu baru saja datang dan sudah menjadi seorang pemimpin disana. Namun itulah jati diri seorang Asta. Dia memang di lahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Baik di bangsanya apalagi di dunia manusia tempat dia berburu. Asta ibarat singa gagah perkasa yang menguasai hutan rimba.

Pria yang ada di depannya juga tak kalah luar biasanya. Taekyung Lee. Jessica berencana untuk menjadikan Taekyung 'makanan lezat' untuk di santapnya nanti.

Taekyung benar-benar memiliki aura manusia yang sangat kuat. Dia bisa menjadi sumber kekuatan yang lumayan untuk Jessica. Atau mungkin bisa menjadi partner yang bisa memuaskan Jessica dengan cara lain. Kita lihat saja nanti.

"Selamat siang Taekyung Lee," ucap Jessica mengulurkan tangannya pada Taekyung.

"Selamat siang. Senang bertemu dengan Anda, Nona Jessica," ucap Taekyung ramah.

Senyum pria itu sungguh sangat manis. Bahkan Jessica tak bisa mengalihkan pandangannya dari Taekyung. Untuk porsi manusia, Taekyung bisa dikatakan sangat sempurna dan Jessica tidak akan melewatkannya.

"Oh iya, Tuan Lee apakah kau ada acara setelah pemotretan?" tanya Jessica. Setidaknya dia harus berusaha dekat dengan pria itu.

"Kurasa begitu," jawab Taekyung seadanya.

Sial.

"Ah, begitu, sayang sekali." Bukan hanya kecewa ini adalah penghinaan untuk Jessica. Manusia itu menolaknya? Menyebalkan.

"Mungkin lain kali karena aku harus membereskan sesuatu terlebih dahulu," ucap Taekyung menaikkan satu alisnya.

Jessica menyilangkan kedua tangannya di dada. Sepertinya dia harus menunggu. Bukankah hal baik akan datang pada mereka yang mau menunggu?

"Baiklah, hubungi aku jika kau punya waktu. Aku akan mengatur jadwalku, bye~~~"

Jessica pergi dari sana setelah melambaikan tangannya yang di balas dengan anggukan kecil dari Taekyung.

Sesi pemotretan Jessica-Taekyung pun dimulai. Pemotretan yang mereka lakukan memang sedikit intim karena mereka berperan sebagai sepasang kekasih.

Tapi karena memang mereka berdua adalah model profesional jadi mereka dengan santai mengikuti arahan dari sang photografer. 

Jessica sangat menikmati waktu bersama Taekyung. Apalagi saat sesi dimana mereka saling menatap atau saling memeluk. Wanita itu melakukannya dengan sepenuh hati hingga ekspresi yang dihasilkan pun sangat natural.

Jessica bisa melihat dengan puas raut wajah Taekyung yang tampan. Tatapan penuh cinta dan damba yang memang hanya sekedar akting tapi mampu membuat relung hati Jessica bergetar hebat.

"Kalian luar biasa. Pemotretan kali ini benar benar sempurna. Terima kasih. Kalian sudah bekerja keras untuk ini, Taekyung dan Jessica," ucap salah satu staff disana membuat Jessica sadar jika pemotretan itu telah selesai.

Sayang sekali.

Jessica baru saja akan menghampiri Taekyung tapi pria itu sudah pergi begitu saja.

"Sepertinya dia ingin menemui seseorang yang spesial. Baiklah, temuilah dia sebelum kau bertemu denganku," tutur Jessica dengan senyum smirknya lalu mengambil mantel dan berlalu dari sana.

Malam ini, Jessica berencana untuk menemui Taekyung namun sialnya dia malah bertemu dengan Asta.

Jessica berlari dengan cepat menghindari pria itu. Namun Jessica memang bukan lawan seorang Asta Valerio.

"Uhuk---uhuk," Jessica terbatuk-batuk saat cengkraman Asta lepas.

"Apa kau gila ingin membunuh bangsa mu sendiri, huh!?" pekik Jessica.

"Pelankan suaramu ... Jessica," kata Asta sarat dengan penekanan.

"Bagaimana bisa aku pelankan suaraku, jika kau saja terlihat ingin membunuhku. Memangnya apa salahku?" tanya Jessica dramatis.

"Maaf, apa kau terluka?" tanya Asta lembut.

Asta memang pria yang sangat dingin dan kasar, tapi saat dia memberikan perhatian justru itu akan langsung membuat siapapun luluh. Karena perhatian seorang Asta sangatlah langka.

"Tidak, aku baik-baik saja ... tapi sekali lagi kau memperlakukanku seperti ini aku tidak akan memaafkanmu." Jessica menunjuk wajah pria itu dengan telunjuk lentiknya lalu merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan karena ulah Asta.

"Kau ingin makan malam?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja di mulut manis Asta.

"Ya, tapi kau malah mengacaukan semuanya," jawab Jessica kesal.

"Baiklah. Sebagai permintaan maaf, aku akan menemanimu mencari makan malam," ucap Asta berjalan lebih dulu di depan Jessica.

Sepertinya rencana Jessica untuk menemui Taekyung harus dia undur dulu. Tidak mungkin dia menemui Taekyung bersama dengan Asta. Yang benar saja.

Lagipula niat Jessica menemui Taekyung bukan untuk makan malam namun karena hal lain.

Lain kali saja aku menemuinya.

Pilihan Jessica berakhir pada seorang pria putus asa di bawah jembatan. Pria itu menyalakan arang di dalam mobilnya. Dengan sigap Jessica memecahkan kaca itu dan menyeret tubuh yang hampir sekarat itu kepangkuannya.

"Sayang ... kenapa kau lakukan ini hiks ... tidak seharusnya kau seperti ini. Maafkan aku," lirih Jessica yang kini berubah wujud menjadi istri dari pria di depannya.

Asta hanya diam sambil tersenyum tipis melihat Jessica memulai aksi bujuk rayunya.

"Maafkan aku," lirih pria itu lalu menarik Jessica untuk menciumnya. Wanita itu memejamkan matanya, dibalik ciuman itu Jessica dengan ganas menyerap jiwa pria itu. Mata yang semula hitam akhirnya berwarna merah menyala.

"Aahhh...." 

Jessica mendongak sambil mengelus lembut bibirnya. Menatap Asta dengan senyuman miring.

"Kau lebih cantik dengan mata merah seperti itu," puji Asta.

"Jangan menggodaku, Asta. Aku masih kalah nikmat dari pada makananmu," sindir Jessica.

Asta mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu?"

"Tidak ada maksud apa-apa hanya asal bicara." 

Jessica berjalan perlahan kearah Asta sambil kembali ke wujud aslinya semula.

"Lalu apa maksudmu datang malam itu dan menghancurkan tubuh mangsaku?" tanya Asta.

"Aku hanya ingin memastikan jika yang datang hari itu memang dirimu." 

"Apa sebenarnya maumu Jessica. Apa kau ingin The Hunter D tahu jika kita ada di sini untuk mencarinya?"

To be continue....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status