Ki Naga Baruna hendak memasak untuk ke tujuh muridnya ia masuk ke dalam lumbung persediaan makan Ki Naga Baruna melihat persediaan makanan di padepokan sudah sangat menipis. Hanya cukup untuk beberapa hari lagi. Ki Naga Baruna menyuruh ke tujuh murid untuk berburu dan mencari buah buahan untuk persediaan makanan. Sebelum mereka berangkat Ki Naga Baruna berpesan kepada murid muridnya karena akhir-akhir ini terdengar kabar bahwa ada seekor harimau yang suka memangsa manusia.
Saat hendak memasuki hutan Aryo Guntur menyuruh Satrio Wirang untuk tinggal dan mencari kayu bakar di tepian hutan.
" Kamu disini saja! , biar Kami berenam yang masuk ke dalam hutan , Bahaya di dalam hutan, Kami tidak mau dimarahi guru jika terjadi apa denganmu " ucap Aryo Guntur kepada Satrio Wirang.
"Baik Aku akan tetap disini , Kalian hati-hati " ucap Satrio Wirang.
" Bagus lah kalu kau mengerti " Aryo Guntur masuk ke dalam hutan bersama 5 murid lainnya.
Satrio Wirang asyik mengumpulkan kayu bakar di pinggir hutan , namun dia mulai bosan karena kayu bakar yang dia kumpulkan tidak kunjung terkumpul. Dia sudah mencari kayu bakar ke sana kemari tapi hanya sedikit kayu bakar yang dia dapatkan. Saat sudah putus asa Satrio Wirang mengumpulkan kayu bakar dia melihat sebuah pohon kering dengan banyak ranting di dalam hutan. Tanpa pikir panjang ia kemudian mengambil goloknya dan menghampiri pohon kering di dalam hutan.
Satrio Wirang dengan semangatnya mengumpulkan kayu bakar dari pohon kering di dalam hutan. Dia begitu senang mendapatkan banyak kayu bakar dan dia bisa bergegas pulang ke padepokan. Ketika Satrio Wirang sedang mengikat kayu bakar ia mendengar geraman harimau di belakangnya. Benar saja saat Satrio Wirang menoleh ke belakang sudah ada seekor harimau yang telah menatapnya dengan tajam. Satrio Wirang mengambil goloknya berdiri perlahan mencoba mengusir harimau dengan goloknya ,namun harimau itu tetap saja tidak mau pergi. Satrio Wirang yang ketakutan berlari sekaut tenaga tapi harimau itu dengan cepat mampu mengejarnya ketika sudah dekat harimau melompat menerkam Satrio Wirang dari belakang. Betapa beruntungnya Satrio Wirang karna mampu menghindari dari terkaman harimau yang sangat cepat. Kini sudah tidak ada lagi jalan lain kecuali bertarung dengan harimau. Dia sadar lari dari harimau sanggatlah cepat dan mustahil bisa lolos darinya.
Satrio Wirang memasang kuda kudanya bersiap menghadapi harimau depannya. Satrio Wirang memainkan goloknya dan dengan kedua matanya dia menatap tajam kepada sang harimau. Ini adalah pertarungan hidup dan matinya. Harimau berjalan perlahan mengelilingi Satrio Wirang kemudian dengan tiba-tiba harimau meloncat menerkam Satrio Wirang. Satrio Wirang dengan cepat menghindari terkaman harimau itu mesti sudah menghindar bahu tetap tercakar oleh harimau. Sehingga bahunya terluka bekas cakaran yang cukup dalam yang mebuat bahunya mulai mengeluarkan darah. Satrio Wirang kembali memasang kuda kudanya bersiap menghadapi serangan lain dari harimau. Saat dalam kondisi genting itu Satrio Wirang teringat nasihat gurunya bahwa orang yang paling tenanglah yang akan memenangkan pertempuran. Satrio Wirang langsung menutup matanya mencoba memfokuskan pikirannya ketika harimau itu hendak menerkamnya lagi Satrio Wirang membuka matanya dan memotong kepala harimau. Harimau itu mati terkapar terpisah dari kepalanya. Sayangnya harimau itu juga berhasil mencakar dada Satrio Wirang hingga Satrio Wirang terluka parah kemudian pingsan karena kehabisan darah.
Satrio Wirang mulai tersadar dari pingsannya. Perlahan dia membuka matanya. Dia mendapati dirinya yang sudah berada di kamarnya. Dia mengingat pertarungan dengan sang harimau setelah usai mengalahkan harimau ia sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi. Satrio Wirang memeriksa lukanya namun luka yang dia sudah sembuh dan hilang tanpa bekas sama sekali. Ki Naga Baruna menghampiri Satrio Wirang dengan membawa segelas air putih dan juga makanan. Ki Naga Baruna menyuruh Satrio Wirang untuk minum air putih terlebih dahulu agar dia bisa lebih tenang. Karena ketakutannya saat bertarung melawan harimau masih terlihat di wajahnya.
“ Bagaimana keadaanmu saat ini?” tanya Ki Naga Baruna
“Saya baik-baik saja Guru , sebenarnya apa yang terjadi pada Saya? “ Satrio Wirang bertanya pada Guru
Ki Naga Baruna kemudian menceritakan apa yang terjadi setelah Satrio Wirang tidak sadarkan diri. Saat keenam saudara sepergurunya telah selesai berburu dan mengumpulkan buah-buahan mereka segara bergegas untuk keluar dari hutan. Tapi saat perjalanan pulang mereka menemukan Satrio Wirang yang sudah tidak sadarkan diri dengan luka yang cukup parah. Selain itu, di samping Satrio Wirang yang pingsan mereka juga melihat bangkai harimau yang sudah terpisah kepala dan badannya. Satrio Wirang yang teluka cukup dalam membuat pendarahannya tidak terhenti. Melihat semua itu Alikusuma langsung menggunakan tenaga dalamnya untuk menghentikan pendarahan dari luka Satrio Wirang karena jika terus di biarkan Satrio Wirang bisa mati kehabisan darah. mereka segara membawa Satrio Wirang ke padepokan.
Sampai di padepokan mereka langsung menidurkan Satrio Wirang di sebuah ranjang. Ki Naga Baruna yang melihat muridnya tidak sadarkan diri dan menderita luka cakaran harimau yang sangat parah berusaha menyembuhkan Satrio Wirang dengan tenaga dalam namun tetap saja tidak mampu menyembuhkan luka di dada Satrio Wirang. Kemudian dengan terpaksa Ki Naga Baruna menggunakan Pusaka Tongkat Naga Putih.Pusaka Tongkat Naga Putih dengan sangat luar biasa mengeluarkan cahayanya dan seketika mampu menyembuhkan luka di tubuh Satrio Wirang hilang tanpa berbekas sedikit pun. Setelah mendengar cerita gurunya dia kini tahu kesaktian 7 Pusaka Naga memang sangat luar biasa dan sangat berbahaya jika sampai 7 Pusaka Naga jatuh ke tangan orang yang salah.
Setelah berhari hari berbaring diranjangnya Satrio Wirang pergi keluar dari kamarnya. Di halaman padepokan dia melihat keenam saudara seperguruannya sedang berlatih Ilmu Kanuragan dengan sangat keras. Saat sedang duduk santai Satrio Wirang di cari oleh seorang penduduk. Satrio Wirang menemui penduduk itu dan ternyata dia adalah seorang Kepala Desa yang ingin berterima kasih kepada Satrio Wirang karena telah membunuh harimau yang suka memangsa para warga. Kepala Desa itu memberikan sejumlah koin emas sebagai tanda terima kasih pada Satrio Wirang ,namun Satrio Wirang menolak semua itu karna dia memang merasa tidak membutuhkan koin emas tadi. Dia tidak menyangka bahwa kabar tentang dirinya yang telah mengalahkan harimau sudah tersebar dimana-mana bahkan orang-orang menjulukinya si pemburu harimau.
Keberhasilan Satrio Wirang membunuh harimau membuat Ki Naga Baruna menyadari potensi besar di muridnya ini. Ki Naga Baruna kini sadar bukan Satrio Wirang yang lemah tapi hanya saja Satrio Wirang yang memang malas untuk berlatih ilmu kanuragan , karena sejak dia melatih 7 muridnya dia tahun Satrio Wirang memang tidak tertarik dengan ilmu kanuragan apalagi untuk menjadi pendekar hebat. Satrio Wirang lebih suka membuat senjata-senjata aneh. Sudah banyak sekali senjata dengan model yang aneh telah dia buat. Dia bercita-cita menjadi pandai besi hebat yang mampu membuat senjata puska hebat yang mampu di kenang oleh semua orang
Hari itu cuacanya sangat panas matahari bersinar sangat terang. Aryo Guntur dan ke lima murid lain sedang berlatih di halaman padepokan dengan tubuh mereka yang sudah dipenuhi dengan keringat. Satrio Wirang tidak ikut latihan hari itu karena dia sedang mendapatkan pelatihan khusus dari gurunya. Diaa adalah satu-satunya murid Ki Naga Baruna yang belum bisa mengeluarkan tenaga dalamnya. Maka dari itu Ki Naga Baruna memutuskan untuk memberikan latihan khusus kepada Satrio Wirang agar dia mampu mengeluarkan ilmu tenaga dalamnya.Aryo Guntur dan kelima murid lain yang sedang menikmati istirahat mereka. Dari jauh Aryo Guntur dan yang lainnya melihat seorang kakek dengan pakaian dari kulit harimau berjalan menghampiri padepokan mereka. Sesampainya di depan padepokan Kekek Tua itu berteriak" Naga Baruna keluar kau , aku ingin membuat perhitungan denganmu " hardik Kakek Tua.Mendengar hal itu Aryo Guntur dan lainya menghampiri kakek tua itu."Heh , Bocah In
Dikamar itu Satrio Wirang sedang duduk menemani gurunya yang berbaring karena luka dari pertempurannya melawan Kakek Pendekar harimau , luka itu ternyata bukan luka biasa yang bisa disembuhkan dengan tenaga dalam atau obat-obatan biasa ,sudah tiga hari Ki Naga Baruna hanya bisa berbaring di ranjangnya ,kondisinya kian hari kian memburuk, berbagai cara telah di lakukan dan sudah banyak tabib yang bergantian datang namun masih tidak membawakan hasil apa pun.Satrio Wirang begitu mengkhawatirkan kondisi gurunya , dia duduk melamun sendiri di bawah pohon besar yang terletak di halaman padepokan sambil memikirkan cara agar gurunya cepat sembuh , Aryo Guntur yang melihat Satrio Wirang yang sendirian dia datang menghampirinya dan duduk di sampingnya"Apa yang sedang Kau pikirkan?, Wirang " tanya Aryo Guntur."Aku hanya sedang ke pikiran dengan kondisi saat ini " jawab Satrio Wirang." Untuk soal itu Kamu tidak usah khawatir , Aku sudah menemukan caranya "
Demi membalaskan dendamnya Satrio Wirang berlatih sangat keras. Mulai dari terbit matahari sampai matahari terbenam. Berbagai latihan keras di jalani agar menambah kesaktian ilmu kanuragganya. Dia mulai mempelajari kitab naga milik gurunya. Meski sudah sebulan lebih Satrio Wirang berlatih dengan sangat keras namun semua latihannya terasa percuma karena sampai saat ini dia masih belum mampu mengeluarkan kemampuan tenaga dalamnya. Dia mulai merasa putus asa karena tanpa kesaktian ilmu tenaga dalam dia tidak mungkin bisa mengalahkan saudara seperguruannya. Apa lagi sekarang kesaktian mereka akan meningkat dengan pusaka naga di tangan mereka. Mustahil mengalahkan mereka hanya dengan jurus-jurus beladirinya saja.Satrio Wirang yang putus asa datang ke makam gurunya. Dia mulai menangis meminta maaf karena dirinya yang tidak berdaya. Di saat Satrio Wirang melihat batu nisan milik gurunya dia melihat sepotong kulit harimau yang tergantung di nisan gurunya,Kulit harimau itu mengingatk
Wanita itu tersadar dalam sebuah kamar .dia memperhatikan kondisi sekitarnya. Di dalam ruangan itu hanya ada ranjang kecil dan sebuah meja kayu disampinyanya, Dia mencari pedangnya namun di tidak menemukannya. Dia mulai panik ketika mendengar suara langkah kaki yang perlahan mendekat. Dia lalu mengambil sebuah tusuk konde miliknya untuk sebuah senjata. Suara langkah kaki itu terdengar kian semakin mendekat. Wanita itu mencoba bersembunyi di balik pintu. Di saat pintu itu di buka wanita itu langsung menyergapnya dan menodongkan tusuk kondenya ke leher orang yang membuka pintu tadi. Dan ternyata itu adalah Satrio Wirang yang membawa buah-buhan dan segelas air putih ."Siapa kau ?" tanya wanita itu."Aku Satrio Wirang ,Nona" jawab Satrio Wirang."Satrio Wirang , kebetulan sekali aku bisa membalaskan dendamku sekarang" ucap Wanita itu."Memangnya apa salah saya ?, apa kita saling kenal" tanya Satrio Wirang."Kau telah membunuh kakekku !, ak
Pagi itu ayam baru saja berkokok. Suasana di luar masih sangat gelap. Mentari masih nyenyak dalam tidurnya dan embun pagi masih begitu lengket memeluk dedaunan. Embun pagi masih begitu pekat hingga tidak ada mata yang mampu menembusnya. Tapi berbeda dengan padepokan yang sudah terang dengan obor. Satrio Wirang dan Arum Sari sedang wara-wiri menyiapkan barang-barang untuk perjalanan mereka. Mereka sengaja berangkat pagi-pagi buta agar sebelum senja mereka sudah sampai ke desa terdekat. Padepokan Ki Naga Baruna memang terletak di desa terpencil yang hanya di tempati oleh beberapa penduduk saja. Untuk bepergian mereka harus menempuh jarak satu hari perjalanan dengan jalan kaki. Untuk bekal mereka Satrio Wirang mengambil sekantong keping emas simpanan guru yang selama ini tidak dia gunakan. Ternyata di padepokan terdapat banyak sekali kepingan emas yang di simpan dalam sebuah peti di ruang pusaka. Arum Sari juga hanya bisa melongo karena melihat kepingan emas sebanyak itu. Matah
Siang itu matahari terasa sangat panas hingga mampu membakar kulit. Satrio Wirang dan Arum Sari tengah menaiki kudanya. Dari kejauhan Maung Ireng memantau mereka berdua. Dia sudah bersiap membidik mereka dengan anak panahnya. Ketika sudah merasa tepat mengarahkan panahnya pada Satrio Wirang dia langsung melepaskan anak panahnya. Namun Satrio Wirang yang sadar akan adanya bahaya langsung menembakkan senjata jarum beracunnya. Kedua senjata itu pun berbenturan dan jatuh ketanah. Karena percobaan pembunuhannya gagal Maung Ireng langsung pergi meninggalkan tempat itu. Sedangkan Satrio Wirang dan Arum Sari mencari siapa yang telah melesatkan anak panah ke arah mereka. Merasa ada yang tengah mengincar mereka berdua Satrio Wirang meminta Arum Sari agar lebih waspada.Di hari berikutnya Maung Ireng mencoba memasang jebakan di jalan yang akan dilewati oleh Satrio Wirang dan Arum Sari. Dia membuat lubang yang penuh dengan bambu runcing di dalamnya dan dia menutupnya dengan daun-daunan k
Desa dadakan adalah desa yang terkena wabah penyakit kulit yang sangat cepat menular. Demi menyebarnya wabah itu maka jika ada warganya yang terkena pergi dari desa itu makan dia akan langsung di bunuh.Satrio Wirang dan Arum Sari begitu miris melihat desa itu yang di penuhi oleh banyak sekali penduduk yang terkena wabah itu. Kondisi fisik warganya begitu kurus karena memang tidak ada orang yang datang ke desa itu hingga tidak ada lagi jual beli di desa itu.Satrio Wirang yang sedang keliling desa melihat seorang anak kecil tertidur di tanah. badan anak itu penuh bintik merah yang sangat menjijikkan. Dengan tatapan memelas dia memandang pada Satrio Wirang. Dengan suara yang sangat lirih dia bilang lapar. Satrio Wirang yang tidak tega menghampiri anak itu. Dia mengeluarkan sebuah buah pisang yang dia simpan sebagai bekalnya dan memberikannya pada anak itu. Dengan cepat anak itu langsung mengambil pisang itu. Dari cara makan anak itu yang begitu lahapnya menunjukkan bahw
Sekelompok pasukan kerajaan tiba di Desa Dadakan. Mereka semua bersenjata lengkap dengan seragam kerajaan berwarna merah yang menunjukkan bahwa mereka adalah prajurit Kerajaan Salakanegara. Para prajurit itu adalah bawahan dari Aryo Guntur yang juga datang ke desa itu. Sesampainya di desa itu Aryo Guntur langsung menyuruh prajuritnya untuk mengumpulkan semua orang di desa itu. Sedangkan dirinya pergi ke tempat Alikusuma. Alikusuma begitu terkejut melihat kedatangan Aryo Guntur. Namun Aryo Guntur bersikap manis dan langsung memeluk Alikusuma. Alikusuma mempersilahkan Aryo Guntur masuk ke dalam rumahnya dan mempersilahkannya duduk di sebuah kursi kayu."Apa kabar Saudaraku?" tanya Aryo Guntur."Aku baik-baik saja, Kau tidak perlu khawatir." jawab Alikusuma."Syukurlah kalo begitu, sepertinya kau sangat nyaman tinggal di desa ini" ledek Aryo Guntur."Ya, Seperti yang kau lihat" ucap Alikusuma."Sebenarnya kedatanganku kemari karena Aku ada satu