Karena hutang judi suaminya, Alya hampir menjadi budak hasrat Manto, pengusaha furniture sekaligus Bandar judi ternama di kota itu. Karena suatu perjanjian, Haris, suami Alya tega menceraikannya dan membiarkannya hidup sengsara di tangan Manto. Namun sebelum hal itu terjadi, dia bertemu dengan pria gagah nan kharismatik yang menjadi musuh bebuyutan Manto yang tidak lain adalah Andrew Schimmer. Lelaki berdarah Filipina-Spanyol- Indonesia itu baru saja patah hati karena kekasihnya membatalkan pernikahannya. Persamaan nasib yang membuat mereka menyatu. “Andrew, Puaskan aku,”“Menikahlah denganku.”
view more“Mas Haris.”
Alya tidak menyangka jika Haris suaminya berada di balik korden yang disingkap oleh Manto. Suami yang hilang sejak beberapa hari yang lalu ternyata disekap oleh Manto. Kini, dia hanya berdiri mematung di samping Manto. Manto yang mengundangnya di hotel ini.
“Hrmmmppp! Hrmmmppp!” Haris terus meronta. Matanya memancarkan kemarahan yang teramat dalam. Sedangkan Alya hanya menangis.
“Sudahlah Haris, menyerahlah! Berikan istrimu yang cantik ini kepadaku! Hutang judimu kuanggap lunas. Sama-sama enak kan?”
Tawa Manto menggema. Haris hanya meraung dengan suara tertahan. Dia tidak rela istrinya direbut oleh laki-laki lain, apalagi tua bangka tidak tahu diri seperti Manto.
Alya membuang wajahnya. Dia tidak sanggup menatap mata nyalang Haris. Semua berawal dari beberapa hari yang lalu, ketika tiba-tiba Manto datang ke rumahnya.
“Pak Manto,” Alya terkejut dengan kedatangan pria bertubuh gelap dan gempal. Perutnya yang buncit tampak menyembul dari kancing bajunya yang terlepas.
“Haris, ada?” tanya pria itu dengan senyum nakal. Alya risih melihatnya.
“Sudah beberapa hari Mas Haris belum pulang, ada keperluan apa Pak Manto ke sini?” sahut Alya dengan penuh selidik. Terlihat pria itu menyorotinya seakan ingin menelanjanginya bulat-bulat.
“Boleh saya masuk?”
“Tidak! cukup di sini saja! Ada keperluan apa Pak Manto ke sini!” gertak Alya dengan garangnya. Membuat Manto gemas.
“Cuma mau menagih hutang judi suamimu sebanyak 400 juta!”
Bagaikan tersambar petir tepat di telinganya, Alya terperanjat. Wanita berumur tiga puluhan itu mengelus dada. Raut wajahnya pias. Suaminya memang gila judi, tapi dia tidak menyangka kalau hutang suaminya sudah bejibun.
“400 juta, Pak?”
“Ini catatannya,” Manto menunjukan surat hutang yang ditandatangani di atas sebuah materai. Mata Alya membulat. Tubuhnya melemas.
“Bayar hutang suamimu, atau aku akan menjebloskan dia ke penjara.”
Alya diam. Haris sudah kelewatan. Sebagai suami, dia tidak pernah memberi nafkah lahir batin sepenuhnya. Justru Alya dan Leo, anak semata wayangnya yang baru menginjak bangku sekolah dasar sering mendapatkan perlakuan kasar dari sang suami. Alya sudah tidak tahan lagi.
“Harusnya Haris yang bayar bukan saya. lagipula, saya ingin menuntut cerai darinya,” tandas Alya. Alya sudah menbulatkan tekadnya. Dia akan memulai kehidupan baru dengan Leo, tanpa adanya Haris.
Manto tergelak. Alya mengernyit dahi keheranan. Pria itu terlihat menggeser ponselnya dan menunjukan sebuah video.
“Kamu bisa mengelak dari Haris, tapi tidak dengan anakmu kan? Lihat aku berhasil menculiknya sepulang sekolahnya tadi.”
Alya mengangga sambil menutup mulutnya. Astaga, pantas saja Leo belum pulang dari tadi, ternyata bedebah ini yang telah menculiknya.
“Kembalikan Leo, brengsek!” pekik Alya yang beringas memukuli tubuh tambun itu.
“Bayar hutang suamimu, kalau kamu ingin anakmu kembali dengan selamat.”
Alya tergugu dalam tangis. Pria itu begitu licik. Dia tahu letak kelemahan Alya dan berusaha menjeratnya perlahan.
“Nanti malam, datanglah ke hotel Cempaka indah di jalan Soedirman. Kamar nomor 1304. Kita bahas masalah ini di sana,” ujar Manto sebelum membalikan badan menuju mobilnya. Alya tidak punya pilihan lain selain menurutinya. Namun, dia antisipasi dengan membawa pisau lipat
Kini, setelah kedatangannya di hotel itu, Alya langsung dipaksa untuk menyetujui pernikahan dengan Manto. Pisau yang dia bawa sudah disita oleh para bodyguard di depan kamar tadi. Alya tidak mampu menolak karena dipertontonkan video anaknya yang sedang dirantai.
Alya hanya bisa menangis. Terlebih sekarang, dia dihadapkan dengan sang suami yang masih terbelenggu dengan tali di sebuah kursi. Matanya menyulutkan emosi yang besar tatkala melihat Alya merintih kesakitan karena keperkasaan besar yang terus menghujam.
Manto lantas menarik kain yang menyumpal mulut Haris.
“Bedebah! Lepaskan istriku!”
“Kenapa kamu masih memperdulikan istrimu sementara di meja judi, kamu sama sekali tidak memikirkan anak istrimu?”
Haris bungkam. Pertanyaan sarkas dari Manto menyadarkannya akan ketidak mampuannya menahan nafsu berjudi. Sekarang, dia harus menahan perih melihat sang istri dilecehkan karena hutang yang sudah bejibun.
“Sekarang, aku tanya sekali lagi sama kamu. Relakan istri dan anakmu bersamaku. Maka semua hutangmu aku anggap lunas. Dan satu lagi penawaran yang lebih special.”
Note:
Hello readers, sudah tahap revisi nih. semoga kalian suka ya. Jangan lupa untuk tinggalkan review dan Votenya makasih.
Sekarang aku berada di dalam sebuah ruangan pribadi di Mansion itu. Ruangan itu sangat megah dan mewah. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagumku. Pemilik Mansion ini jelas orang yang sangat kaya raya. Mungkin selain bisnis hotel, dia juga memiliki bisnis-bisnis lain.Pria yang membawaku tadi menyuruhku untuk tinggal di dalamnya. Menunggu sampai Bosnya datang. Entah apa alasannya. Apa aku akan dijadikan sebagai pembantu atau gimana? Tapi justru di dalam ruangan pribadi itu ada pelayan Pribadi yang dengan sigap melayaniku.Aku benar-benar dalam kebingungan. Sampai tidak terasa dua bulan sudah aku berada di dalam mansion itu.Dalam kebingunganku, beberapa kali pria berbadan besar dan tampan datang ke dalam ruangan itu. Mereka seperti berusaha untuk menarik perhatianku. Tanpa ragu mereka terang-terangan memintaku untuk melayani mereka. Tapi tunggu dulu, kenapa pria-pria itu diizinkan untuk masuk ke ruangan ini? apa memang tugasku disini untuk melayani mereka
Aku terisak di sisi Naili yang terbaring di brangkar rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa kondisi Naili semakin memburuk karena kepalanya yang terbentur lantai dengan sangat keras sehingga membuat tubuh bagian kanannya juga lumpuh. Itu artinya dia lumpuh total sekarang!Duh Gusti, kasihan sekali Naili. Seandainya aku tidak tergiur dengan tawaran palsu Scott, tentu aku bisa menjaga Naili, sehingga musibah ini tidak sampai terjadi. Tapi apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur.Tiba-tiba seorang suster datang menghampiriku."Permisi Madam, Madam harus membayar biaya administrasi di kasir ya.""Biayanya kira-kira berapa ya Sus?""Maaf, saya kurang tahu Madam. Silakan ibu datang ke kasir sekarang ya." Dia membalikkan badan untuk keluar dari rumah sakit.Dengan perasaan was-was, aku pun mendatangi kasir. Ikut mengantri di barisan antrian. Aku merogoh dompet dari tasku dan membukanya. Terlihat uang dua ribuan dan lima ribuan yang lusuh terikat den
"Selamat datang, Ara." sambut Scott dengan hanya menggunakan pakaian kimono saja. Mataku tertuju ke bulu tipis yang memenuhi dadanya yang lumayan bidang. Balutan kimono juga memperlihatkan kakinya yang tampak berotot."Kok bengong?"Aku tersentak dari lamunanku. Bisa dibilang Pria di depanku atletis dengan otot yang tidak terlalu besar. Tapi cukup membuat debaran kencang di dalam dada ini."Eh, Iya." Ucapku tergagap. Aku menghela nafas sejenak. berusaha mengontrol diriku sendiri."Silakan duduk." Pintanya.Aku pun beringsut duduk bersamaan dengannya. Tapi Pria itu terlihat mengendurkan tali handuk kimono itu sehingga sekilas aku tidak sengaja aku melihat pakaian dalamnya yang berwarna hitam. Tapi Pria itu sama sekali tidak merasa risih dalam kondisi setengah telanjang di depan seorang wanita sepertiku."Ini Mas pola desain yang sudah saya persiapkan untuk seragam rumah sakit yang sebelah kanan laki-laki dan sebelah kiri perempuan. Apak
Hari ini aku pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menjahit. Saking banyaknya permintaan, sehingga bahan-bahan itu ludes dengan sendirinya.Aku membelinya dengan terburu-buru. Tidak mau meninggalkan Naili lama-lama. Intinya setelah membeli bahan-bahan itu, aku akan segera pulang dan tidak mampir-mampir lagi.Setelah membeli bahan-bahannya, aku segera ke halte untuk menunggu angkutan. Saat sedang asik menunggu, pandanganku tertuju kepada sebuah mobil mewah yang berhenti di seberang jalan. Dari kacanya yang terbuka, terlihat Pria tampan yang kutemui dirumah sakit itu sedang memandangiku di balik kacamatanya yang hitam.Aku memalingkan wajah, berpura-pura tidak melihatnya. Pria di seberang sana malah tersenyum melihatku yang salah tingkah. jangan Maya, kamu jangan sampai kepincut dengannya. Tahan hasratmu Ara tahan. Bisikku di dalam hati.Tidak berselang lama, angkutan berwarna orange pun datang. aku melambaikan tangan sebagai
Kesibukan baruku membuka jalan rezeki bagiku. Terlihat dari beberapa tetangga yang mulai berdatangan untuk meminta di jahitkan. Ada yang sekedar memperbaiki pakaian yang sobek, mengecilkan baju, bahkan ada yang meminta untuk mendesain pakaian baru. Semua kulakukan dengan senang hati tanpa menargetkan penghasilan, karena memang aku suka melakukannya.Lebih dari itu, aku merasa hidupku benar-benar berubah. Tidak lagi memikirkan kehidupan masa lalu yang pahit. Sekarang aku merasa lebih bahagia bersama Naili dengan kesibukanku menjahit. Semua itu lebih dari cukup. Meski tanpa kehadiran lelaki dewasa atau kemewahan yang sering aku dapatkan. Ternyata di perumahan yang kumuh ini aku mendapatkan kebahagiaan.Kondisi Naili juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Bahkan dia sekarang sudah mau untuk berbicara dan mulai tersenyum. Mungkin dia melihat keseharianku yang bersemangat, sehingga semangat itu tertular kepadanya. Menunjukan bahwa aku yang sekarang berbeda jauh dengan
"Kok kita berhenti di sini?" tanyaku keheranan ketika mobil itu berhenti tepat di depan gang rumah kumuh. Selain kumuh tempat itu juga terlihat sempit sekali. jadi tidak ada ruang gerak yang leluasa. Terlebih cuacanya yang di dekat pelabuhan yang terasa panas sekali."Sudah jangan banyak bicara. Sekarang ayo turun." titahnya. Aku tidak kuasa untuk menolaknya. Setelah menurunkan koper, aku mengekorinya menuju perumahan kumuh itu."Mulai sekarang kamu tinggal disini." ujarnya sambil menunjuk rumah dengan lebarnya kurang lebih dua setengah meter saja. Enggak kebayang betapa sempitnya di dalam."Enggak ada tempat lain apa? ini sempit sekali." Protesku."Jangan banyak membantah!" ujarnya dengan nada penuh penekanan. Aku hanya tertunduk, aku tahu konsekuensi kalau aku sampai menolak perintahnya."Lagipula, kamu akan sangat betah disini, karena ada seseorang yang special sedang menunggumu di dalam." Orang special? Siapa itu? batinku penasaran. Ace pun segera
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments