Share

Bab 15

Sharon dibawa keluar hotel oleh Simon. Malam itu angin bertiup dingin. Akibatnya, Sharon menggigil karena kedinginan.

Anggur dari Sally telah membasahi kain di sekitar dadanya. Rambutnya juga basah, dan kemejanya ternoda mentega. Melihat dirinya dalam keadaan seperti itu, ia merasa malu.

"Terima kasih ya, tolong turunkan aku," katanya lembut.

Pada saat itu, sebuah mobil berhenti di depan mereka.

Simon melepaskan Sharon. Melihat bahwa jas Simon sekarang ternoda cukup banyak mentega, Sharon merasa kasihan. "Maaf, aku mengotori bajumu lagi. Mungkin kamu bisa lepas bajumu, biar aku cuci?"

Simon menatap Sharon dalam diam. Awalnya, ia penasaran kenapa Sharon bersikeras menjadi pasangannya untuk masuk ke hotel. Ia mengira Sharon sengaja ada di sana untuk menyebabkan kekacauan. Dan sepertinya ia memang berencana untuk menghancurkan perjamuan itu. Namun, Sharon akhirnya membuat dirinya berantakan juga.

Pria itu tidak mengeluarkan satu suara pun dan terus menatapnya. Tatapannya membuat Sharon merasa jijik ke diri sendiri. Ia tersenyum kering dan berkata, "Aku tahu aku terlihat sangat menjijikkan sekarang, tetapi kamu tidak harus menatapku seperti itu, kan?"

"Ah ..." Begitu Sharon mengatakan itu, pria itu mengulurkan tangannya dan menjepitnya di depan mobil. Siluetnya yang tinggi perlahan mulai mendekati Sharon saat Simon menekannya dalam dekapannya.

"Aku tidak peduli dendam macam apa yang kamu miliki dengan keponakanku. Yang jelas aku enggak ingin terjebak dalam kekacauanmu." Peringatannya dipahami oleh Sharon dengan jelas.

Malam itu, ia telah menggunakan Simon untuk memasuki acara. Simon bisa saja melupakan itu, tetapi jika Sharon berencana untuk menggunakannya untuk membalas dendam pada Howard, ia salah perhitungan.

Getaran dingin yang terpancar dari tubuh pria itu membuatnya gemetar. 'Jadi, sepertinya ia membantuku lebih awal hanya agar ia bisa melindungi martabatnya.'

Sharon tersenyum bodoh. "Tidak heran dia marah."

Sharon menurunkan pandangannya dan menurunkan emosi yang terpancar di matanya. Ia berkata dengan lembut, "Saya janji Presiden Zachary, hal semacam tadi enggak akan terjadi lagi. Tadi itu karena saya pikir, Cuma itu satu-satunya kesempatan saya."

Sharon tidak pernah berpikir untuk menggunakan Simon demi membalas dendam pada Howard. Bagaimanapun, itu adalah masalahnya sendiri.

Simon melirik wajah Sharon yang ternoda mentega dan tiba-tiba menganggapnya lucu. Orang yang tidak tahu apa yang telah terjadi akan mengira Sharon habis dari pesta ulang tahun.

Ekspresi dinginnya perlahan mengendur. Simon melepaskan tangannya, membuka pintu mobil, dan berkata dengan suara yang dalam, "Masuk ke mobil."

Sharon menatapnya, bingung. Simon berseru dengan wajah acuh tak acuh. "Aku antar pulang."

"Hm… aku seharusnya tidak merepotkan kamu."

Sebelum selesai bicara, Simon mendesaknya masuk ke dalam mobil. Kemudian, ia menyusul masuk dan memerintahkan supir untuk menyalakan mesin.

Sharon benar-benar takut ia akan mengotori mobilnya. Ia tidak berani begitu saja bergerak begitu ia duduk di mobil.

"Bagaimana dengan Direktur Zachary?" Ia ingat bahwa Simon datang bersama Douglas.

"Ayah pulang pakai mobil lain."

Sharon menatapnya. 'Oh, benar. Keluarga kaya seperti mereka pasti enggak cuma punya satu mobil.'

Mobil berhenti di kondominium tempat Sharon menginap.

Tidak ada sepatah kata pun dari keduanya selama perjalanan. Sharon memiringkan kepalanya untuk menatap pria yang memejamkan mata untuk beristirahat. "Presiden Zachary, saya sudah sampai. Terima kasih ya sudah antar pulang."

"Mm," jawab pria itu. Namun demikian, ia tidak membuka matanya.

Suasana seperti itu akan membuat siapa pun merasa tidak nyaman. Karena itu, Sharon dengan cepat mendorong pintu mobil hingga terbuka dan turun dari mobil.

Begitu ia turun dari mobil, Simon berkata, "Tunggu."

Kemudian, Sharon dengan sigap menangkap sesuatu yang dibuang dari dalam mobil yang ternyata jas Simon!

"Tadi katanya mau cuciin kan?" Simon mengangkat alisnya dan menatapnya dari dalam mobil.

“Ah..iya.. aku cuci..." jawabnya cepat. Ia memandangnya sebagai orang yang elegan dan berpikir bahwa ia akan membuang mantel itu, seharusnya ia akan segera membuangnya dan bahkan tidak membiarkannya mencucinya.

"Cuci sendiri ya," tambah pria itu.

"Iya, aku cuci sampai bersih." Ia menduga Simon mungkin berpikir ia akan mengirimkannya ke laundry.

Dan lalu mobil melaju pergi. Sharon menundukkan kepalanya dan melihat kemeja di tangannya sebelum menghela nafas.

Ia sakit kepala. Gaun sewaannya itu sangat kotor sehingga siapapun tidak akan tahan melihatnya.

Saat Sharon kembali ke kamarnya, hari sudah cukup larut malam. Untungnya, ia sempat telepon Riley dan bilang ia akan lembur, jadi bisa meminta bantuan Riley untuk jaga putranya.

Sebastian dan Riley sudah tertidur pulas. 'Bagus deh, jadi mereka enggak melihatku dalam kondisi begini.'

Sharon dengan cepat membersihkan dirinya dan kembali ke kamarnya yang juga kamar Sebastian. Anak kecil itu sedang memeluk boneka dinosaurus, tidur nyenyak.

Ia menyentuh kepala Sebastian dengan lembut dan menatap wajahnya yang mengantuk lalu tersenyum tanpa sadar.

Tidak ingin membangunkannya, ia menyelinap ke sisi lain ruangan dan berbaring.

Saat ini, ia tidak merasa mengantuk. Ia lalu ingat apa yang terjadi di hotel tadi dan ekspresi terkejut di wajah Sally, sepertinya tebakannya benar. 'Sally tidak hamil anak Howard!'

Ada kemungkinan bayi itu ada hubungannya dengan dokter laki-laki yang pernah dilihatnya di rumah sakit.

Ia harus mencari pria itu dan menyelidiki secara menyeluruh kebenaran di balik foto-foto mesra yang diambil pada tahun itu!

Simon kembali ke rumah keluarga Zachary setelah mengirim Sharon pulang.

Saat memasuki ambang pintu, dilihatnya ayahnya, saudara iparnya, Howard, dan istri Howard, di aula. Sepertinya mereka semua telah menunggunya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status