“Kau benar-benar luar biasa, Sawungpati” ucap Bintang tertawa ringan. Sawungpatipun ikut tertawa.“Sawungpati” ucap Bintang lagi seraya berhenti sejenak. Sawungpati menoleh kearah Bintang, tapi tetap menunggu apa yang akan diucapkan Bintang karena sepertinya memang ada sesuatu yang sangat penting.“Lusa aku akan pergi ke Blambang Sewu” ucap Bintang lagi, hingga langsung membuat wajah Sawungpati berubah.“Ada urusan apa kau kesana?”“Ingin menyelamatkan seseorang. Saat ini sedang berada di penjara Blambang Sewu” ucap Bintang lagi hingga lagi-lagi membuat wajah Sawungpati berubah.“Apakah tuan mahapatih tau akan hal ini?” tanya Sawungpati lagi, Bintang menggeleng.“Saudara-saudara kita?” tanya Sawungpati lagi dan lagi-lagi Bintang menggeleng.“Hanya kau yang kuberitahu mengenai hal ini” jelas Bintang lagi.“Apakah orang yang ingin kau selamatkan ini sangat berarti untukmu?” tanya Sawungpati lagi. Kali ini Bintang mengangguk.“Aku sudah berjanji pada seseorang” ucap Bintang singkat.“Jan
BLAMBANG SEWU adalah sebuah kerajaan yang berdiri tepat disebuah tanjung daratan yang menjorok ke laut, yang dibatasi oleh laut di ketiga sisinya. Karena itulah Blambang Sewu menjadi pusat perdagangan karena memiliki pelabuhan-pelabuhan besar diketiga sisi wilayah kerajaannya. Karena itu Blambang Sewu juga terkenal sebagai kerajaan yang amat makmur berkat sektor perdagangannya kala itu. Banyak orang-orang yang datang untuk berniaga di pelabuhan Blambang Sewu. Bukan hanya pedagang dari Nusantara saja, melainkan juga kaum saudagar asing dari bermacam-macam bangsa di dunia, termasuk dari Gujarat (India), Cina, Arab, bahkan Eropa. Sebelum Kerajaan Blambang Sewu muncul sebagai salah satu pusat peradaban di tanah Jawa, pelabuhan di Blambang Sewu hanya berupa dermaga kecil tempat para nelayan lokal menambatkan kapal. Tempat ini seringkali juga menjadi persinggahan sementara perahu-perahu tradisional untuk mengisi perbekalan sebelum melanjutkan pelayaran. Lokasi Blambang Sewu yang strategis,
Malam itu, kotaraja Blambang Sewu tampak berjalan seperti biasanya, sesekali terlihat para prajurit yang tengah meronda berkeliling, karena merupakan tempat persinggahan, maka dimalam hari keadaan kotaraja cukup ramai oleh orang-orang yang berlalu lalang. Tapi saat malam semakin larut, jalan-jalan mulai sepi, hanya beberapa orang saja yang terlihat berlalu lalang. Tidak seperti biasanya, mulai malam itu, dikotaraja diberlakukan jam malam, siapa saja yang kedapatan keluar malam, akan ditangkap di introgasi.Diantara kegelapan malam.Serrr Serrr SerrrSerr SerrrLima bayangan hitam tampak berkelebat cepat dari atap ke atap rumah, begitu cepat gerakannya, sampai-sampai gerakan kelimanya tidak diketahui oleh para prajurit yang melakukan ronda malam.Di sebuah kamar disalah satu penginapan yang ada dikotaraja, dimana jendela kamar yang terbuka tersebut tampak digunakan oleh kelima orang ninja untuk masuk kedalam kamar tersebut. Didalam kamar sudah menunggu seorang laki-laki yang juga berpak
“Ayo gusti ikut mandi sini!” teriak lembut suara sang gadis kearah sosok seorang lelaki muda yang tampak masih tenggelam dialam meditasinya, didekatnya tampak nyala sebuah api unggun, tak jauhnya dari sosok lelaki muda itu, tampak sebuah kereta kuda yang ditarik oleh 2 ekor kuda yang tampak tengah asyik menyantap rerumputan yang banyak tumbuh liar ditepi danau banyubiru.“Ayo dong gusti, temani Pudja mandi” ucap gadis jelita yang ternyata adalah Pudjasari. Sedangkan lelaki yang tengah tenggelam dialam meditasinya itu tentu tak lain adalah Bintang.Bersama Pudja, Bintangpun meninggalkan istana Setyo Kencana, dengan menggunakan kereta kuda yang ditarik oleh 2 ekor kuda, Bintang dan Pudja meninggalkan wilayah Setyo Kencana.Sore tadi Bintang dan Pudja tiba disebuah desa yang bernama desa banyubiru, karena sudah begitu sore, maka Bintang mengajak Pudja untuk menginap didesa itu, tapi Pudja justru mengatakan kalau ada sebuah tempat yang tak jauh dari desa itu yang bernama danau banyubiru y
SORE ITU diatas sebuah bukit, tampak sebuah kereta kuda yang berhenti diujung tebing, tak lama kemudian sosok wajah cantik jelita tampak menyeruak keluar dari dalam kereta, keduanya tampak mengenakan caping bambu dikepala mereka“Itu kadipaten grobongan gusti dan hutan disebelahnya merupakan perbatasan kadipaten grobongan dengan Blambang Sewu” ucap siwanita lagi.Sementara itu lelaki muda yang memang tak lain adalah Bintang tampak menatap keadaan diujung pandangannya, dari atas bukit itu memang terlihat semua pemandangan dengan lebih jelas. Sementara sosok wanita jelita yang mengeluarkan kepalanya dari dalam kereta kuda tak lain adalah Pudjasari.Tanpa menjawab ucapan Pudja, Bintang kembali mengarahkan kereta kudanya untuk menuruni bukit tersebut menuju ke kadipaten grobongan.Saat sore datang menjelang, kereta kuda yang ditumpangi Bintang dan Pudjasari tiba dipintu gerbang kadipaten grobongan.“Malam ini kita menginap disini Pudja” ucap Bintang pelan.“Baik gusti, Pudja tau dimana pe
Malam datang dan mulai semakin larut. Sementara itu dihutan yang ada diantara perbatasan perbatasan kadipaten grobongan dengan Blambang Sewu, terlihat sosok Bintang tengah duduk bermeditasi disebuah tempat yang cukup tersembunyi. Serrrr !! Serrrr !! Serrrr !! Enam bayangan melesat dihadapan Bintang, enam sosok yang tampak mengenakan pakaian serba hitam yang menutupi dari ujung kaki hingga ujung kepala, hanya kedua matanya saja yang terlihat, inilah yang disebut ninja oleh Pangeran Blambang Sewu. Ke-6 ninja tampak membuka kain penutup kepala hingga kini memperlihatkan wajah-wajah sangarnya. “Sawungpati” ucap Bintang tersenyum melihat kehadiran Sawungpati dan anak buahnya. “Gusti prabu” ucap Sawungpati lagi seraya menjura hormat diikuti oleh para anak buahnya. Dan memang bila dihadapan yang lain, Sawungpati dan saudara-saudaranya yang lain akan memanggil dan memperlakukan Bintang seperti layaknya seorang raja, tapi bila tidak ada orang lain, mereka akan memperlakukan Bintang seperti
PAGI menjelang siang. Bintang dan Pudja baru saja keluar dari kamar mandi, rupanya keduanya baru saja menikmati mandi berdua. Keluar dari kamar mandi, Pudja terlihat menggandeng mesra tangan Bintang. Sepertinya Pudja benar-benar sudah lengket kepada Bintang, hingga tak ingin lepas sedikit waktupun jauh dari Bintang.“Pudja, kita harus cepat menuju Blambang Sewu” ucap Bintang tiba-tiba hingga membuat wajah Pudja berubah.“Memang kenapa gusti, apa gusti prabu tidak suka lama-lama disini menemani Pudja?”“Tidak, bukan begitu Pudja, kakang mendapat kabar kalau ibumu akan dieksekusi 2 hari lagi” ucap Bintang lagi hingga lagi-lagi membuat wajah Pudja berubah.“Kalau begitu kita harus cepat gusti jarak Blambang Sewu masih jauh” ucap Pudja dengan wajah pucat.“Yah, kita memang harus cepat, nanti diperjalanan akan kakang sampaikan rencana yang akan kita jalankan” ucap Bintang lagi.“Baik gusti prabu” ucap Pudja lagi.Dengan cepat kedua-duanya bersiap-siap dan segera meninggalkan kamar yang men
Bintang mengajak Pudja masuk kedalam hutan yang menjadi perbatasan kadipaten grobongan dengan Blambang Sewu. Pudja sebenarnya heran kenapa mereka tidak menggunakan kereta kuda yang dibiarkan tertambat di penginapan Ki Tamar, padahal jarak menuju ke Blambang Sewu masih jauh. Akan semakin jauh bila harus ditempuh dengan berjalan kaki, sementara waktu mereka sangat singkat sekali untuk menyelamatkan ibu Pudja dari eksekusi yang akan dilakukan oleh Blambang Sewu. Sebenarnya ingin sekali Pudja menanyakan hal itu kepada Bintang, tapi Pudja tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya kepada Bintang.Disebuah tanah lapang, Bintang menghentikan langkahnya, Pudja ikut menghentikan langkah. Bintang tampak menatap kearah langit, Pudjapun ikut menatap kearah langit.Bintang kemudian menutup matanya.“Sembrani, datanglah aku membutuhkanmu”. terdengar suara pelan Bintang terdengar. Rupanya Bintang memanggil Sembrani, sikuda terbang dengan aji sutra batin miliknya. Pudja yang ada didekat Bintang