Share

pov Bram (Sperm*ku yang Tidak Sehat?)

Flash back On :

Dengan tenang, profesor Wijaya memandang wajah kami bergantian, kemudian berkata, " Jadi, hasil USG memperlihatkan bahwa uterus (rahim) Kemala normal semua, tidak ada masalah dalam uterusmu, seharusnya kamu tahu sejak dulu kan, di awal perkuliahan, pasti kamu dan teman-temanmu yang lain saling praktik alat USG," sahut profesor Wijaya.

Kemala tersenyum malu mendengar perkataan profesor Wijaya. Sementara aku tersenyum kecut. Kalau Kemala hasil pemeriksaan USGnya normal, berarti apa kesuburanku yang bermasalah. Batinku.

"Saran saya, makan bergizi dan jangan terlalu capek, jangan stres dan olahraga teratur, untuk pak Bram bisa tes kesuburan sperm* dan kalau perlu kalian tes TORCH ya," sahut profesor Wijaya sambil menuliskan vitamin ke lembar resep.

Aku dan Kemala mengangguk lalu berpamitan pada profesor Wijaya.

Untung tadi sebelum masuk ke ruangan profesor Wijaya, aku dan Kemala sudah menyerahkan sampel darah untuk diperiksa hasil TORCHnya dan menyerahkan spesimen sperm*ku pada bagian andrologi.

"Test TORCH dan hasil kesuburan sperm* ku kapan bisa keluar ya?" tanyaku pada Kemala.

"Biasanya 4 hari atau seminggu. Aku sudah minta tolong pada temanku yang kerja di bagian lab andrologi dan hasil TORCH. Kebetulan penelitian thesisku kan di rumah sakit ini," jawab Kemala.

"Ya sudah, ayo pulang dulu Mas, aku capek, " sahut Kemala seraya menarik tanganku dan berjalan ke arah parkiran mobil.

******

"Mas, besok jadwal pengambilan hasil uji sperm*mu dan hasil uji torch kita loh, " ujar Kemala seraya menata sarapan di atas meja makan yang dibantu oleh bi Sumi.

Aku menepuk jidat dengan telapak tangan. " Aku lupa, Mala, ada janji dengan klien untuk membangun perumahan di luar pulau, mana klien penting lagi, gimana ya," aku menggaruk kepala.

"Ya sudah, aku aja yang ambil hasilnya Mas, kamu gak apa-apa deh ngurusin bisnis kamu, kan sekarang cuma ambil hasil lab, nanti kalau ada masalah, baru kita lakukan terapi bersama-sama, " Sahut Kemala sambil tersenyum.

"Hm, oke sayang, aku memang tidak bisa meninggalkan klien sepenting ini, lumayan juga kalau menang tender, perusahaanku bisa meluas di luar pulau," ujarku bersemangat.

Kemala mengangguk dan mulai menyuapkan sarapannya.

"Mas ke kalimantan sama siapa? " tanya Kemala sambil mengunyah makanan.

"Sama Ryan, " jawabku.

"Berarti nanti mampir ke rumah mami buat jemput Ryan?" tanyaku.

"Nggak, Ryan diantar sama sopir pribadi mami," sahutku.

Kemala tampak manggut-manggut.

Usai sarapan, aku segera berpamitan pada Kemala. Kemala pun juga akan berangkat ke kliniknya.

Aku melambaikan tangan pada Kemala saat masuk dalam mobil. Pak Hari, supirku telah siap di belakang kemudinya. Dan kami pun berangkat menuju bandara.

Dalam perjalanan ke bandara yang jaraknya sekitar 2 jam dari rumah, aku menghabiskan waktu dengan menyalakan laptop.

Mengecek berbagai foto tipe hunian rumah yang merupakan andalan perusaahanku. Dari model perumahan yang sederhana sampai yang mahal.

Memeriksa file laporan keuangan dari adikku Ryan yang sekarang sudah bekerja di kantor papa dan laporan ketersediaan bahan baku dari kontraktor.

Huft, capek juga menyalakan laptop sejam dengan kepala menunduk terus. Karena sudah selesai memeriksa laporan, aku mematikan laptop dan kembali memasukkannya ke dalam tas.

Dulu Kemala pernah ikut aku ke luar kota untuk urusan bisnis sekali dua kali.  Saat di mobil, dia dengan sewot mengatakan kalau memangku laptop terus menerus bisa mengurangi kesuburanku.

Tapi mau bagaimana lagi, memang terkadang ada pekerjaan yang harus diselesaikan di dalam perjalanan. Sejak itu, aku agak malas mengajak Kemala. Lagipula dia kan sibuk dengan segala pasien dan tetek bengeknya.

Tak terasa, aku menjadi mengantuk dan aku tertidur sebelum sampai ke bandara.

"Pak, bangun pak, sudah sampai di bandara," terdengar suara pak Hari membangunkanku. Aku membuka mata. Rasanya segar setelah bangun tidur.

Aku menggerakkan kepala ke kiri dan kanan, lalu menggeliatkan badan sebentar, uugh, rasanya aku sudah lama tidak berolah raga. Seluruh badanku ngilu-ngilu kebanyakan duduk dan kerja. Tidak apa-apa deh, toh demi perusahaan papa juga.

Aku segera keluar dari pintu mobil," pak, tolong bawakan koper saya ya," pintaku pada pak Hari sambil menenteng tas berisi laptopku.

"Iya Pak," sahut Pak Hari lalu mengeluarkan koper dari bagasi.

Setelah sampai di pintu masuk bandara juanda, aku meminta pak Hari memberikan koperku. Pak Hari pun pamit pulang.

Aku celingukan mencari sosok adikku Ryan, dia selalu kubawa kemanapun aku bertemu dengan klien.

Agar dia terbiasa untuk melobi, sehingga nanti kalau siap, dia akan memegang posisi asisten direktur langsung dibawahku. Bukan hanya sebagai kepala keuangan perusahaan.

Setelah bertemu Ryan, kamipun segera chek ini, dan menunggu keberangkatan pesawat.

*******

Sepertinya aku harus lebih lama di pulau Borneo karena developer yang hendak bekerja sama denganku memundurkan jadwal meetingnya.

Jadi aku dan Ryan sekarang bersantai di hotel.

Sambil menunggu waktu tidur, aku melakukan video call dengan Kemala.

"Assalamualaikum," sapa Kemala.

"Waalaikumsalam, " balasku.

"Gimana hasil test sperm*ku dan TORCH ku? apa bermasalah?" tanyaku.

"Sebaiknya nunggu kamu pulang dulu Mas, ada sesuatu yang hendak aku sampaikan langsung tentang hasil testnya, tidak enak kalau dibicarakan di telepon, " sahut Kemala.

Aku terkejut.

"Apa ada yang serius dengan hasil test ku?" tanyaku.

"Hm, nggak terlalu serius sih, cuma lebih enak kita komunikasikan langsung, Mas, makanya nunggu Mas pulang aja," jawabnya.

"Iya Kemala, tunggu aku ya, ini kliennya memundurkan jadwal meeting, jadi enggak bisa pulang cepat." Kataku.

"Ya sudah Mas, gak apa-apa, mas yang fokus ya di sana, semoga lancar dan menang tender. " sahut Kemala.

Akupun menutup sambungan telepon setelah mengamini doa Kemala dan mengucap salam.

"Cie, udah mau enam tahun masih mesra aja," Sapa Ryan yang baru keluar dari kamar mandi.

"Hahaha, apaan sih, aku biasa aja kok," sahutku.

"Kak, gimana tentang permintaan mami gendong cucu?" tanya Ryan.

"Nah, itu dia, Kemala udah periksa ke rumah sakit, hasilnya normal, giliran hasil tes sperm*ku sama hasil TORCH yang keluar hari ini dan sudah diterima oleh Kemala, " Jawabku menggantung.

"Terus?" Ryan tampak kepo.

"Kemala tidak mau memberitahukan hasilnya di telepon, dia bilang kami harus ketemu dulu membicarakan hasil test ku berdua. Aku takut ada masalah yang disembunyikannya. " Jawabku.

"Santai aja Mas, mbak Kemala kan dokter kandungan, dia pasti tahu dong usaha mendapatkan keturunan, kamu beruntung lo Mas, dapat wanita cantik, mandiri, pinter, setia kayak mbak Kemala. Aku aja iri...," ujar Ryan.

"Apa? kamu iri? ya kamu cari cewek dong, eh, tapi paling bagus kerja dulu yang bener, terus kawin," saranku.

"Iyalah, aku juga tahu, lagipula selera istriku tinggi, hehe," sahut Ryan sambil tersenyum.

"Ya sudah, ayo tidur, besok meeting pagi-pagi dan aku akan langsung pulang ke jawa," sahutku.

*****

Ba'da isya', aku dan Kemala bersantai di halaman tengah rumah. Aku yang sudah sampai di rumah sejak habis ashar, mempunyai kesempatan untuk istirahat, sehingga sekarang sudah segar dan aku siap mendengar hasil labku.

Kemala tampak cantik mengenakan daster bunga-bunga warna ungu lengan panjang dan rambut pendeknya diikat asal.

Dia membawa 3 lembar kertas di tangannya. Kami duduk di tepi kolam renang dengan menikmati secangkir teh dan roti boy yang kubeli di bandara sebagai oleh-oleh kesukaannya.

Kemala duduk di depanku dan kami berbasa basi agak lama tentang perjalananku dan tender perumahan yang sudah kumenangkan.

Lalu suasana berubah lebih serius saat Kemala mulai membacakan lembaran yang ada di tangannya.

"Hasil TORCH kita normal Mas, tapi menurut pemeriksaan hasil sperm*, mas mengalami oligosperm* sedang, jadi maksudnya adalah sperm* yang ada pada air man* yang mas keluarkan itu sedikit saat ejakulasi, sehingga menyulitkan kita untuk memperoleh keturunan,"

Tiba-tiba terdengar suara dari arah belakangku, " Apa? jadi yang mandul itu Bram?"

Aku dan Kemala menoleh serempak ke asal suara, " Mami?!"

next?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status