Kini, aku dalam posisi serba salah. Aku takut jika Widya akan mengancam bunuh diri lagi karena aku merasa bertanggung jawab atas dirinya meskipun aku bisa saja membiarkan dia mati tapi, aku rasa itu bukan pilihan yang baik.
Aku harus segera mencari cara untuk lepas dari Widya bagaimanapun caranya aku harus secepatnya melepaskan dia sebelum dia tahu hubunganku dengan Widya.
Atau bahkan sebelum rumah tanggaku dengan Nia benar-benar hancur karena aku sama sekali tidak ingin kehilangan istri sebaik dia.
_____
Aku peluk tubuh Nia yang masih terlelap, ia bahkan tak menanggapi dan tetap tidur.
Ketika aku berpura-pura tidur, Nia bangun dan melepaskan pelukanku. Ia menatap wajahku, kemudian bulir bening keluar dari kedua matanya.
Aku semakin tak mengerti, apa ini ada hubungannya dengan sikap diamnya selama ini?
"Kamu kenapa?" tanyaku yang langsung melebarkan bola mata.
Nia nampak terkejut, ia langsung mengusap air mata yang terus mengalir di pipinya yang merona.
Nia merebahkan diri, kemudian membelakangi ku. Ia tak sedikitpun memberikan penjelasan. Apakah memang ada salahku selama ini yang tak pernah aku sadari selain mendua dengan Widya?
Hati ini terus saja bertanya-tanya, tak mampu rasanya menahan sesak di dada mendengar setiap nafas berat Nia ketika menangis.
"Kalau ada masalah, cerita," rayuku seraya mencium punggungnya.
Nia tetap menangis, tanpa perduli dengan aku yang terus saja mencoba menenangkannya.
Biasanya cara ini ampuh untuk menenangkan Widya di saat ia sedih, aku selalu memeluknya dan mencium punggungnya. Namun, sepertinya Widya dan Nia memang dua wanita yang berbeda.
"Aku minta cerai Mas!" ucapnya.
Aku tersentak, memang selama ini aku menantikan saat ini. Berpisah darinya, tapi entah mengapa sesak rasanya dada ini kala mendengar istriku tiba-tiba meminta cerai.
Aku peluk erat tubuhnya yang terus saja meronta dan menolak pelukanku.
"Gak mau, aku gak mau cerai dari kamu!" rintihku.
Nia terus berontak dan berusaha melepaskan pelukanku. Sejenak aku teringat tentang seseorang yang mungkin mengubah pola pikirnya dan membuatnya menjadi pendiam akhir-akhir ini.
Apakah ini puncak dari hubungan kami berdua? aku benar-benar tak menyangka, dengan mudah Nia mengambil keputusan untuk berpisah.
Aku lepas pelukan secara perlahan, menarik nafas dalam kemudian berusaha untuk tenang.
"Lihat aku!"
Aku cengkram bahu Nia dengan sekuat tenaga dan memintanya membalikan badan agar kami bisa saling bertatap muka.
"Apa yang membuat kamu tiba-tiba minta cerai? apa seseorang yang kamu mintai tas, baju dan segala yang tidak pernah aku berikan?"
Kali ini, emosiku tak mampu lagi tertahankan. Aku bagaikan sudah berada di puncak amarah. Mataku menatap lekat wajah Nia yang masih terisak dalam tangis.
Wajah yang selalu aku jumpai setiap kali mata ini terjaga, kini justru membuatku kehilangan rasa iba.
Plaaak!
Satu tamparan mendarat di pipi kananku. Ya, Nia menamparku. Berani sekali ia melakukan hal kurang ajar seperti itu. Apakah ia lupa bahwa aku adalah suaminya. Seseorang yang seharusnya ia hargai dan ia hormati.
"Jaga ucapan kamu Mas!"
Nia berteriak, ia seakan menjadi wanita paling tersiksa di dunia ini. Tangisnya penuh drama.
"Maksud kamu apa!" bentakku.
Tanpa menjawab, Nia langsung bangkit dari tempat duduknya dan segera membereskan pakaiannya.
"Hey, tunggu!" sentakku.
Nia tak bergeming, ia tetap memasukkan semua pakaian miliknya kedalam koper. Semarah itukah dia? hanya karena aku sering pulang larut malam?
"Kamu marah karena aku sering pulang larut malam? kamu lupa semua itu juga buat kamu!"
Aku berusaha membela diri dan sebisa mungkin membuat Nia merasa bahwa ia terlalu egois untuk meninggalkan aku dan memperlakukan aku seperti ini.
"Nia!"
Aku rebut koper yang hampir saja ia bawa pergi, dengan emosi yang benar-benar sudah di ubun-ubun aku lempar koper tersebut dan menatap lekat kedua mata istriku.
"Cukup Mas! lepaskan aku, aku mohon!" rintihnya.
Apa maksdunya? tidak bisakah ia mengatakan semua yang ia rasakan? agar aku tak harus bertanya-tanya tentang kesalahanku.
"Kamu lihat foto baju dan tas di galeri ponselku, tapi kamu tidak melihat rekapan penjualan yang aku simpan di catatan ponsel milikku. Kamu sibuk menyalahkan aku, sedangkan kamu sendiri tidak menyadari dimana kesalahan kamu. Kamu menganggap aku selingkuh dan memiliki pria lain. Dengarkan aku Mas, seseorang jahit baju itu pasti yang di ukur badan dia sendiri. Itulah kamu!"
Nia pergi setelah mengucapkan kalimat yang masih berusaha aku cerna. Ya Tuhan, apa Nia sudah tahu hubunganku dengan Widya? kenapa aku tidak terpikir sampai situ?
"Nia!"
Aku kejar langkahnya, hingga tiba di depan pintu. Seseorang berdiri disana, berhadapan dengan Nia tepat di depan pintu.
"Widya!"
Untuk apa ia datang kemari? gawat, bisa mati aku!
Nia pergi setelah mengucapkan kalimat yang masih berusaha aku cerna. Ya Tuhan, apa Nia sudah tahu hubunganku dengan Widya? kenapa aku tidak terpikir sampai situ?"Nia!"Aku kejar langkahnya, hingga tiba di depan pintu. Seseorang berdiri disana, berhadapan dengan Nia tepat di depan pintu."Widya!"_____"Untuk apa kamu ke rumahku?" tanya Nia dengan nada sinis.Widya melirik koper yang ada di tangan Nia, kemudian berganti pandangan ke arahku."Bagus jika kamu mengaku kalah!" ucap Widya.Widya hendak masuk ke dalam rumah, tapi dengan Nia menahan dengan bahu kanannya. Mereka berdua saling pandang. Tatapan tajam yah begitu mengerikan.Ternyata dua orang wanita yang tengah kesal lebih menyeramkan dari pada pria yang tengah bertarung."Kalau kamu ingin pergi, pergilah!" usir Widya seraya melirik k
Widya menangis tersedu di depan lift sementara aku pergi meninggalkan Ia sendiri tanpa merasa bersalah atau pun merasa harus ada yang dipertanggungjawabkan dari hubungan kami berdua.Kini aku hanya tinggal meminta maaf pada Nia dan aku harap dia bisa memaafkan aku karena hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini.____Aku lajukan kendaraan lebih cepat dari biasanya karena aku ingin segera sampai di rumah dan cepat membicarakan semuanya.Sesampainya di rumah aku segera membuka pintu yang ternyata belum dikunci oleh Nia. Aku masuk perlahan, melangkahkan kaki dengan sangat hati-hati karena aku melihat Nia tengah duduk di ruang tamu seorang diri.Pandangannya kosong seolah ia tak memikirkan apapun atau mungkin ia terlalu lelah memikirkan semuanya."Sayang ..." panggilku seraya berjalan mendekat ke arahnya.Nia mendongak dan menatapku dengan ta
Besok mungkin aku akan kembali membicarakannya di depan kedua orang tuaku agar Nia yakin bahwa aku ingin memperbaiki diriku dengan sungguh-sungguh.Aku yakin kedua orang tuaku akan membantuku untuk kembali bersatu dengan Nia karena Nia adalah menantu kesayangan di keluargaku.____Setelah pagi menyapa aku segera bergegas pergi ke rumah orang tuaku karena aku tak ingin Nia terlebih dahulu pergi meninggalkan rumah ibuku."Assalamualaikum."Siapakah ketika aku baru saja sampai di rumah ibuku yang jaraknya memang tak begitu jauh dari rumah ke tempat aku tinggal."Waalaikumsalam," jawab ibu.Beliau mencubit perutku, dan segera membawaku ke dapur untuk mengintrogasi ku."Kamu apain Nia? semaleman dia nangis!" ungkap Ibu.Aku tertunduk lesu, aku malu mengakui semua perbuatanku pada ibu kandungku sendiri.
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#11#Nia"Aku bosan, istriku selalu saja cerewet dan banyak omong. Risih rasanya, setiap kali aku pergi dia tanya kabar. Ngingetin makan, ngingetin ini itu. Capek!"Aku mendengar percakapannya kala itu, sedih? tentu saja. Perhatian yang aku berikan padanya hanya dianggap hal yang membosankan.Aku terdiam sejenak, berusaha mencari cara agar hatiku bisa menjadi lebih baik. Sepertinya, memang suamiku tak lagi seperti yang dulu.Mas Roby selalu saja perhitungan padaku, bahkan untuk kebutuhan rumah tangga yang aku gunakan untuk kepentingan berdua.Aku masih berusaha berpikir positif, mungkin Mas Roby memang tengah banyak pekerjaan dan gajinya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Hingga akhirnya aku memutuskan untuk berjualan online dan merubah sikap cerewet ku menjadi sikap yang jauh lebih pendiam.Seminggu pertama, aku pikir semua berhasil karena Mas Roby nampak kehilangan si
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#12Setelah Bapak selesai menceramahi ku dengan kata-kata tajam yang mampu menusuk ke dalam jantungku, tiba-tiba Nia keluar bersama Ibu.Wajahnya nampak sembab, sepertinya ia telah menangis di dalam tadi bersama ibu.Tok tok tok!Seseorang mengetuk pintu sebelum aku sempat meminta maaf lagi pada Nia."Biar ibu yang buka pintu," tahan Ibu saat aku hendak melangkah menuju teras depan.Aku pun duduk bersama dengan Nia di meja makan. Kami berdua saling tertunduk karena bapak mulai menceramahi kami berdua, lagi."Nia, maaf ya. Bapak gagal didik anak. Bapak malu dengan kelakuan Roby dan bapak gak nyalahin kalau kamu ingin pergi, tapi kalau bisa bapak minta pertimbangkan semua lagi."Bibirku sedikit tersenyum simpul ketika mendengar ucapan bapak. Akhirnya beliau membantuk
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#13Ting!Sebuah notifikasi pesan masuk ke gawai milikku. Aku buka pesan tersebut yang ternyata berasal dari nomor Nia.[Mas, aku pergi. Sampaikan pada bapak dan ibu, maaf aku tidak pamit. Semoga kamu bahagia selalu.]Tanpa pikir panjang aku langsung menghubungi nomor tersebut, tapi nomor sudah tidak aktif. Bahkan, ia benar-benar tidak mengizinkan aku untuk menjawab dan menjelaskan bahwa aku tidak pernah mau menikahi Widya.Tak terasa, air mataku menetes membasahi pipi. Tuhan ... ampuni aku ... aku menyesal melakukan semua ini ....____Sore itu aku pulang ke rumah seorang diri. Tak sanggup lagi rasanya mendengar ayahku terus saja menghakimi aku atas segala kesalahan yang sudah aku lakukan.Suasana rumah begitu sunyi tak ada lagi senyum Nia yang selalu menyambutku ketika aku pulang ke rumah ini.Mulai saat itu ak
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#14"Mas, sebelum berangkat aku minta tolong ya buang sampah di depan. Jangan lupa beliin galon juga nanti kalau pulang," pinta Widya.Baru satu hari ia menjadi istriku, ia sudah berani menyuruhku ini dan itu. Ya Tuhan, padahal Nia juga tidak pernah menyuruhku apapun. Cerewetnya Nia itu hanya sekedar mengingatkan aku untuk makan dan memberinya kabar bukan menyuruhku.Dulu, aku selingkuh dengan Widya karena aku pikir ia berbeda dengan Nia. Ia tak pernah mengeluh apapun padaku, dan aku sangat bangga padanya.Namun, saat ini aku seperti tengah mendapatkan karma atas apa yang aku lakukan. Aku melepaskan berlian yang indah demi mendapatkan batu kali yang tak berharga. Ya, mungkin Nia saat ini tertawa jika ia tahu tentang diriku.Andai saja ia tahu bahwa Widya jauh lebih parah darinya. Mungkin Nia bisa saja tertawa puas melihat hidu
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#15"Mas, tunggu!"Widya terus saja mengejar langkahku, ia seakan ingin aku memaafkannya. Namun, inilah saat yang tepat untuk pergi darinya."Roby, tunggu!"Pak Bos dengan lantang menahan langkahku. Beliau, berusaha mengejarku dan mencegahku untuk keluar dari ruang kerja beliau.Aku menatap mereka berdua secara bergantian. Mungkin, dulu Nia juga memandangku hina seperti saat ini.Pak Bos adalah pria beristri dan ternyata, bukan hanya aku tergoda oleh pesona kecantikan Widya.Namun, aku benar-benar tak menyangka jika Pak Bos yang terlihat gagah dan kalem bisa memiliki hubungan dengan wanita murahan seperri Widya."Rob, maaf kalau saya lancang. Kamu salah paham," ucap Pak Bos.Aku tersenyum miring, salah paham? apa yang harus aku benarkan k