Share

2. Rahasia Sang Pendekar

Kuning keemasan memancar diufuk fajar, seakan-akan menandakan kalau sebentar lagi sang mentari akan segera menampakkan dirinya di ufuk timur sebagai pertanda dimulainya kehidupan diatas muka bumi ini. Satu demi satu terdengar suara cicit burung yang saling bersahut-sahutan dari dahan ke dahan semakin menambah indahnya pagi itu.

Di sebuah bukit yang tampak berdiri dengan tegarnya dari kejauhan, sepanjang mata memandang bukit itu tampak begitu dipenuhi oleh pepohonan yang tumbuh menjulang tinggi seakan ingin mencakar langit, hingga kalau pada siang hari, kerimbunan dan ketinggian pohon tersebut mampu memberikan bayangan keteduhan pada bukit itu, hingga tak heran banyak orang-orang awam maupun orang-orang persilatan yang memberikan nama sebagai Bukit Bayangan terhadap bukit itu.

“Hyattthiyattt”. tiba-tiba terdengar suara teriakan keras dari atas puncak Bukit Bayangan, kian lama kian semakin terdengar jelas suara tersebut dan bila kita melihat lebih dekat, ternyata diatas bukit itu, tepatnya disebuah halaman luas sebuah bangunan terlihat sosok seorang pemuda tampan yang masih berusia muda belia yang tengah berlatih ilmu kanuragan, hal ini dapat terlihat dari keringat yang telah membanjiri tubuhnya, pemuda belia ini tampak tidak mengenakan pakaian dibagian atas tubuhnya hingga dadanya yang bidang dan kekar terlihat jelas bersimbah penuh keringat.

Wajahnya terlihat tampan dengan rambut yang cukup panjang yang diikatnya seperti kuncir buntut kuda, menilik dari raut wajah dan penampilannya, pemuda belia yang masih berusia 15 tahunan itu tak lain adalah Bintang adanya.

Sementara itu tak jauh dari Bintang yang tengah melatih jurus Telapak Bayangannya, tampak pula berdiri seorang lelaki berwajah dingin, matanya terlihat menatap awas terhadap setiap gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Bintang.

Sementara itu di pendopo rumah, tampak tiga sosok tubuh yang tengah duduk mengelilingi sebuah meja bundar, ketiganya tampak tengah terlibat satu pembicaraan penting, sesekali diantara mereka tampak memperhatikan kearah Bintang yang tengah berlatih ilmu kanuragan.

Menilik dari wajah ketiganya, mereka tak lain adalah Gusti Patih Setyo Pinangan beserta istrinya serta seorang kakek berlengan tunggal yang lebih dikenal dengan sebutan Dewa Tanpa Bayangan.

“Begitulah ceritanya guru.aku menemukan Bintang saat aku mendapatkan tugas dari gusti prabu untuk menangkap gerombolan perampok di tepi hutan larangan..”. ucap Gusti Patih Setyo Pinangan setelah menyelesaikan ceritanya secara panjang lebar kepada kakek yang sekaligus gurunya yang ada dihadapan yang terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. Sebagaimana kita ketahui pada kisah sebelumnya (Titisan Putra Bintang). Gusti Patih Setyo Pinangan mengatakan kalau Bintang bukan putra kandung mereka, melainkan putra angkat.

“Sebenarnya sehari sebelum kakang Setyo kembali dengan membawa Bintang, aku telah bermimpi kek, dalam mimpiku itu aku mendapati sebuah Bintang yang jatuh kepelukankudan saat aku mendapati tanda rajah yang ada didada Bintang yang begitu sesuai dengan mimpi yang aku alami, maka kamipun memberikan nama Bintang padanya.”. ucap Ratih lagi menyambung ucapan suaminya.

“Apakah Bintang sudah mengetahui tentang masalah ini?”. ucap sikakek lagi, Gusti Patih Setyo Pinangan dan istrinya hanya menggelengkan kepala mereka.

“Kami harus menunggu saat yang tepat untuk mengatakannya guru, kami takut Bintang tidak bisa menerima hal ini.”. ucap Gusti Patih Setyo Pinangan.

“Kalau memang begitu ceritanya, tidak salah lagi”. ucap sikakek lagi hingga mengejutkan dan membingungkan Gusti Patih Setyo Pinangan beserta istrinya yang terlihat saling pandang satu sama lain.

“Maaf guru, saya sungguh tidak mengerti?”

“Bintang bukanlah manusia sembarangan Setyo, ini berhubungan dengan gempa besar yang terjadi 15 tahun yang lalu.”

“Oh ya, aku ingat peristiwa itu guru, saat itu kerajaan Karang Sewu mengalami kerusakan yang cukup berarti karena gempa besar itutapi apa hubungan hal itu dengan Bintang guru?”. ucap Gusti Patih Setyo Pinangan lagi, entah kenapa pertanyaan Gusti Patih Setyo Pinangan terlihat membuat sikakek berlengan tunggal ini menghela nafas panjang.

“Sebenarnya tidak banyak dari orang-orang persilatan yang mengetahui hal ini, karena hal ini memang sengaja dirahasiakan oleh banyak kalangan orang-orang rimba persilatan yang mengerti tentang arti dari peristiwa besar itu”.

“Sebenarnya apa yang menjadi rahasia besar itu kek?”. ucap Ratih terlihat tak sabar.

“Rahasia tentang akan turunnya Titisan Putra Bintang keatas muka bumi ini”.

“T**i...T**isan Putra Bintang”. ulang Gusti Patih Setyo Pinangan dan Ratih istrinya dengan wajah terkejut dan saling berpandangan.

“Benar, Titisan Putra Bintang, gempa besar itu merupakan pertanda akan turunnya anak ajaib yang dikatakan oleh Peramal 5 Benua sebagai Titisan Putra Bintang”

“Peramal 5 Benua”

“Benar, sahabatku itulah yang memberitahu tentang masalah ini, tapi sayang, dia tidak memberitahuku secara keseluruhan tentang anak ajaib itu.. hanya Peramal 5 Benua sendiri yang dapat menjelaskan mengenai hal ini”. ucap kakek berlengan tunggal itu lagi, walau dengan penasaran tapi Gusti Patih Setyo Pinangan dan Ratih istrinya hanya diam seraya mengikuti pandangan sikakek kearah Bintang yang saat itu tengah berlatih beradu ilmu kanuragan dengan pamannya, Randu.

“Setyo, aku akan pergi ke Lembah Obat untuk menjemput sahabatku itu untuk memastikan mengenai hal ini. kau dan Ratih jangan pernah keluar dari Bukit Bayangan ini, aku yakin para pendekar-pendekar bayaran itu akan terus memburu kalian, ditempat ini kalian akan aman, aku akan memberikan aji bayang-bayang pada bukit ini agar tidak bisa dimasuki oleh orang luar.”. ucap kakek berlengan tunggal lagi, Gusti Patih Setyo Pinangan dan Ratih hanya terlihat mengangguk saja walau sebenarnya mereka masih amat penasaran tentang cerita yang tadi disampaikan oleh kakek Dewa Tanpa Bayangan, apalagi sekarang kakek Dewa Tanpa Bayangan ingin bergegas untuk menjemput sahabatnya di Lembah Obat, tentu kalau bukan hal yang sangat penting tidak akan kakek Dewa Tanpa Bayangan harus jauh-jauh pergi kesana, hal ini tentu saja semakin membuat Gusti Patih Setyo Pinangan dan Ratih semakin bertanya-tanya. Tapi mereka kini harus bersabar seraya menunggu kedatangan Peramal 5 Benua untuk memperjelas masalah ini.

Tak lama kemudian perhatian mereka teralih pada sosok Bintang dan paman Randunya yang telah menyelesaikan latihan mereka, dengan tubuh bersimbah penuh keringat, Bintang terlihat menjura hormat pada sosok-sosok yang ada dihadapannya.

“Bagaimana latihanmu Bintang?”. ucap sikakek lagi dengan lembut.

“Sudah cukup baik kek, tapi tak satupun seranganku bisa menyentuh tubuh paman Randu kek, gerakan paman Randu begitu cepat sampai-sampai mataku ini tidak bisa menangkap bayangannya”. ucap Bintang lagi hingga membuat tersenyum semua orang yang ada ditempat itu.

“Itu adalah aji gerak Mambang Bayu Bintang”. ucap romonya lagi menimpali. “Aji Mambang Bayu hem.... mambang berarti mengawang, sedangkan bayu berarti angin, berarti aji Mambang Bayu adalah mengawang diatas angin, apa benar begitu romo?”. gusti patih Setyo Pinangan hanya mengangguk tersenyum mendengar ocehan Bintang.

“Wah...hebat sekali”. ucap Bintang tanpa sadar.

“Yah, memang hebat sekali anakku, itulah kenapa kakekmu diberikan gelar Dewa Tanpa Bayangan oleh orang-orang rimba persilatan”. ucap Ratih bundanya lagi ikut angkat bicara, kini perhatian Bintang kembali mengarah kearah sosok kakeknya yang sejak tadi hanya tersenyum-senyum sendiri.

“Kalau begitu kakek pasti hebat sekali”

“Ah, tidak sehebat yang kau pikirkan Bintang cucuku, aji Mambang Bayu memang sebuah ajian gerak tubuh yang sangat luar biasa cepatnya, bahkan kalau sudah dikuasai dengan amat sempurna, ajian ini bukan saja mampu membuat tubuh kita bergerak cepat hingga bayangan kita sendiripun seakan tidak bisa mengikuti kemana tubuh kita bergerak”. ucap sikakek lagi hingga semakin membuat Bintang berdecak kagum mendengarnya.

“Bahkan dengan ajian ini kau mampu membuat tubuhmu lebih ringan dari seonggok kapas yang terbang ditiup angin, tapi untuk mencapai taraf kesempurnaan seperti itu, kau harus terus melatihnya dengan giat”. ucap paman Randu lagi ikut angkat bicara sehingga semakin membuat kekaguman Bintang semakin bertambah.

“Aa....apakah aku boleh mempelajarinya kek?”

“Ya, tentu saja, kenapa tidak, tapi untuk sementara biarlah pamanmu yang mengajarkanmu dasar-dasar aji Mambang Bayu karena kakek dalam beberapa hari ini akan pergi mengunjungi seorang teman, mungkin lima hari lagi baru kakek akan kembalidan selama itu kau jangan pernah keluar dari bukit ini Bintang, karena diluar sana pasti masih banyak orang yang akan memburumukau harus berhati-hati”.

“Baik kek, pesan kakek akan Bintang ingat”

“Randu, selama aku pergi, kau yang bertanggung jawab ditempat ini”. ucap sikakek lagi terhadap paman Randu yang terlihat hanya menganggukkan kepalanya.

***

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nur Hidayah Al Amin
yaah.... harus pake koin ga asik
goodnovel comment avatar
Lagak Lumban Bati
ceritnya seru tapi terlalu pendek waktu bacanya, jadi tanggung
goodnovel comment avatar
Alguada
Seruuuuu.. Tp sayang hrs pake koin...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status