Share

05

" Kalian tak apa-apa? "tanya Ranu

Dewi Ayu menggelengkan kepalanya kedua tangannya  memeluk putranya erat.

Ranu kembali berbalik ke arah Bratawati.

"Bukan kah aku pernah memperingatkan mu untuk berhenti menindas Dewi Ayu dan putranya! " menatapnya dingin.

" Ta-tapi tuan. . 

' sret ' sesuatu tak kasat mata menambah luka padda wajah cantik Bratawati.

" Jika aku masih melihat kalian masih menindas mereka berdua,  ada atau tidak ada aku , akan ku musnahkan semua klan mu, KAU MENGERTI!" 

Tubuh Bratawati bergetar  setelah mendengar ancaman yang keluar dari dalam mulut Ranu, dia pun bergegas pergi meninggalkan kediaman Dewi Ayu. meninggalkan ke empat pengawalnya yang tergeletak di atas tanah halaman kediaman Dewi Ayu.

Setelah kepergian Bratawati, Juan memapah ibunya masuk kedalam rumah dengan Ranu yang mengikuti dari belakang.

Juan mendudukan ibunya di kursi lalu pergi kedapur meninggalkannya dengan Ranu.

" Apa yang membawamu kembali? "tanya Dewi Ayu.

Ranu menoleh " Ada sesuatu yang tertinggal,jadi aku memutuskan  kembali untuk mengambilnya, " bohong nya., karena kejadian sebenarnya  adalah saat di tengah perjalanan, matanya  tak sengaja  menangkap sesuatu yang aneh dari arah  hutan, seluruh area hutan hampir sepenuhnya di selimuti oleh kabut misterus, dia juga  merasakan sebuah  kekuatan besar yang tersembunyi dibalik kabut itu, ,membuanya memutuskan kembali, untuk menyelidiki asal usul kabut itu.  Namun di tengah perjalanan nya menuju hutan, tiba-tiba langkahnya terhenti karena  mendengar teriakan dari Dewi Ayu, membuat langkahnya berbalik menuju suara itu berasal.

*

"Sebenarnya apa yang sedang terjadi? mengapa Bratawati masih melecehkan mu? ,bukan kah kasusmu dengan suaminya, telah lama usai?  "

Mulut Dewi Ayu bungkam sesaat, dalam relung hatinya yang terdalam, dia  masih  belum mempercayai Ranu sepenuhnya. Dia selalu menaruh curiga pada pria yang telah di anggapnya sebagai anggota keluarganya.

" Mungkin saja Bratawati masih menyimpan dendam padaku, "

Ranu terdiam menatap wajah Dewi Ayu. " Jika dimasa depan  Bratawati  masih mengganggumu jangan sungkan untuk memanggilku, " kepala Dewi Ayu mengangguk, " kalau begitu aku pergi, " 

Dewi Ayu tersenyum, mengantar kepergiannya, " berhati-hatilah. "

Kepala Ranu pun mengangguk, lalu pergi begitu saja, tak lama kemudian Juan datang dari arah dapur seraya membawa semangkuk air bersih dan kain untuk membersihkan luka pada tangan ibunya.

" Dimana paman Ranu? " tanyanya karena tak mendapati siapa pun kecuali ibunya.

" Dia sudah pergi, "

Juan membulatkan mulutnya, meletakkan semangkuk air di sampingnya, kedua tangan nya memasukan kain lap pada air,  menyingkap pakaian ibunya, matanya terbeliak melihat luka yang lumayan pada tangan mulus ibunya, hatinya merasa sakit.

'Shhhhh'  Dewi Ayu meringis kesakitan, Tangan Juan berhenti sejenak  melakukan aktifitasnya." Apa Juan terlalu kasar? "

Dewi Ayu  tersenyum, tangannya mengusap puncak kepala anaknya dengan lembut seraya  memandang lekat anaknya , waktu begitu bergulir lebih cepat, hingga dia tak  menyadari bahwa anaknya  sudah besar bahkan tingginya  sudah mulai melampaui tinggi Dewi Ayu sendiri.

" Juan, boleh kan ibunda bertanya padamu? "

" Tentu ibunda, memangnya apa yang ingin ibunda tanyakan? "

" Sebenarnya apa yang terjadi di hutan tadi? Suma bilang bahwa kamu melecehkannya? "

 Kepala Juan menggelang cepat, menyangkal pertanyaan yang di lontarkan ibunya, " semua itu tidak benar  ibunda, dia yang melecehkan ku lebih dulu,hingga.. "Juan langsung menutup mulutnya yang sadar hampir keceplosan membongkar rahasia kecilnya dengan Gurunya.

Sebelumnya di dapur

" Hei, bocah siapa pria itu? "tanya Gentala

" Dia adalah paman Ranu, mengapa Guru menanyakan hal itu? " Tanyanya,  memasukkan air kedalam mangkuk.

" Lalu apa hubungannya dengan ibumu? "tanya Gentala mengabaikan pertanyaan dari Juan.

Juan meletakkan jari telunjuknya di dagu, " karena dulu paman Ranu yang menolong kami, maka ibunda memutuskan untuk menganggapnya sebagai salah satu keluarga kami, kenapa? apa ada yang salah. "

" Tentu saja ada, ibumu ini  sangat cantik bahkan aku saja tertarik pada ibumu tapi si Ranu ini tak tertarik  sama sekali pada ibumu, jika dia adalah aku, aku mungkin sudah menikahi ibumu, pasti ada sesuatu "

Juan tertegun mendengarkan perkataan dari gurunya, jika dipikir kembali, ibunya memang memilki paras yang sangat cantik, bahkan ayah Suma begitu tergila- gila pada ibunya, tapi apa benar? paman Ranu tak pernah menaruh hati pada ibunya'

" Wah Guru, anda sangat pintar, bahkan aku saja baru menyadarinya, "

" Tentu saja. Gurumu ini tak hanya tampan tapi juga pandai dan kau sebagai muridku harus  mewarisi kepandaian ku, "

" Tentu saja, aku akan berusaha lebih  keras agar bisa sepintar Guru. " ucapnya, " tapi guru mengapa anda selalu memanggilku bocah? bukan kah anda sudah mengetahui nama asli ku. ""

" Hey itu tidak penting, Gurumu ini  hanya belum terbiasa saja, dan juga kau jangan ceritakan aku pada siapa pun termasuk ibumu. "

" Mengapa demikian? ibuku bukan lah orang jahat, "

" Aku tahu hanya saja jangan beritahu dia, dan jangan tanyakan kenapa? "

*

Dewi Ayu menatap  lekat wajah anaknya, tangannya terulur menyentuh  puncak kepalanya. " tak mengapa jika kamu tak ingin memberi tahu ibumu ini, hanya saja  mulai hari ini kamu harus lebih  berhati-hati. "

" Maaf kan aku ibunda suatu hari aku akan menjelaskannya padamu dan aku berjanji mulai hari ini akan sangat berhati-hati agar tak membuat ibunda merasa khawatir lagi, "

Dewi Ayu tersenyum dan membawanya  kepelukannya. " Baguslah, " katanya, "  Juan, mungkin sudah waktunya kamu mengetahui tentang ayahmu, " 

Kepala Juan mendongkak.

" Ayahanda? "

Dewi Ayu tersenyum lalu mengangguk lembut.

" Jadi seperti apa ayah ku? " tanyanya antusias.

Nmaun Dewi Ayu tak menjawab pertanyaannya, akan tetapi dia membawa langkah kakinya  kedalam kamar, membuat Juan sedikit kebingungan namun setia menunggu ibunya  kembali.

Tak lama kemudian Dewi Ayu kembali, ditangannya membawa  sebuah kotak yang tak pernah Juan lihat sebelumnya, dia memandang ibunya lalu kembali memandang kotak itu secara bergantian.

Dewi Ayu membuka kotak itu, mata Juan terbeliak melihat isi dari kotak itu , kotak itu berisi sebuah gantungan giok berbentuk naga yang melingkar.

'persis seperti Guru' batinnya.

" Bawalah benda ini, "

Juan tertegun menatap giok itu, tangan nya meraih giok itu, lalu  memandang takjub pada gantungan giok itu.

" Pergi lah ke akademi Kancah Nangkub, dan kamu akan mengetahui identitas ayah mu, "

" Apa ibunda tak akan menceritakan nya sendiri? "

 Kepala Dewi Ayu menggeleng

"  Kenapa? "tanya nya penasaran.

" Karena ibunda  tak berhak menceritakannya, "

Kepala Juan tertunduk kecewa. Tangan Dewi Ayu mengelus puncak kepala nya lalu memberikan sebuah kertas." Bawalah juga surat ini, saat kamu sudah memasuki Akademi Kancah Nangkub,  berikanlah surat ini kepada kepala sekolah , ingat ! Kamu jangan memberitahu apapun tentang giok ini dan juga surat ini? "

" Mengapa ibunda? "

Dewi Ayu kembali tersenyum. " Karena  kedua benda inilah yang  bisa melindungi mu dari Malapetaka  dimasa depan, ingat jangan mempercayai siapapun kecuali dirimu sendiri, "

Juan mengangguk. " Tapi ibunda, jika aku pergi bagaimana dengan ibunda? " 

" Kamu tak perlu khawatir, bukan kah ada paman Ranu di samping ibumu ini? "

Juan terdiam sesaat. " Tapi bunda..."

" Sssttt kali ini ibunda mohon padamu, pergilah besok pagi buta,"

" Besok?!, Mengapa besok? Bisakah aku menunggu sampai  paman Ranu kembali? "

Dewi Ayu menggeleng ," tak perlu, "

"  Bisakah ibunda menceritakan nya padaku sekarang? "

" Kelak di masa depan kamu akan mengerti dengan apa yang ibunda lakukan sekarang, "

" Bagaimana jika aku merindukanmu? "

Dewi Ayu tersenyum ,ia memberikan sebuah kain selendang padanya," Ini adalah kesayangan ibunda, bisakah kamu menjaganya untuk ku? "

Juan mengangguk, memeluk tubuh  ibunya seraya menangis

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dyah Subadiyah
ceritanya semakin seruu . ............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status