Darran berdiri kemudian melihat jam di tangannya.
'' Aku ada sidang, titip kantor yah selama Papa tidak ada,'' ucap Darren kemudian masuk ke ruangannya, beberapa detik kemudian Darren keluar ruangan itu dengan tas di tangan.
Di dalam Lift, Darren kembali bertemu dengan Adinara. Mereka saling diam, tapi sekali lagi kejahilan Darren membuat suasan di dalam Lift itu kembali memanas.
'' Kenapa tadi tidak jadi makan di rumah makan, bu Mar?'' tanya Darren sambil melirik Adinara yang berdiri di sampingnya. '' Oh saya tau, kamu cemburu yah saat kamu melihat saya jalan sama Dokter Clara? Adinara- Adinara, kamu kalau cemburu jangan terlalu di perlihatkan.''
Adinara terdiam, menarik napas, Adinara lebih memilih mendengarkan musik lewat handphonenya, dari pada mendengarkan ocehan Darren yang di anggapnya tidak berguna.
'' Dan soal sidang kali ini,'' Darren kembali menatap Adinara.'' Maaf, kalau saya mengatakan kamu akan kalah lagi. Karena saya memiliki bukti yang kuat di bandingkan kamu!''
Adinara tersenyum miring, Adinara tetap cuek. Adinara justru malah mengencangkan Volume musik yang ada di handponenya.
'' Bisa tidak, kamu dengarkan apa yang sedang saya bicarakan!'' seru Darren yang terlihat kesal.
Adinara mematikan musik di handphonenya. Adinara berkata.'' Kenapa saya harus mendengarkan? Apa pentingnya, menurut saya semua yang keluar dari mulut kamu itu tidak penting.''
Adinara langsung keluar setelah pintu lIft terbuka. Ia berjalan cepat, yang di susul oleh Darren di belakangnya. Mereka benar- benar seperti sedang berkompetisi, Adinara langsung melajukan mobilnya begitu juga Darren. Alhasil, jalanan sore itu seperti arena pacu yang hanya di ikuti oleh Darren dan Adinara.
Darren dan Adinara menghentikan mobilnya secara bersamaan, saat tiba di pengadilan.
'' Aduuh!! teriak Adinara sambil memegangi perutnya.'' Jangan sekarang,Pleas! Sudah tidak tahan lagi.''
Adinara beregas keluar dari mobil, saat perutnya tidak bisa di ajak kompromi. Adinara langsung berlari ke toilet, sedang Darren tersenyum saat melihat Adinara seperti itu.
Adinara masuk ke toilet, menutup pintu, kemudian fokus dengan apa yang di lakukannya.
Ckreek!
Darren mengunci pintu toilet dari luar, kemudian pergi keruang sidang.
'' Pak Darren,'' sapa Pak Joko, Klien Darren kali ini.''Pak Darren sudah yakinkan kalau sidang ini akan saya menangkan.''
'' Pak Joko tenang saja, Pak Joko pasti mendapatkan tanah itu,'' jawab Darren, kemudain balik bertanya.'' Semua sertifikat tanahnya aslikan?''
'' A-asli ... semua asli!''
'' Bagus kalau begitu. Kalau sertifikat tanah itu ternyata palsu, saya tidak bisa membantu.''Pak Joko terdiam, ia terlihat gugup saat Darren menanyakan soal keaslian sertifikat tanah itu. Tanpa sepengetahuan Darren, Pak Joko ternyata sudah memalsukan semua sertifikat tanah milik keponakannya.
''Silahkan duduk kembali,'' perintah Pak Hakim.'' Sidang akan segera di mulai, mohon tertib, jangan sampai ada keributan.''
'' Maaf Pak Hakim, pengacara saya belum datang!'' teriak Pak Daniel selaku penggugat.
Pak Daniel beberapa kali mencoba menghubungi Adinara tapi tidak ada respon. Bukan hanya Pak Daniel yang kebingungan, semua orang yang berada di ruangan itu juga terlihat bingung kecuali Darren.
Di toilet, Adinara geram saat tau ia di kunci di dalam toilet. Adinara tau siapa pelakuanya, bahkan tanpa menebakpun Adinara sudah tau.
Darren!! bisa tidak sih sehari saja tidak membuatku jengkel, batin Adinara.
'' Halo siapa di luar!'' teriak Adinara sambil menggedor pintu dengan tangannya.'' Halo, tolong saya, saya terkunci di tolet.''
Sampai kemudian terdengar langkah kaki seseorang, dan pintupun terbuka. Terlihat seorang wanita berbadan gemuk sudah berdiri di depan pintu.
'' Terima kasih Mbak, sekali lagi terima kasih,'' ucap Adinara, sedang perempuan itu hanya membalas Adinara dengan senyuman.
Adinara segera berlari ke ruang sidang, karena sudah terlambat beberapa menit. Tapi langkahnya terhenti saat ia melihat Darren sedang menerima telepon.
'' Darren!!!'' teriak Adinara.
Adinara mempercepat langkahnya, dengan ekspersi kesal Adinara mendekati Darren yang terlihat santai sambil menelepon.
'' Auuw!!"'
Darren teriak kesakitan saat Adinara tiba-tiba menendang kakinya, sedang Adinara tetap berdiri di hadapan Darren dengan tatapan kesal.
'' Kamu gila yah, kaki orang main tendang-tendang saja!'' geram Darren.
'' Kamu yang gila. Kamu yang seharusnya di bawa kerumah sakit jiwa, di ikat di sana, dan di kurung sampai kamu mati.'''' Sembarangan kalau ngomong!'' geram Darren,'' Dasar perempuan aneh!'''' Heuh? Siapa yang aneh? Bukannya kamu yang selama ini suka bersikap konyol. Sekarang aku mau nanya sama kamu. Siapa yang tadi ngunci aku di toilet?'''' Siapa?'''' Siapa? Udah deh, jangan pura-pura, aku tau kamu yang ngunci aku di toilet.'''' Kamu bisa terkena pasal pencemaran nama baik loh!'' bisik Darren di samping telinga Adinara.'' Heeh!'' Adinara mendengus kesal.'' Capek berdebat sama kamu, tidak ada gunanya!''Adinara berjalan cepat masuk ke ruang sidang, di ikuti oleh Darren di belakang.
'' Sidang kami mulai, mohon untuk tidak berbicara dan tetap menjaga ketertiban.''
Di rungan itu seketika hening, hanya terdengar beberapa pertanyaan kepada pihak tergugat dan penggugat. Mereka saling bela dengan argumen mereka masing-masing.''
Adinara berdiri.'' Pak Hakim yang terhormat, klien kami merasa sangat di rugikan dengan adanya pemalsuan sertifikat tanah yang Klien kami miliki. Karena tanpa sepengetahuan Klien kami, tanah milik klien kami tiba-tiba sudah berpindah kepemilikan, padahal Klien kami tidak merasa menjual tanah itu.
''Pak Hakim yang terhormat, kami sudah menyelidiki tentang keaslian Sertifikat tanah yang di miliki oleh saudara Joko. Kami menduga Sertifikat tanah itu telah di palsukan, dan ada oknum-oknum pembuat dokumen-dokmen palsu yang terlibat di kasus ini. Hanya itu saja pembelaan kami, terima kasih.''
'' Pak Hakim, Instrupsi,'' Darren berdiri.'' Sertifikat tanah itu benar-benar asli, dan terdaftar di BPN, jadi kalau misalkan sertifikat tanah itu palsu kenapa bisa terdaftar. Dan menurut kami sebagai kuasa hukum dari Pak Joko, apa yang di utarakan oleh kuasa hukum saudara Novan itu terlalu mengeda-ada.''
'' Instrupsi Pak Hakim,'' Adinara berdiri.
'' Maaf, permintaan Anda di tolak, silahkan lanjutkan.''Darren kembali tersenyum saat melihat Adinara terlihat kesal, karena permintaannya di tolak.
'' Pak Hakim yang terhormat, kami sudah menjamin kalau sertifikat tanah yang di miliki oleh Klien kami adalah asli. Justru kami menduga sertifikat yang ada di tangan saudara Novanlah yang palsu.''
'' Instrupsi,'' Adinara menyela.
'' Silahkan.'''' Pak Hakim yang terhormat, sertifikat yang klien kami miliki benar-benar asli, karena beliau adalah ahli waris tunggal dan sertifikat itu di berikan oleh orang tuanya Pak Novan, jadi bagaimana bisa sertifikat itu palsu. Menurut kami, kuasa hukum saudara joko itu terlalu polos, karena tidak mengetahui adanya sindikat pemalsu dokumen,'' Pak Hakim yang terhormat, kami sudah mengumpulkan bukti tentang keaslian serfitikat tanah milik Klien kami, dan beberapa saksi untuk memperkuat bukti kami.''
Adinara berjalan kedepan dengan membawa beberapa dokumen sebagai bukti, Adinara juga membawa dua orang saksi untuk menguatkan pembelaannya.
'' Setelah kami mengkaji, dan memriksa dengan teliti, berdasarkan bukti-bukti yang ada dan menurut pengakuan para saksi yang di hadirkan. Kami memutuskan kalau Tanah itu secara sah milik Bapak Novan.''
'' Tok,tok,tok,''
Adinara berseru girang, senyum lebarnya terus ia perlihatkan di ruangan itu. Sementara Darren terlihat kesal atas kekalahan yang ia alami, apalagi Adinara menatapnya penuh ejekan dengan menaikan kedua alisnya.
Darren berjalan cepat keluar dari ruangan itu, Darren merasa ia sudah di bohongi oleh Kliennya sendiri.
Tapi kemudian langkahnya terhenti saat ia melihat Adinara sedang berdiri di samping mobilnya, dengan kedua tangan terlipat di dada. Sebenarnya yang membuat Darren kesal adalah saat melihat senyum Adinara yang seperti mengejek.
'' Gimana rasanya kalah?'' tanya Adinara penuh ejekan.
'' Biasa saja! Itu kasus kecil, jadi tidak perlu di banggakan.'''' Ya ya ya, itu kasus kecil,'' sahut Adinara mengejek.''Itu memang kasus kecil. Tapi yang membuat aku bingung, kenapa Darren seorang anak pengacara terkenal, tidak bisa membedakan mana sertifikat yang asli dan yang palsu.''Darren menarik napas, membuang muka, berusaha untuk tidak terpancing dengan ejekan Adinara.
''Giamana yah kalau besok muncul di media, kalau Darren anak pengacara terkenal ternyata di bohongi oleh Kliennya sendiri,'' ledek Adinara.'' Hahaha. pasti akan terdengar sangat lucu.'' Adinara tertawa yang terdengar sebuah ejekan oleh Darren.
'' Kau!'' geram Darren,'' awas saja kalau sampai tersebar.''
'' Awas apa? Kamu mengancam?''Darren menggelengkan kepalanya kemudian hendak masuk ke mobil.
'' Kalau kalah ngaku kalah, jangan gengsi!'' teriak Adinara, kemudian berbalik badan berjalan ke mobilnya, sedang Darren masih tetap berdiri di pintu mobil.
''Akh!''
Adinara terjatuh saat ada sebuah motor yang berusaha menyerangnya. Pengendara motor itu terlihat turun dengan membawa sebilah pisau di tangan.
'' Naraa!!'' teriak Darren, kemudian berlari menghampiri.
Buk!Darren berhasil memukul pria itu, dan membuat Pria itu tersungkur kelantai. Sedang Adinara yang sudah bangkit kembali, terlihat ketakutan bersembunyi di belakang Darren.'' Jangan ikut campur!!'' teriak Pria itu.'' Wanita itu yang sudah menjebloskan ayah saya kepenjara. Kamu tau akibatnya?'' tanya Pria itu dengan nada tinggi.'' Ibu saya meninggal, saya dan kedua adik saya sekarang hidup sebatang kara. Saya akan menghabisi kamu sekarang juga.''Buk!Akh!Darren kembali bisa memukul pria itu hingga terjatuh, pria itu berdiri kemudian kabur dengan motornya.Darren meilhat Adinara sangat ketakutan, kaki dan tangannya gemetar, sementara pandangannya terlihat kosong. Adinara berusaha menenangkan diri dengan duduk di kursi depan mobilnya.'' Ini, minumlah.''Darren menyodorkan sebotol minuman ke Adinara, sedang Adinara terlihat pandangannya sendu saat menatap Darren.'' Terima kasih,'' ucap Adinara setelah minum. Adinara men
Pria itu berdiri, kemudian mengambil handphone yang ada di saku jas yang ia pakai.'' Ada apa?'' tanya pria itu tegas, saat menerima telepon.'' Pak Salim kabur Bos.'''' Goblok!! Kenapa bisa kabur, kalian menjaga orang tua saja tidak becus, percuma saya bayar kalian mahal. Pakoknya saya tidak mau tau, temukan Pak Salim, habisi dia.'''' Baik, Bos!''Tutt!''Dasar bodoh!! Menjaga orang tua saja tidak becus.'' keluh Pria itu, sambil membetulkan dasi yang terasa mencekik lehernya.Pria itu melangkah cepat meninggalkan area pemakaman. Langkahnya terdengar menggema, sementara di belakangnya terlihat dua pria yang berusaha mengimbangi kecepatan Pria yang ada di depan.Pria itu berhenti, kemudian berbisik ke pria yang ada di sampingnya.'' Jack, Temukan Pak Salim, habisi. Saya tidak mau tau, pokonya Pak Salim jangan sampai melapor ke polisi.'''' Baik,Bos!''
'' Baik, Bos!''Kedua orang itu berdiri kemudian meninggalkan warung Bu Mar, mereka pergi tergesa seperti di buru oleh sesuatu yang menakutkan mereka.Sedangkan Darren masih memperhatikan mereka berjalan keluar. Di benaknya masih ada pertanyaan, siapa orang yang menginginkan Pak Salim.''Ka Darren, terima kasih yah sudah mentraktir kita makan,'' ucap Yasa yang sedikit mengagetkan Darren.'' Oh ... iyah. Gimana, enak makanannya?'''' Enak Ka!'' jawab anak-anak kompak.'' Kalau enak, kalian boleh pesan buat di rumah nanti.'''' Serius Ka?'' anak-anak bertanya kompak.'' Serius, kalian boleh pesan makanan yang paling enak buat di rumah nanti. Biar nanti Ka Nara yang membayar semua makanan kalian. Iya kan Nara?''''Heuh?'' Adinara sedikit kaget.'' I-iyah, kalian boleh memesan makanan sesuka kalian. Nanti Ka Nara yang bayar.'''' Terima kasih ka Nara!'' seru anak-anak terlihat senang.Darren dan Adinara berjalan bersama
Darren!!Adinara berteriak saat salah satu orang itu berhasil memukul punggung Darren. Darren hampir terjatuh, tapi kemudian berhasil bangkit kembali.'' Tetap di situ jangan kesini.'' pinta Darren saat Adinara hampir saja menghampirinya.'' Wooy!!''Dirga bersama laras menghampiri, bersama dua orang satpam datang untuk membantu. Kempat orang tersebut berbalik arah, meninggalkan Darren saat bantuan datang.'' Nara kamu tidak apa-apa?'' tanya Laras saat Adinara terlihat Syok, dengan mata terus memandangi Darren yang di tolong oleh Dirga. Adinara menggelengkan kepala, tapi mulutnya terdiam.Adinara tau, pekerjaannya sebagai pengacara memungkinkan ia menghadapi masalah seperti ini. Tapi bagaimanapun Adinara seorang perempuan yang punya rasa takut, seberani apapun Adinara, pasti akan merasakan Syok saat menghadapi masalah seperti sekarang.'' Masuk yu,'' ajak Laras sambil menggandeng tangan Adinara yang masih terlihat Syok. Adinara menuruti
Seperti adegan dalam Film laga, Darren dan mobil yang mengejarnya terus saling mengejar, benturan-benturanpun tidak bisa di hindari saat itu. Sampai akhirnya mobil yang di tumpangi Darren terpojok di sebuah jalan yang cukup sepi.Darren keluar dari mobil kemudianberlari. Darren berusaha sebisa mungkin untuk menghindari ke empat orang yang mengejarnya. Langkah kakinya coba ia percepat, ia berlari ke sebuah kebun, Darren mencoba menghilang di tingginya ilalang di kebun itu. Tapi percuma, ke empat orang itu bisa menemukannya juga.Tatapan sangar Darren dapatkan dari keempat orang yang sudah berhasil mengepungnya. Sementara Darren yang berada di tengah-tengah mereka, mencoba merenggangkan kakinya, memasang kuda-kuda, bersiap untuk menangkis.Sementara kedua tangan ia kepalkan sekuat mungkin, bersamaan dengan sorot mata tajam ke arah mereka berempat.Sampai kemudian salah satu di antara mereka maju kedepan, pria yang di ketahui bernama Jack itu melepaskan jaket yang i
Sesampainya di kantor polisi, Pak Salim langsung di jebloskan ke tahanan. Darren sebenarnya merasa iba dengan kondisi Pak Salim, Darren juga yakin kalau Pak Salim tidak bersalah.''Pak Salim, Bapak sepertinya harus bersabar terlebih dahulu sampai saya bisa membuktikan kalau Pak Salim tidak bersalah,''ucap Darren ke Pak Salim.'' Iya Pak Darren saya paham, dan saya akan bersabar.'''' Terima kasih Pak,'' Darren berdiri,'' kalau begitu saya permisi.''Pak Salim tersenyum, sedang Darren berjalan keluar dari kantor polisi meninggalkan Pak Salim yang sudah memakai baju tahanan.Di mobilnya, Darren terus memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk bisa membebaskan Pak Salim. Kasus ini sangat rumit, karena sampai saat ini Darren belum menemukan satu buktipun yang mengarah ke pelaku sesungguhnya.'' Pak Simon!''Darren menghentikan mobilnya saat melihat Pak Simon sedang berada di pinggir jalan, kemudian masuk ke mobil. Darren mengikuti mobil Pak
''Itu Pak Salim kliennya Darrenkan, Nara?'' tanya Laras kaget, sedang mata Adinara masih terfokus ke layar Televisi yang ada di hadapannya.''Mungkin!'' jawab Adinara singkat sambil berdiri.''Kamu mau kemana?''Aku mau ke rumah sakit, sebentar!'' jawab Adinara sambil berlalu.Adinara bergegas segera menaiki Lift, tapi secara bersamaan Darren juga muncul dan menaiki Lift yang sama. Wajah mereka berdua terlihat tegang, saling diam, bahkan tidak saling menyapa beberapa saat.''Saya turut prihatin atas apa yang di alami oleh Pak Salim!'' ujar Adinara ke Darren.''Saya tidak menyangka Pak Salim akan melakukan hal senekat itu.''''Menurut saya ada sesuatu yang aneh! Pak Salim tidak akan melakukan hal itu,'' sahut Darren cepat.''Maksud kamu?'' alis Adinara berkedut. Adinara menatap tajam Darren yang berdiri di sampingnya.''Menurut saya, kematian Pak Salim seperti di buat-buat. Pak Salim sebelumnya masih terlihat semangat, walau ada rasa ber
AdinaraTunggu disitu, jangan keluar mobil. Saya tidak mau Papa tahu kalau saya jalan sama kamu19.30Darren tersenyum saat mendapatkan balasan pesan dari Adinara. Ia paham kenapa Adinara bersikap seperti itu, Karena memang selama ini Papa dan orang tuanya Adinara tidak pernah akur.Sementara di kamarnya, Adinara berusaha mencari akal supaya Papanya tidak curiga kalau ia akan pergi bersama Darren.''Laras,'' panggil Adinara,''kalau nanti papa nanya, kamu jawab saja kita mau pergi ke ulang tahun teman SMA kita.''''Jadi kamu nyuruh aku kesini untuk di jadikan tameng, supaya papa kamu tidak curiga?'' tanya Laras sedikit ketus.Adinara tersenyum lebar, ia tahu kalau Laras pasti akan bertanya seperti itu.''Iyaah!'' jawab Adinara sambil tersenyum, tanpa menunjukan rasa bersalah sedikitpun.'' Tahu kaya gitu, aku tadi diam di rumah saja.'''' Laras,Pleas! Adinara memohon.'' Iya deh aku bantu.''