Share

Chapter 4

Pagi menyapa. Matahari mulai menyinari alam semeta menggantikan bulan sabit pada malam hari. Seorang gadis ayu masih bergulung nyaman didalam selimut. Semalam ia tidak bisa tidur, alhasil selepas sholat subuh ia tidur lagi. Dan tidur nyenyaknya pagi ini, mesti terganggu dengan dering ponselnya  yang tidak berhenti berdering.

For information, ponsel Dhilla yang tertinggal dikelas ternyata lebih dahulu di ambil oleh Abimanyu. Dan tentu saja Abimanyu memberikan ponselnya kembali dengan syarat dirinya harus menjadi pacar laki-laki tampan itu.

Dhilla segera turun dari ranjang, bergerak ke meja belajarnya. Meraih ponselnya, namun belum sempat mengangkatnya, panggilan itu sudah berakhir. Dengan malas Dhilla membuka w******p. Matanya  membola sempurna melihat pesan dari kontak yang tidak ia mliki sebelumnnya. ‘Boy Friend’, lengkap dengan emotikon love dibelakang nama itu.

Dhilla tersenyum. Entah, hatinya merasa senang mendapat pesan dari Abimanyu. Apa dirinya sudah jatuh dalam pesona ketampanan laki-laki  itu? Dhilla belum yakin, karena masih ada rasa kesal saat laki-laki pemaksa itu yang selalu memaksakan kehendaknya sesuka hati.

FROM: Boy Friend❤

05.44

Morning baby love.

05.45

Maaf, sebelumnya aku udh gk sopan buka ponsel kmu kemarin. Cuma buat save kontakku aja. Tapi, sedikit lancang jg sih kepoin chat kmu, buat pastiin apa kmu punya pacar ap gk. Dan ternyata kmu masih free.

06.00

Aku udh dijalan jemput kmu.

Dhilla melihat jam digital di meja belajarnya, 06.20. Matanya kembali membola, ia segera bergegas menuju kamar mandi. Gadis jelita itu menyelesaikan rutinitas mandinya dengan sangat kilat. Memakai seragam sekolah, tidak ada polesan make up dan menggerai rambut panjangnya yang bergelombang.

Setelah dikira rapi, dan tidak ada yang aneh dengan penampilanya, Dhilla segera menyambar tas gendongnya. Lalu berlari keluar kamar, menghampiri Papa dan Mamanya di meja makan.

Setelah berpamitan dengan orang tuanya, Dhilla berjalan dengan cepat keluar rumah. Ia mengabaikan panggilan orang tuanya yang ingin tahu dirinya berangkat sekolah dengan siapa. Bukanya ingin durhaka karena mengabaikan panggilan kedua orang tuanya, tapi karena Dhilla tidak ingin  laki-laki pemaksa itu sampai ke rumahnya dan bertemu dengan Papa dan Mamanya.

Sedikit tentang orang tua Dhilla, yaitu Papa Fikri dan Mama Eva. Mereka merupakan lulusan sekolah kedinasan, dimana selama pendidikan mereka di didik tegas dan disiplin. Pun, begitu saat ini. Orang tua Dhilla sangat tegas, apa lagi perihal pacaran. Papa Fikri dan Mama Eva belum mengizinkan Dhilla untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis.

 Dhilla berlari kecil keluar pintu gerbang. Ia menarik napas lega, saat tidak menemukan mobil  terparkir di halaman rumahnya. Sepertinya Abimanyu belum sampai pikirnya. Atau mungkin, laki-laki itu memang sedang mengerjainya.

Dhilla merutuki dirinya sendiri yang segera bergegas, sampai ia belum sarapan. Bodohnya dirinya yang begitu yakin, bahwa Abimanyu akan menjemputnya. Dhilla berjalan pelan keluar komplek. Namun, tidak berselang lama sebuah klakson mobil terdengar.

Tinn…tinn…tin…..

Gadis ayu itu menghentikan langkahnya, dan melihat mobil yang tidak asing berhenti didepanya. Abimanyu, keluar dari mobil. Setelan kemeja putih dan celana abu-abu nampak rapi melekat pada tubuh tegap Abimanyu. Ia tampak begitu tampan dan kece kala tersenyum menghampiri Dhilla, jangan lupakan kaca mata hitam yang semakin membuat Abimanyu keren.

“Hei, baby love.” Sapa Abi saat sudah berhadapan dengan Dhilla, “Kok nggak nunggu di rumah aja?” Tanya Abimanyu. Dhilla memang sudah berjalan agak jauh dari rumahhnya, bahkan hampir sampai pintu gerbang komplek.

Tidak langsung menjawab sapaan serta pertanyaan Abimanyu. Sepertinya Dhilla terpukau dengan paras tampan Abimanyu.

“Mmm…, Dhilla…” Panggil Abimanyu, melambai-lambaikan tangan di depan wajah Dhilla.

“Eh iya.” Jawabnya terkejut, “Seharusnya kamu nggak perlu repot-repot jemput aku.” Sambungnya dengan nada yang terkesan ketus.

Abimanyu terkekeh melihat Dhilla yang terlihat gugup, “Udah menjadi  kewajibanku sebagai pacar yang baik, buat antar jemput kamu.” Ujar Abimanyu mengacak rambut Dhilla.

Dhilla mendengus kesal,  menatap Abimanayu sengit, “Cek.., kaya sopir aja.” Decak Dhilla.

“Nggak usah natap aku seperti itu, entar nambah cita lho.” Kata Aabimanyu terkekh. Tangannya menggandeng lengan Dhilla, membukakan pintu mobil dan menyuruh Dhilla masuk ke dalam mobil.

--

Jantung Dhilla berdebar tidak karuan. Bukan karena laki-laki disampingnya, melainkan karena mobil Bugatti berwarna hitam milik Abimanyu sudah mendekati area sekolah. Dirinya  tahu saat ini tengah menjadi bahan gibahan saatu sekolahan, terlebih kaum hawa para fans Abimanyu. Mereka tidak hentinya meneror Sabrina, menanyakan hubunganya dengan Abimanyu.

Dari chat-chat Sabrina yang ia baca, banyak fans-fans Abimanyu yang heboh ingin tahu. Tepat di belokan dekat sekolah, Dhilla yang sedari tadi menatap jalanan. Kini, dengan kerendahan hati ia menghadap samping menatap laki-laki tampan yang semakin tampan ketika mengendarai mobil mewah itu, “Abi, aku turun di sini aja ya.” Kata Dhilla memohon.

Abimanyu yang mendengar permohonan gadis ayu di sampingnya, seketika mengerutkan dahi, “Kenapa? Ada masalah?” Pertanyaan yang Abimanyu membuat Dhilla menghela napas.

Jelas ada masalah, dan masalahnya adalah ia tidak ingin fans-fans Abimanyu mengeroyok dirinya. Jelas Dhilla hanya mampu bermonolog  dalam hati, tidak memberi alasan yang sesungguhnya, “Nggak ada, ko. Aku belum sarapan, dan ingin ke kantin dulu sebelum masuk kelas.” Jawab Dhilla berbohong. Tidak sepenuhnya bohong, karena memang Dhilla belum sarapan.

“Serius?” Tanya Abimanyu menyelidik.

Dhilla mengangguk cepat, “Iya lah, ngapain juga bohong.”

Raut wajah kecewa terlihat dari wajah Abimanyu, “Okay, kamu turun di gerbang ya.” Kata Aabimanyu kemudian.

“Nggak!” Tolak Dhilla, “Aku turun di sini aja.” Kekeh gadis ayu itu.

“Nggak! Kamu turun di gerbang. Nggak usah aneh-aneh.” Keputusan final Abimanyu.

Yasuhlah, Dhilla ikut apa kata Abimanyu. Dhilla yang takut ada yang melihat sampai menutup wajahnya menggunakan tas yang ada dipangkuannya. Padahal mobil seharga milyaran milik Abimanyu tidak tembus pandang kedalam.

Abimanyu yang melihat tingkah gadis ayunya hanya tersenyum geli. Kalau semisal mereka mau go public kan tidak masalah. Dan wajar bukan, kalau laki-laki dan perempuan menjalin hubungan kekasih, dan mereka juga sama-sama jomblo.

Sesampai depan gerbang, Abi memperhatikan tingkah Dhilla yang akan turun dari mobil. Tengok kanan tongok kiri, hadap depan hadap belakang udah seperti maling takut ketahuan.

Fiuhh! Ada sedikit rasa lega saat suasana sudah sepi, bahkan tidak ada siswa maupun siswi yang berada di depan gerbang. Dhilla segera turun secepat mungkin, namun segera kembali masuk lagi ke dalam mobil saat Abimanyu memanggilnya.

“Apaan?” Tanya Dhilla malas.

“Tunggu aku di kantin.” Katanya.

Dhilla tidak menjawab dan memilih cepat keluar sebelum ada siswa yang datang. Bak dikejar setan, gadis ayu itu berlari cepat menjauh dari mobil Abimanyu.

Berjalan cepat Dhilla mengabaikan bisik-bisik tentang dirinya. Sepanjang jalan menuju kelas, mata-mata iri mengikuti setiap langkahnya, membuat Dhilla tidak nyaman. Ini baru hari kedua ia berada di sekolah barunya, namun dirinya sudah dimusuhi kaum hawa di sekolah itu, dan itu semua gara-gara laki-laki gila yang memaksanya menjadi pacar.

Mungkin, hanya satu orang yang tidak akan memusuhinya. Dan orang itu adalah Sabrina, temannya dulu semasa kecil. Ah, panjang umur sekali anak itu. Baru saja Dhilla masuk ke dalam kelas, ia mendengar suara Sabrina meneriakan namanya.

Tentu saja Dhilla bahagia melihat Sabrina, ia pun segera berlari duduk dibangkunya memberikan isyarat Sabrina untuk duduk disebelahnya, “Kamu duduk sama aku, ya.” Pinta Dhilla.

“Enggak mau lah, bisa jadi remukan rempeyek aku berani duduk di kursi pangeran Abimanyu.” Tolak Sabrina langsung.

Dhilla mendengus kesal. Benar kata Sabrina, laki-laki pemaksa itu tidak mungkin begitu saja mau pindah tempat duduk. Ia masih ingat perkataan Abimanyu kemarin, yang akan mengikuti kemanapun Dhilla duduk.

“Jadi?” Tanya Sabrina menyenggol lengan Dhilla.

Dhilla bingung, ia tidak maksud dengan ‘Jadi’ yang Sabrina maksud, karena mereka tidak sedang membahas apa-apa kecuali pindah tempat duduk, “Jadi apa?” Tanya Dhilla balik bertanya.

“Jadi, apa hubungan kamu sama Abimanyu sekarang? Masih tuan putri dan pangeran pengintil?” Sabrina memperjelas maksud pertanyaannya itu.

Dhilla menghela napas panjang, menatap Sabrina yang tampak menelisik wajahnya, “Aku masih bingung.” Dhilla kembali menarik napas panjang.

“Bingung kenapa?” Tanya Sabrina. Walaupun, tidak begitu dekat dengan Abimanyu, Sabrina tahu jika laki-laki itu mencintai Fadhilla sejak dulu. Parahnya, Abimanyu seperti bucin akut dengan Fadhilla.

Kalau nggak bucin apa coba? Pangeran sekolah dengan sejuta pesona yang semua orang tahu, bahwa ia tidak pernah dekat sama wanita manapun. Padahal bisa saja dengan ketampanan dan harta, laki-laki itu tinggal pilih perempuan mana yang dikehendaki. Namun, hal itu beda sejak kedatangan Fadhilla kemarin. Abimanyu dengan terang-terangan menunjukan perhatiannnya kepada Fadhilla, hingga menggemparkan satu sekolah  terkhusus kaum hawa.

“Emm.., bingung aja.” Jawab Dhilla yang memang bingung dengan status hubungannya dengan Abimanyu.

Kini giliran Sabrina yang menarik napas panjag, ribet amat pikir Sabrina yang sudah tidak sabar menunggu jawaban Dhilla. Sabrina mengubah posisi duduknya menghadap Dhilla. Ia ingin mengintrogasi temannya itu lebih jelas, akan tetapi sesi introgasi itu harus ia tunda. Pasalnya, ia melihat Abimanyu diambang pintu melambaikan tangannya.

Laki-laki tampan itu memberi intruksi Dhilla untuk mendekat. Dan sepertinya Dhilla tidak mengetahui, karena gadis ayu itu membelakangi Abimanyu, “Dipanggil Abi tuh.” Sabrina menunjuk Abimanyu dengan dagu.

Dhilla menoleh, dan mendapati Abimanyu yang menatap dirinya seraya tersenyum. Ia bisa mendengar raungan kagum dari perempuan dikelas itu saat melihat senyum Abimanyu merekah. Namun, ia juga mendengar bisik-bisik yang menbuat telinganya panas.

Abimanyu mengambil pergelangan  tangan Dhilla, bertepatan dengan bunyi bel yang menggema disetiap penjuru sekolah. Bukanya berhenti dan kembali ke kelas, Abimanyu justru menarik Dhilla menerobos segerombol siswa-siswi yang ada dilorong untuk masuk ke kelas masing-masing.

Dan berakhirlah mereka di laboratorium Biologi yang letaknya di ujung sekolah dan jauh dari keramaian. Dhilla sedikit ngos-ngosan, karena memang Abimanyu menariknya tidak aturan.

“Abi, ini udah bel.” Kata Dhilla memberi tahu.

“Aku tahu.” Jawab Abimanyu. Tatapan laki-laki itu tajam, membuat Dhilla segera menunduk, “Aku udah bilang, tunggu aku di kantin.”

Cih! Yang benar saja. Abimanyu menyeretnya sampai ruangan paling ujung, gara-gara dirinya tidak menunggunya, “Ngapain aku nunggu kamu di kantin.” Dhilla kembali  mendongak menatap Abimanyu, “Jangan ke…..”

Belum Dhilla menyelesaikan ucapannya, Abimanyu sudah menarik tengkuk Dhilla dan mencium bibir manis itu pelan.

Tubuh Dhilla menegang kaku sudah seperti patung saat Abimanyu mulai memainkan bibirnya. Tubuhnya menghangat dengan jantung hendak meledak. Terasa gila, respon tubuhnya sangat dahsyat. Ciuman pertamanya kemarin saja tidak seekstrim itu.

Abimanyu perlahan menjauhkan wajahnya, “Hukuman karena tadi udah ninggalin aku.” Kata Abimanyu dengan tatapan yang terlihat sayu.

Dhilla menggeram kecil, karena malas menjawab dan merasakan hukuman yang diberikan Abi itu nikmat, ia lebih memilih langsung mencipok lagi saja. Dhilla melingkarkan kedua lengannya ke leher Abimanyu. Abimanyu yang mendapat lampu hijau, langsung melilitkan tangannya ke pinggang Dhilla dan mengulum bibir gadis ayu itu lembut.

“Eunghhh…”

Lenguhan seksi Dhilla menimbulkan gejolak hebat pada tubuh Abimanyu. Sebisa mungkin Abimanyu menahan gejolak itu. Karena ia masih ingat dirinya  masih di sekolah.

Bersambung…….

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status