Jam pelajaran telah usai, Dhilla bersama dengan Abimanyu keluar kelas bersama. Hari ini hari Jumat, berarti hampir satu minggu Dhilla berada di sekolah barunya. Masih sama, Dhilla selalu mendapat tatapan iri dari kaum hawa karena kedekatannya dengan Abimanyu. Hubungan mereka juga semakin dekat saja, tentu saja tidak sulit bagi mereka yang dulu memang sudah dekat.
Mereka berdua berjalan menuju parkiran, dengan Abimanyu yang tidak lepas mengenggam tangan Dhilla. Seperti hari-hari biasanya, Abimanyu membukakan pintu mobil untuk Dhilla dan mempersilakann gadis ayu itu masuk.
Kadang Dhilla heran mendapat perlakuan seperti itu dari Abimanyu. Semua tahu lah siapa Abimanyu itu, anak pengusaha dan pengusaha muda di Surabaya. Ya, orang tua Abimanyu seorang pengusaha dan Abimanyu sendiri juga mempunyai usaha yang memang dirintis sendiri oleh laki-laki berusia 18 tahun itu.
Menurut Dhilla, mudah saja bagi Abimanyu mendapatkan apapun dengan paras dan uangnya, termasuk mendapatkan perempuan untuk dijadikan kekasih. Tapi, entah lah. Saat ini Dhilla hanya perlu menikmati peran sebagi kekasih Abimanyu, kerena ia yakin hubungannya tidak akan bertahan lama. Abimanyu akan bosan dan meninggalkannya sebentar lagi. Bukankah sebagian laki-laki begitu, cepat bosan.
“Mau kemana?” Tanya Dhilla saat menyadari mobil yang dikemudikan Abimanyu melaju kearah berbeda dengan arah rumahnya.
Abimanyu yang masih fokus mengemudikan mobil pun tersenyum, melirik gadisnya yang terlihat mengerutkan dahi, “Ke apartemenku.” Jawab Abimanyu santai.
“Ngapain, Bi?” Tanya Dhilla kaget.
“Sebagai pacar, kamu harus tahu aku tinggal dimana. Dan, tahu kegiatan sehari-hariku juga.” Jawab Abimanyu tanpa menatap Dhilla, dan lebih memilih fokus pada jalanan dihadapannya.
“Nggak mau ah, Bi.” Tolak Dhilla, “Aku langsung pulang aja.” Sabungnya.
Abimanyu menatap Dhilla dengan kening berkerut, “Kenapa?”
Sejenak Dhilla diam, karena jujur ia tidak mempunya alasan yang tepat untuk menolak, “Y-ya nggak mau aja sih.” Jawabnya tanpa alasan.
Seolah bisa membaca pikiran Dhilla, tangan kiri Abimanyu menggenggam tangan Dhilla yang terasa dingin, “Nggak ada siapa-siapa di apartemen, aku tinggal sendiri.” Terang Abimanyu.
Dhilla menggeleng, dengan tangan yang meremas tangan Abimanyu, “Nggak gitu, Bi.” Ujarnya kemudian.
“Udah, nggak ada nolak-nolakan ya Sayang.” Kata Abimanyu tegas yang membaut Dhilla memilih diam.
Setelah berkendara selama 20 menit, mobil yang dikendarai oleh Abimanyu sampai di apartemen. Memarkirkan mobil, lalu mengajak Dhilla menuju lantai 20 dimana unit apartemennya berada.
Dhilla tertegun setelah masuk ke dalam unit itu. Menurutnya unit berlantai dua itu sedikit berlebihan untuk Abimanyu yang notabennya masih bocah SMA, “Kamu tinggal sendiri?” Tanya Dhilla penasaran.
Tak! Tak! Tak! Tak!
Sebelum Abimanyu menjawab, terdengar suara langkah kaki mendekat. Dhilla menatap Abimanyu, ia ingat betul saat di mobil tadi. Bukankah, Abimanyu bilang tidak ada siapapun dirumahnya.
Derap langkah itu semakin mendekat, jantung Dhilla juga semakin kencang berdegup. Tidak lama kemudian muncul wanita cantik mengenakan pakaian formal, dengan flat shoes menghiasi kakinya. Wanita itu membungkuk sopan, menyambut mereka.
“Saya sudah siapkan makan siang, Tuan.” Kata wanita yang kini masih menunduk hormat, “Saya akan pergi ke rumah sakit sekarang.” Sambung wanita itu.
“Baik, jika ada apa-apa langsung hubungi saya.” Jawab Abimanyu dengan nada tegas.
Sepeninggalan wanita itu, Abimanyu menatap Dhilla lalu tersenyum. Menuntun Dhilla untuk menaiki tangga, “Siapa tadi?” Tanya Dhilla penasaran.
“Namanya April, pelayan apartemenku.” Terang Abimanyu yang tidak lepas menggandeng tangan Dhilla.
Abimanyu membawa Dhilla ke kamarnya. Kamar yang sangat luas, dindingnya didominasi oleh warna abu-abu dan putih. Dengan ranjang yang sangat besar. Ada sebesit pikiran buruk Dhilla mengenai Abimanyu. Dhilla berpikir, jika Abimanyu tidak tidur sendiri diranjang sebesar itu.
“Aku mandi dulu ya.” Kata Abimanyu yang baru saja meletakkan tasnya di meja belajar. Dhilla mengangguk, lalu berjalan menuju sofa dan duduk disana.
Sepeninggalan Abimanyu, Dhilla memutuskan untuk melihat sebuah ruangan yang ada dikamar Abimanyu. Lancang mungin, tapi Dhilla sangat penasaran dengan isi ruangan itu.
Setelah membuka pintu, Dhilla kembali tercengang dengan isi ruangan itu. Ada sebuah meja kerja dilengkapi computer dan berkas-berkas menumpuk. Ada beberapa rak buku menjulang tinggi dengan buku-buku yang tertata rapi disana.
Setelah puas melihat-lihat isi ruangan itu, Dhilla menghampiri rak buku. Ia melihat-lihat buku-buku yang ada di rak, semua buku ditata bedasarkan jenis buku. Lusinan komik, novel, dan buku pengetahuan tertata sangat rapi.
Dhilla tertarik dengan sebuah buku yang ada di rak paling atas. Karena kesusahan, ia berinisiatif mengambil kursi sebagai tumpuan. Ia berdiri di atas kursi kayu, mencoba mengambil buku dari rak itu. Sambil berjinjit Dhilla akhirnya mendapatkan buku itu, ia hampir terjath saat kursi yang dijadikan tumpuan melesat.
Beruntung Abimanyu menghampirinya dan menggendong gadis ayunya sebelum jatuh ke lantai, lalu mendudukan Dhilla di meja kerjanya.
“Kamu mengagetkanku.” Ucap Dhilla sembari memeluk buku yang berhasil diambilnya dari rak.
Dhilla segera menurunkan rok pramukanya yang tersingkap, menutupi paha mulusnya yang terekspos. Abimanyu tesenyum senang melihat itu, masum memang. Tapi, begitulah ia tidak naif bahwa paha itu sangat mulus.
“Kamu bisa jatuh, sayang.” Kata Abimanyu dengan manis.
“Maaf, aku lancang udah berani masuk ruang kerja kamu.” Ucap Dhilla, ia merasa tidak enak. Karena bagaimanapun itu adalah ruang pribadi Abimanyu.
Abimanyu menggeleng menatap Dhilla, “Anggap saja apartemen ini milikmu. Dan, kamu bebas melakukan apa saja di sini.” Tangan kanan Abimanyu terangkat menyelipkan anak rambut ke telinga Dhilla, “Password apartemen ini, tanggal lahir kamu.” Kata Abimanyu.
Dhilla tidak membalas ucapan Abimanyu. Tiba-tiba saja ia merasa gugup, menyadari Abimanyu bertelanjang dada. Abimanyu hanya melilitkan handuk dipinggangnya. Bulir-bulir air masih terlihat mengalir ditubuh Abimanyu. Dinginnya kulit tubuh Abimanyu terasa di kulit tangan Dhilla, saat tidak sengaja tangannya menyenggol perut sixpack itu. Ada gelayar aneh yang menjalar pada tubuhnya, dan ini membuat Dhilla semakin berdebar.
Kepala Dhilla terangkat menatap Abimanyu. Dan saat itu juga, bertepatan dengan Abimanyu yang menunduk. Meskipun posisi Dhilla duduk di meja, tetap saja posisi Abimanyu lebih tinggi dari Dhilla, “Kamu harus ingat.” Abimanyu melihat bibir Dhilla yang memang merah alami, “Dari dulu, sekarang dan mungkin nanti cintaku hanya untuk Fadhilla Karimah seorang.”
Laki-laki itu memangut bibir Dhilla, berhenti sejenak melihat tidak adanya perlawanan dari gadis ayu itu. Abimanyu menyentuh rahang Dhilla lembut memperdalam ciumannya. Lembut berpadu dengan dinginnya tangan Abimanyu membuat Dhilla semakin terebuai dengan ciuman itu.
Dhilla hanya diam, lalu satu tangannya meremas lengan dingin dan halus milik Abimanyu dan memejamkan matanya. Gadis itu memekik saat Abimanyu menggigit bibirnya hingga lidah itu menelusup dan menyesap bahkan memilin lidahnya.
Gelayar aneh kembali Dhilla rasakan ketika ciuman Abimanyu turun ke leher jenjang dan putihnya. Hidung lelaki itu menggodanya dengan gerakan naik turun. Bibir yang terasa hangat dan kenyal itu mengulum kulit leher Dhilla hingga membuatnya mengerang.
“Enghh, Abi.” Erangan seksi mengalun merdu ditelinga Abimanyu.
“Kamu suka?” Pertanyaan memalukan itu membuat wajah Dhilla semakin merona.
Tangan Abimanyu menelusup ke balik rok Dhilla yang tersingkap, menyentuh pusat dirinya. Dhilla terkejut, tapi Abimanyu lebih dulu membungkam mulutnya dengan ciuman. Tangan Abimanyu didalam sana mengusapnya dengan lembut. Dhilla yang baru pertama merasakan rasa aneh itu tidak kuasa menahan erangan, membuat Abimanyu merasa senang.
“Aku tahu kamu menyukainya, sayang.” Goda Abimanyu tidak kuasa menahan senyum.
“A-Abi…” Napas Dhilla terengah. Gadis ayu itu merapatkan kedua pahanya. Membuat tangan Abimanyu semakin panas bermain di dalam sana.
Pandangan laki-laki tampan itu berkabut. Mendengar erangan-erangan Dhilla, semakin membuat Abimanyu menginginkan Dhilla yang saat ini sudah menyandarkan kepalanya di dada bidang Abimanyu.
Saat tangan Abimanyu semakin panas bermain di dalam sana. Tiba-tiba saja ponsel Abimanyu diluar ruang kerjanya itu berdering dengan nyaring dan tentu saja membuat aktifitas panas mereka terganggu, terutama Abimanyu yang tidak kuasa mengumpat, “Shitt…” Umpat Abimanyu, yang langsung menarik tangannya dari dalam rok Dhilla.
Bersambung…..
Mereka, Abimanyu dan Dhilla sedang dalam perjalanan ke rumah Dhilla sekarang. Abimanyu harus ke perusahaan orang tuanya, untuk menyelesaikan sesuatu. Laki-laki tampan itu, sungguh ingin sekali merajut mulut sekretarisnya, lebih tepatnya sekretaris Papanya yang tidak tahu malu mengganggu kegiatannya dengan Fadhilla.Suasana di dalam mobil hening. Abimanyu yang kesal dengan sekretaris papanya dan juga Dhilla yang dirundung malu karena kejadian tadi. Ditambah saat ini, ia memilih menghindari bertatapan dengan Abimanyu.Saat ini, Dhilla menemukan sisi lain Abimanyu yang membuat mata dan hatinya tidak tahan menatap laki-laki itu. Kemeja putih yang dilipat sampai lengan dipadukan dengan celana slimfit bahan, membuat sosok Abimanyu semakin tampan dan berkharisma. Usianya yang baru 18 tahun, tertepis sudah oleh penampilan Abimanyu saat ini.Abimanyu berdehem, memecah kesunyian yang merengkuh keduanya, “Kamu mau ikut aku ke kantor?” tawar Abimanyu
Dhilla membuka matanya, mengerjapkan beberapa kali untuk menyesuaikan dengan silau cahaya matahari yang sudah memenuhi kamarnya. Cahaya matahari, dengan bebasnya menerobos tirai putih yang menghiasi jendela kamar.Drrrtt…. Drrrtt…. Drrrtt……Getaran beriringan dengan nada panggilan ponsel terus berbunyi membuat Dhilla membuka sempurna matanya. Dengan mata yang terasa perih dan sedikit berair, ia bangun untuk mencari sumber suara yang Dhilla kenali sebagai nada dering ponselnya saat menerima panggilan masuk.Sebuah beban yang menindih perutnya membuat Dhilla sedikit kesusahan untuk bangun. Matanya membola sempurna dan nyaris lepas dari tempatnya saat melihat tangan kekar yang bertengger disana. Ia nyaris berteriak, jika tidak melihat siapa pemilik tangan kekar itu.Abimanyu? Ada sedikit rasa bingung saat ia bisa satu ranjang dengan laki-laki tampan kekasihnya. Mengingat sebelumnya dirinya yang berada di sofa dengan
Abimanyu terpukau dengan penampilan Dhilla yang jauh berbeda dengan hari biasanya. Abimanyu yang saat ini sedang duduk di sofa ruang keluarga di rumah Dhilla, tidak sedikitpun pandangannya berpaling dari sosok gadis ayu yang baru saja keluar dari kamarnya.Dhilla memakai rok warna hitam sedikit di atas lutut. Jaket levis lengan panjang warna biru, dengan di dalamnya memakai tank top warna hitam. Rambutnya digerai, dan kaki jenjangnya dihiasi flat shoes warna putih.“Dia cantik.” Batin Abimanyu yang berdiri menyambut kedatangan Fadhilla.Tidak menunggu lama, Abimanyu mengajak Dhilla ke rumah sakit untuk melihat keadaan seseorang yang sudah bertahun-tahun belum juga membuka matanya. Seseorang yang menjadikan Abimanyu untuk menjadi orang hebat meski usianya baru 18 tahun, dimana seharusnya dirinya menikmati masa remaja yang tidak pernah terulang.Mobil Bugatti yang dikendarai Abimanyu tiba di rumah sakit setelah me
WARNING!!! Damage, dibutuhkan iman yang kuat buat baca bab ini. Dan juga selalu bijak dalam memilih bacaan.----------Dhilla keluar kamar mandi dan melihat Abimanyu sedang memainkan ponselnya sembari bersandar di ranjang. Laki-laki tampan itu mengangkat kepalanya ketika mendengar pintu kamar mandi dibuka. Abimanyu tidak mampu berkedip saat melihat Dhilla keluar dari sana. Dhilla yang melihat itu sontak menutupi dadanya dan memutar tubuhnya membelakangi Abimanyu.Abimanyu meletakkan ponselnya ke meja, lalu melangkah menuju kearah Dhilla yang masih membelakanginya. Saat Dhilla sudah dihadapannya, mata Abimanyu bergerak pelan memperhatikan tubuh gadis ayu itu dari belakang dan ia melangkah lebih dekat dan tangannya bergerak memeluk pinggang ramping milik Dhilla.Dhilla tersentak saat merasakan tangan kekar yang memeluk pinggangnya. Ia yang hendak memutar tubuhnya langsung ditahan oleh Abimanyu, “Ka
WARNING 18++Dhilla membuka matanya, matanya mengerjab beberapa kali untuk menyesuaikan retinanya dengan cahaya ruangan. Sepertinya hari sudah siang, terlihat cahaya matahari yang menembus kaca jendela dihadapan Dhilla.Gadis ayu itu meregangkan ototnya yang terasa lelah. Matanya perlahan mengamati sekeliling. Di tengah silaunya cahaya matahari, Dhilla tidak melihat siapapun, dan kamar itu terlihat asing diingatannya, “Aku dimana?” Gumam Dhilla lirih.Merasakan tubuhnya yang terasa remuk, Dhilla memilih kembali meringkukan tubuhnya dan bergulung didalam selimut tebal nan halus berwarna putih itu. Otak dan nyawa yang belum sepenuhnya tersadar membuat Dhilla sedikit kesusahan mengingat kejadian semalam.“Abimanyu. Semalamkan aku pulang ke apartemant Abi.” Batin Dhilla yang mendadak panik. Ia langsung tersentak bangun, menyibak selimut yang menutupi tubuhnya.Telanjang bulat. Mata D
Malu? Sangat malu, begitulah yang dirasakan Dhilla saat ini. Bagaimana tidak malu, jika saat dalam keadaan sepenuhnya telanjang berada dalam gendongan laki-laki. Dan yang hanya bisa Dhilla lakukan adalah menunduk, menghindari Abimanyu yang tidak lepas menatapnya.Abimanyu membuka pintu kaca dengan kakinya, membawa masuk Dhilla ke kamar mandi. Dhilla takjub dengan isi kamar mandi itu, begitu mewah. 1:12 jika dibandingkan dengan isi kamar mandi ditempat tinggalnya, 1 untuk kamar mandi ditempat tinggalnya dan 12 untuk kamar mandi Abimanyu. Terdapat wastafel dengan bentuk yang tidak biasa, toilet duduk, pancuran dengan dinding kaca, dan bathup berwarna putih berukuran besar.Abimanyu membawa Dhilla menuju bathup yang sudah diisi air penuh busa dipermukaannya, terlihat begitu menggoda untuk berendam disana. Dengan hati-hati Abimanyu mulai menurunkan tubuh Dhilla. Rasanya sangat hangat, membuat siapa saja ingin menenggelamkan tubuhnya, tidak terkecual
Dhilla dan Abimanyu masuk ke dalam ruang komputer bersama. Suasana ruang komputer kali ini memang sedikit sepi, karena latihan ujian berbasis komputer dibagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama pagi, sesi kedua siang, dan sesi ketiga sore hari. Dhilla mengikuti latihan ujian disesi terakhir, yang dimulai dari pukul 14.00 sampai pukul 16.00. Sedangkan Sabrina, sahabatnya itu mengikuti sesi ujian disesi kedua.Dhilla tetap saja duduk berada di kursi pojok belakang, karena memang nomor urut kelasnya terakhir. Sedangkan Abimanyu? Laki-laki itu sepertinya sudah memakai kekuasaannya untuk menempati tempat duduk di sampingnya Dhilla. Padahal, nomor absen Abimanyu ada di deretan atas dan seharusnya laki-laki itu mengikuti latihan ujian berbasis komputer disesi pertama.Tidak lama kemudian bel tanda ujian akan segera dimulai berbunyi, dan semua siswa siswi mulai sibuk menyiapkan perlengkapan ujian. Tidak terkecuali Dhilla, setelah semua keperluan ujian sud
“Apa maksudnya, Tha?” Tanya Dhilla kaget. Tidak menyangka teman Abimanyu akan berbuat kasar dengannya.Dhilla rasa tidak punya masalah dengan teman Abimanyu itu, mengingat baru saja adalah pertemuan pertamanya dengan perempuan itu. Dan yang membuat Dhilla sangat kaget adalah, sikap Lytha. Tadi perempuan itu begitu baik dan menghargainya, tapi sekarang sikapnya berubah 1800.“Kamu nggak usah pura-pura bego, ah iya kamu memang bego beneran.” Ucap Lytha menatap tajam Dhilla.Dua teman Lytha langsung memegangi tangan Dhilla, entah apa yang akan mereka lakukan padanya, “Apa sih, lepasin.” Dhilla mencoba memberontak, namun ia kalah kekuatan dengan dua siswi yang memegangi tangannya.“Dia minta dilepasin, Tha.” Tanya satu teman Lyta bernama Irma. Lytha hanya tersenyum kecut mendengarnya.Dengan nada mengancam, Lytha membuat Dhilla sedikit takut, “Aku peringatkan, putusin