Sementara di waktu yang sama, di jalanan yang sepi.
Terlihat seorang gadis yang berjalan di tengah kegelapan. Sesekali pandangannya nanar melihat ke sekitar, takut kalau ada orang yang menangkapnya. Bisa jadi itu orang suruhan Andrew ataupun polisi. Ah, dia belum siap kalau masa mudanya habis di penjara.
“Rasakan Andrew, kamu pasti sangat terpukul karena mama kamu sekarat. Itu akibat yang mengacuhkanku, makanya aku mencelakai Mamamu, hahaha…,” desis gadis yang tidak lain adalah Fatimah. Memang pas kejadian Andrew memarahinya di ruang kerja, bahkan sampai mendorong tubuhnya. Membuat Fatimah sakit hati dan keluar dari ruangan itu. Namun, apa yang dia lakukan selanjutnya sungguh sangat biadab, bagaimana dia bisa melampiaskan kekesalannya kepada Ann yang lumpuh. Menyiksanya semalaman, hingga pada pagi harinya, Fatimah nekad mendorong Ann ke tangga dari lantai dua sampai terkapar di lantai satu.
Tidak ada raut penyesalan di waja
Andrew sibuk memainkan ‘balon air’ saat Alya merintih sambil memegang kemaluan besar Andrew. Terlihat Andrew mengganti posisinya dengan melingkarkan tangannya ke leher Alya, tapi dengan tangan satunya yang masih bermain di area bulatan indah Alya. Kini, terlihat olehnya wajah Alya yang benar-benar sangat sensual. Haus akan belaian.“Alya, kamu mau kan rujuk denganku?” tanya Andrew dengan mimik muka serius. Sedangkan Alya yang tidak siap dengan pertanyaan itu masih mendesis penuh nafsu. Kenapa pertanyaan itu harus terlontar di saat seperti ini?Alya memuncungkan bibirnya. Gelagat minta untuk dilumat bibirnya. Andrew terkekeh. Kemudian dia menyusupkan jemari telunjuk dan tengahnya masuk ke mulut Alya. Memintanya untuk mengulumnya seperti mengulum lollipop.“Hmmm, hmmmm.” Betapa sensualnya wajah Alya saat mengulum jemari itu. Betapa dia sudah sangat terangsang sampai cairan mengalir deras ke tungkainya.Menda
“Kok melamun Alya, ayo,” ajak pria itu lembut sambil menggandeng tangannya. Alya tentu dengan senang hati menyambut tangannya dan mereka berjalan keluar dari kamar itu layaknya pasangan yang habis bulan madu.Mereka sarapan terlebih dahulu, baru kemudian berkutat dalam perjalanan yang cukup jauh. Dua jam perjalanan. Untung saja, hari masih sekitar pukul enam dan prakiraan sampai ibu kota mungkin sekitar pukul sembilan atau bahkan sepuluh, mengingat betapa macetnya jalanan di pagi hari.Sepanjang perjalanan, Alya sesekali mencuri pandang ke wajah keras Andrew. Entahlah, semakin lama semakin teduh saja wajah Andrew. Meski kesan garang masih ada, tetapi Alya suka memandangnya dengan wajah seperti ini.“Kenapa kamu liatin saya seperti itu?” celetuk Andrew. Alya merasa tidak perlu salah tingkah lagi, apalagi setelah kejadian semalam.“Aku ganteng ya?” imbuhnya yang membuat Alya meringis. Pria ini bisa narsis juga ternyata.
Andrew memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Jantungnya berdegup kencang sepanjang perjalanan. Apa yang dikatakan Bernando membuatnya kalut. Masih berharap semua ini hanyalah mimpi.Dan sampailah Andrew di mega proyek itu. Di sana dia melihat Bernando berhadapan dengan Manto dan para anteknya.“Sudah datang rupanya,” desis Manto sambil menyunggingkan senyum miring, menaikkan kumisnya yang tebal. Sudut bibirnya menjepit alat penghisap rokok yang mengepulkan asap. Dengan menggunakan jas hitam dan topi cowboy, penampilannya sudah mirip pemimpin mafia.“Bagaimana? Apa kamu siap menyaksikan proyek besarmu beralih atas nama perusahaanku?” tutur Manto meremehkan membuat tensi darah Andrew naik.“Damn you devil! Kembalikan proyek itu kepadaku sekarang!” sergah Andrew yang terlihat memanas. Wajah putihnya memerah berurat, bogem besarnya mengeras, siap menghantam pria tua bertubuh tambun itu.“Sabar Tuan, jangan
“Tuan Andrew orang yang baik Nyonya. Tidak pernah membeda-bedakan dengan kami. Meski kata orang di luar sana, Tuan Andrew terkesan arogan, tapi aslinya lembut terutama pada anak-anak.”Begitu penjelasan salah seorang pengasuh kepada Alya. Rasa penasaran Alya terjawab sudah. Fakta-fakta yang dituturkan pengasuh menampar Alya dari pemikirannya yang salah selama ini. Bahwa tidak selamanya casing buruk seseorang menunjukan sejatinya dirinya, termasuk Andrew.“Beliau juga mempunyai kepekaan sosial yang tinggi, Nyonya. Maka tidak mengherankan kalau dua puluh lima persen keuntungan dari perusahaan Tuan Andrew dianggarkan untuk panti asuhan dan kegiatan sosial lainnya. Sayangnya, Tuan Andrew tidak pernah mau sisi sosialnya diekspos oleh media, jadi yang kebanyakan orang tahu kalau pemilik dari perusahaan schimmer itu sombong dan kejam,:” imbuh si pengasuh yang tidak henti-hentinya membela Andrew. Alya mengulum senyum. Begitu baiknya Andrew di mata para
Penthouse, Apartemen Manto, Bilangan pusat kota.Pesta dadakan sengaja diadakan Manto untuk merayakan kemenangan mereka atas Schimmer group. Wanita bayaran dan juga minuman keras berbagai jenis adalah hal yang wajib. Tidak lupa music dj yang diputar bertalu-talu di puncak apartemen itu.“Mari bersulang lagi demi kemenangan kita?” seru Manto sambil mengacungkan gelas whiskynya, diikuti oleh ke tujuh berandal yang menghajar Manto tadi. Mereka dispesialkan oleh Manto karena telah menghajar Andrew sampai sekarat.Toss!Mereka menegak minuman bersama-sama. Wajah mereka tampak teler karena sudah begitu banyak minuman yang tertelan. Membuat mereka larut dalam indahnya pikiran mereka. Terlebih ada wanita-wanita cantik yang mendampingi, menjadikan segalanya bagai surga dunia.Dari arah pintu, datanglah seorang antek yang berjalan mendekati Manto. Dia adalah Antek yang disuruh untuk mencari Alya.“Maaf Tuan, saya dan anak buah
Semua anak buahnya terkapar karena mabuk. Menyisakan gelas dan botol kosong di mana-mana. Para wanita panggilan yang sudah dibayar, pulang. Kini hanya tersisa Manto dan Catty saja. Manto tidak terlalu mabuk karena memang dia tidak minum terlalu banyak. Acara pesta ini memang dikhususkan untuk anak buahnya bukan dia.“Tuan.” Catty melirik mata genit sambil berjalan menuju tangga. Tadi dia bagai mainan yang digilir anak buahnya. Disentuh, diremas, tubuhnya disiram dengan alcohol. Sudah biasa. Catty tidak merasa sedih sedikit pun. Manto heran, siapa yang mengajarkan gadis belia itu sebinal ini.Manto yang tahu maksud dari Catty menyeringai. Dia bangkit dari tempatnya duduk dan berjalan mengikuti Catty yang sedang menaiki tangga. Manto terlihat gemas saat Catty terlihat berhenti dan menggoyang-goyangkan kedua bulatan indahnya seolah ingin menggoda Manto, tapi setiap kali Manto berusaha menangkapnya, Catty malah berlari kecil di atas.“Ahhhh!&
Alya baru saja selesai beribadah saat duduk di samping Andrew. Dia melihat sendu ke arah tubuh kekar itu yang belum menunjukkan tanda-tanda akan siuman. Hanya terlihat dadanya yang bergerak naik turun seiring dengan deru suara nafasnya yang agak tersendat karena hidungnya yang terpasang selang infus.Sejenak Alya memandang postur kekar Andrew yang hanya menggunakan celana pendek. Menampilkan paha kekarnya bak pemain sepak bola dengan area betis yang dipenuhi banyak bulu keriting. Sebenernya, Alya ingin menyelimuti area bawah itu dengan selimut tebal yang sudah disediakan di samping brangkar. Namun, Alya tahu betul tabiat Andrew yang kurang nyaman menggunakan selimut. Kulit tebalnya sudah cukup untuk menangkis hawa dingin. Dalam keadaan lemah sekalipun, Pria ini masih terlihat perkasa.“Bangun Andrew,” lirih Alya dengan nada penuh pengharapan. Dia sudah rindu dengan mata elang bagaikan magnet itu. Rindu dengan gaya bicaranya yang terkadang menggoda, sampai m
Tidak terkira kebahagiaan pagi itu, doa yang dipanjatkan menjelang subuh langsung terkabul. Bukan Andrew, Ann yang seakan di ambang lumpuh total pun juga tersadar. Bahkan, dia bisa bergerak seperti terakhir saat Alya merawatnya.“Ini merupakan sebuah keajaiban Nyonya, sudah sering saya menangani pasien dengan kondisi mirip Nyonya Ann, tapi belum ada yang progressnya sebaik Nyonya Ann,” jelas dokter yang bertugas. Turut bahagia dengan kondisi wanita setengah baya tersebut.Alya, Ratih dan Andrew tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Tadi, Andrew memaksa untuk ikut melihat kondisi Ann. Sang dokter mengizinkannya sebentar, mengingat Andrew juga belum pulih total.“Terima masih dok,” ucap Alya setelah sang dokter selesai memeriksa keadaan Ann dan dengan sangat gembiranya menuliskan catatan di kertas yang dia bawa.Setelah dokter keluar, barulah mereka mendekat ke Ann yang sedari tadi mengerakan bola matanya ke setiap wajah yang ad