“Apakah kota raja ini memang seperti ini setiap harinya Sekar ?”
“Setahuku tidak kakang, dulu saat aku melewati kota raja ini, keadaannya biasa-biasa saja”
“Hem.... kalau begitu pasti akan ada suatu perayaan di kota raja ini”. ucap Bintang lagi, dan ; “Ayo Sekar, kita cari rumah makan, perut kakang sudah keroncongan nih”. ucap Bintang lagi seraya melangkah lebih dulu, Sekar hanya mengikutinya dengan tersenyum kecil.
Tak lama kemudian langkah keduanya tiba didepan sebuah warung makan yang tampak sudah cukup ramai pengunjungnya, dan kedatangan Bintang dan Sekarwangi tentu saja langsung disambut dengan ramah oleh sang pemilik warung.
“Silahkan, silahkan masuk den”. ucap aki tua itu dengan ramahnya, ternyata didalam warung makan tersebut bukan hanya pengunjung biasa saja, ada beberapa orang juga dari kalangan pendekar yang tengah berada ditempat itu, tapi masuknya Bintang dan Sekarwangi kedalamnya membuat perhatian untuk sesaat tertuju kearah keduanya, ap
Sementara itu gadis jelita yang tampil begitu anggun dan cantik terus melemparkan senyum dan lambaian tangannya kearah para penduduk yang menatap kagum kepadanya hingga akhirnya tatapannyapun tertuju pada sosok Bintang yang berada diantara deretan para penduduk. “K....kkk...kang Bintanggg”. ucap suara itu perlahan keluar dengan tercekat dari balik bibir mungilnya, bersamaan dengan itu lambaian ditanganyapun ikut berhenti, bahkan tatapan matanyapun tidak pernah lepas dari sosok Bintang yang masih berdiri dan juga menatap kearahnya, wajah gadis jelita itu ikut berpaling saat kereta itu semakin jauh meninggalkan barisan. Perubahan yang terjadi pada gadis yang merupakan calon mempelai pangeran Galuhbaya itupun ternyata tak lepas dari pandangan Sekarwangi dan Sekarwangi semakin yakin kalau antara Bintang dan gadis itu pasti pernah saling mengenal. Akhirnya barisan itupun bubar dengan berbagai cerita, sebagian diantara mereka tentu saja menceritakan tentang kecantikan dan
“Kenapa aku gelisah seperti ini, sebenarnya siapa yang ingin bertemu dengan kang Bintang itu ?”. batin Sekarwangi lagi seraya kembali menjatuhkan dirinya dikasur empuk itu, tapi sesaat kemudian dia kembali bangkit dengan wajah gelisah. Sesaat entah kenapa tiba-tiba saja dibenak Sekarwangi terbayang satu wajah gadis seusia dirinya, dan ; “Jangan…jangan….”. ucap Sekarwangi lagi terhenti seraya bangkit berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya, diluar kegelapan malam sudah terlihat menghampar disejauh mata memandang, dibawah, terlihat warung ki Sawun sudah cukup ramai oleh pengunjung, tapi ki Sawun masih terlihat sibuk untuk menghitung pendapatannya hari ini. Kemunculan Sekarwangi cukup membuat ki Sawun terkejut dan dia langsung membereskan uang-uang yang tadi dihitungnya. “Eh, ada nini….”. ucap ki Sawun cepat. “Maaf kalau saya menganggu ki Sawun”. “Ah, tidak apa-apa nini, apakah ada yang bisa saya bantu ?” “Begini ki, apakah aki
“Aa...apakah ini benar-benar kau kang Bintang”. ucap gadis jelita yang memang tak bukan adalah Pandansuri, Putri Adipati Pandan Arum. Untuk mengetahui tentang Pandansuri, baca (Munculnya Ksatria Pengembara). “Tentu saja Pandan, ini benar-benar aku Bintang”. ucap Bintang lagi mencoba meyakinkan Pandansuri yang ada dihadapannya. “Kakanggg...”. dan secara tiba-tiba pula Pandansuri langsung memeluk Bintang dengan hangat dan eratnya, Bintangpun hanya mampu membalasnya dengan penuh kehangatan. Dan tak lama kemudian terdengar isak tangis yang keluar dari bibir mungil Pandansuri. “Ternyata kau masih hidup kakang, oh... syukurlah”. terdengar ucapan itu diantara isak tangisnya, isak tangis dan ucapan Pandansuri barusan tentu saja membuat Bintang heran. Setelah cukup lama Pandansuri menumpahkan isak tangisnya didadanya, dengan lembut Bintang merenggangkan pelukannya, diangkatnya wajah Pandansuri yang bersimbah air mata dan dengan lembut pula Bintang memupu
“Maafkan kakang Pandansuri”. ucap Bintang dengan lembut meraih kedua pundak Pandansuri, bergetar kedua tangan Bintang saat menyentuh kedua pundak itu. Dengan wajah bersimbah air mata, Pandansuri mengangkat wajahnya. “Kenapa kakang ? kenapa kakang tak ingin mewujudkan keinginan terakhirku ini”. ucap Pandansuri lagi diantara isak tangisnya. “Maafkan kakang Pandan, permintaan apapun akan kakang penuhi, asalkan jangan yang ini, kau harus menjaga kesucianmu untuk malam pengantinmu Pandan, kakang akan merasa sangat bersalah jika kelak Pangeran Galuhbaya akan menyalahkanmu karena aku telah merenggut kesucianmu”. ucap Bintang lagi mencoba menjelaskan maksudnya, tapi ucapan Bintang tiba-tiba saja membuat raut wajah Pandansuri berubah, tidak ada raut kesedihan diwajahnya.“Aku sudah tidak suci lagi kakang”. ucap Pandansuri lagi tiba-tiba hingga mengejutkan Bintang. “Kesucianku telah direnggut oleh Pangeran Galuhbaya beberapa waktu yang lalu, aku harap kakang tidak punya alasan lagi untuk menol
Malam telah semakin larut saat Bintang kembali kepenginapan, dimana ki Sawun lelaki penjaga warung terlihat terkantuk-kantuk ditempat jaganya. Masuknya Bintang membuatnya terjaga dan tersadar. “Denmas...tunggu denmas !!”. cegah ki Sawun lagi hingga membuat langkah Bintang terhenti. “Ya, ada apa ki ?” “Itu...itu den, gadis yang bersama denmas itu telah mencari denmas sejak tadi”. “Oh iya, terima kasih ki”. ucap Bintang lagi seraya melanjutkan langkahnya menuju ke kamarnya, tapi saat melewati kamar Sekarwangi, langkah Bintang berhenti, mengingat apa yang tadi dikatakan oleh ki Sawun, Bintang memutuskan untuk melihat keadaan Sekarwangi terlebih dahulu. “Kreakkk”. Bintang membuka pintu kamar Sekarwangi dan begitu ada didalamnya, Bintang terkejut saat tak melihat sosok Sekarwangi didalamnya. “Dimana Sekar, astaga, jangan... jangan dia masih mencariku”. batin Bintang lagi Bintang segera keluar dan berniat untuk mencari Sekarwangi. Tapi kemudian langkah Bintang terhenti tepat dipintu kam
“Kukuruyukk”. pagi baru saja datang, sang surya baru saja menampakkan wajahnya diufuk timur, cahayanya yang berwarna kuning keemasan menerpa kehangatan bagi seluruh alam mayapada ini, dan sinar-sinar itu tampak menembus celah-celah kamar dimana Bintang dan Sekarwangi berada. “Uhh”. terdengar keluh tertahan dari sebuah bibir mungil dan merah merekah milik seorang gadis bertopeng perak yang saat itu tengah berbaring disebuah tempat pembaringan indah. Sosok yang tak lain adalah Sekarwangi yang sepertinya baru saja terbangun dari tidur pulasnya. Sekarwangi terlihat langsung membuka kedua matanya dengan tiba-tiba saja penciumannya mencium sesuatu yang menggugah perutnya, begitu membuka kedua matanya dan berpaling kearah kirinya, betapa terkejutnya Sekarwangi saat melihat seorang pemuda yang tak lain adalah Bintang yang tampak tengah menyiapkan sebuah hidangan makanan baginya. “Kang Bintang”. ucap Sekarwangi seraya bangkit dari tempat pembaringannya. Mendengar suara lembut yang menegurnya
“Sekar”. kembali terdengar suara lembut Bintang. “Kenapa kakang mau melakukannya, padahal kakang tahu, gusti putri Pandansuri akan segera menikah”. ucap Sekarwangi diantara isak tangisnya. “Sudah kakang katakan, kakang terpaksa menurutinya Sekar”. ucap Bintang lagi mencoba menjelaskan. “Dasar semua laki-laki selalu memiliki 1001 alasan...”. ucap Sekarwangi lagi seraya bangkit dan ingin beranjak pergi. Tapi kembali Bintang menahan gerakannya dengan menangkap tangannya. “Lepaskan tanganku kakang !!” “Tidak !! aku tidak akan melepaskannya sebelum kau mengerti akan masalah ini se.....plakkk”. belum lagi Bintang menyelesaikan ucapannya, satu tamparan keras telah mengenai wajahnya, tapi Bintang tetap tidak melepaskan genggaman tangannya, entah kenapa Sekarwangi yang tadi melepaskan tamparan tangannya kini justru balik merasa bersalah. “Kenapa kau menanyakan semua ini Sekar ?”. tanya Bintang lagi, tapi Sekarwangi justru malah berbalik.
“Sekar”. sapa Bintang dengan lembut dan tersenyum. Tapi justru tatapan kesal yang diterima oleh Bintang. “Aku akan pulang sendiri malam ini, kakang pergi saja menemui wanita itu”. belum lagi tatapan kesal itu dimengerti oleh Bintang, Sekar justru melontarkan ucapan pedas kepadanya. “Sekar tunggu !!”. Bintang menarik tangan Sekarwangi untuk menahan gerakannya yang ingin melangkah pergi, lalu Bintang sendiri segera melangkah kehadapan Sekarwangi yang saat itu terlihat tidak mau menatap kearahnya. “Aku tidak akan pergi menemuinya malam ini Sekar”. ucap Bintang lagi lembut dan ini cukup membuat wajah Sekarwangi terangkat menatap kearahnya. “Ka...kakang tidak akan pergi.....” “Bukankah aku sudah berjanji padamu untuk tidak menemuinya lagi, dan aku takkan pernah mengingkari janjiku itu”. ucap Bintang lagi seakan ingin lebih meyakinkan Sekarwangi. “Dan sekarang jangan ngambek dulu ya”. ucap Bintang lagi bergurau hingga membuat Sekarwangi ters