Share

Bab 7

Hari kerja yang sibuk itu akhirnya berakhir, Sharon kembali ke rumahnya. Ia merasa sedikit lelah.

Riley menyelesaikan pekerjaan lebih awal dari Sharon, jadi bisa membantunya untuk menjemput Sebastian dari taman kanak-kanak.

"Kok sudah pulang? Hari pertama, semua Ok kan?" tanya Riley.

Sharon meliriknya. "Kenapa kamu enggak cerita kalau keluarga Zachary yang punya Central Corporation?"

"Itu berarti kamu sudah ketemu Simon? Bagaimana? Ganteng kan?"

Sharon melotot. "Apa hubungannya sama dia ganteng? Ia itu paman Howard!"

"terus kenapa?! Tidak semua orang bisa masuk ke Central Corporation lho. Kamu harusnya senang sekarang karena kamu dipekerjakan terlepas dia itu pamannya siapa. Kamu takut dia akan bantu Howard dan bikin kamu susah?"

Sharon mengerutkan kening. Ia tidak terganggu karena itu. Hanya saja ia tidak ingin berhubungan dengan siapapun dari keluarga Zachary.

Pada saat itu, Sebastian keluar dari kamarnya sambil memegangi perutnya. "Bu, aku sakit perut."

Sharon mendengar itu dan dengan cepat menariknya ke depan. Ia menyentuh perut Sebastian. "Ada apa? Apa kamu salah makan di TK?"

Sebastien menggelengkan kepalanya. "Enggak tahu bu."

Wajah kecilnya sedikit pucat, dan dahinya basah oleh keringat dingin. Sharon paham betul anaknya tidak akan seperti itu jika memang tidak terlalu sakit.

"Kita ke rumah sakit sekarang ya."

Riley juga khawatir dan dengan cepat mengambil kunci mobil. "Aku yang nyalain mobil."

Mereka berdua membawa Sebastian ke rumah sakit. Dokter memeriksa Sebastian sebelum menatap Sharon dan bertanya, "Tadi kamu bilang kalian baru saja kembali dari M Country kemarin ya?"

"Ya." Sharon mengangguk.

"Ok, tidak ada masalah kok. Beberapa makanan kotor yang buat dia jadi diare dan sakit perut. Saya akan resepkan obat untuknya ya."

Sharon menghela nafas lega. "Terima kasih, dokter."

Sharon mengambil resep dan segera menuju ke apotek karena ia harus segera memberi makan putranya dengan obat. Di sisi lain, Riley tetap tinggal di dalam ruangan untuk menjaga anak kecil itu.

Tidak lama kemudian, Sharon sampai di apotek. Namun, tepat ketika ia hendak kembali, ia melihat sosok yang sangat familiar ketika Sharon hendak berbelok.

Ia berbalik dan melihat ke koridor di seberangnya. Ia melihat Sally.

Meskipun tidak bertemu satu sama lain selama lima tahun, Sharon masih bisa melihat Sally dengan pandangan sekilas!

Sally, yang dulunya adalah sahabat Sharon, telah merenggut pernikahannya darinya dan bahkan merenggut suaminya. Bagaimana Sharon bisa melupakannya?

Sally sedang berbicara dengan seorang dokter pria yang mengenakan jas putih besar.

Sharon tidak bisa mendengar percakapan mereka, tetapi gerak tubuh mereka akrab. Mereka yang tidak sadar akan mengira mereka adalah pasangan.

'Apa mungkin Sally mengkhianati Howard?'

Sharon mengarahkan pandangannya pada dokter pria itu dan menatapnya dengan tatapan tajam. 'Kenapa profil samping pria itu terlihat sama dengan... pria yang ada di foto saat pernikahan!'

Tubuh Sharon meraba-raba. Dalam benaknya, ia ingin meraih pria itu dan melihat lebih dekat. Tiba-tiba, dinding manusia terlihat menghalanginya dari depan.

Suara berat seorang pria terdengar, "Sharon?"

Ia mengangkat kepalanya dan melihat wajah Simon. Yang terakhir terlihat sangat mirip dengan putranya. Sekali lagi, ia linglung tetapi sangat ingin bertemu dokter pria tadi.

Ia mendorong Simon untuk melihat. Namun, sosok seberang koridor itu sekarang sudah tidak nampak. 'Sally dan dokter laki-laki tadi sudah pergi!'

"Nyari siapa sih?" Simon bertanya ketika ia melihatnya tampak cemas.

Sharon merasa kesal. 'Mereka lolos!'

Ia tersentak sadar bahwa Simon sedang menatapnya. Itu atasannya dan ia seharusnya tidak bersikap tidak sopan seperti itu.

Karena itu, Sharon melirik ke bawah untuk menyembunyikan emosi di matanya. "Mungkin aku melihat orang yang salah."

"Kamu sakit?" Simon melihatnya memegang obat di tangannya.

Sharon tetap menunduk. "Putra saya yang sedang tidak enak badan, jadi saya bawa ke sini untuk diperiksa," katanya sebelum mengangkat kepalanya. Ia kemudian mengajukan pertanyaan balasan, "Bapak Presiden Zachary, ngapain di sini?"

Setelah mendengar Sharon menyebut-nyebut tentang putranya, Simon ingat kembali kejadian di bandara itu. 'Bocah kecil itu tidak bersalah, cuma keras kepala saja. Belum lagi, dia punya rasa bangga terhadap diri sendiri. Melihat anak itu rasanya seperti akrab.'

Simon menyipitkan matanya dan melirik wanita di depannya itu dengan tatapan tajam. Rasa curiga bersemayam di dalam dirinya.

"Dia kenapa?" Tanpa sadar, ia menanyakan kondisi bocah kecil itu.

"Sakit perut karena makan makanan kotor. Dokter sudah kasih resep kok."

Mendengar hal ini, Simon tergoda untuk mengusik Sharon. "Coba makan es krimnya nggak kebanyakan, pasti sekarang baik baik saja."

Sharon mengangkat matanya untuk melihat bibir tipis pria itu yang sepertinya tersenyum tipis. 'Apa yang salah? Penampilannya yang buat tampak seperti sedang tersenyum namun tidak. Itu membuatnya terlihat lebih seperti anakku!'

Sharon mulai menatap pria itu dengan linglung tanpa mengedipkan matanya.

Wajah tampan pria itu mendekat ke telinganya, dan ia berkata dengan suaranya yang dalam dan menarik, "Kamu tahu gak, sangat berbahaya lho melihat seorang pria dengan tatapan seperti itu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status