Beranda / Romansa / The Lawyer Battle / Perasaan Adinara

Share

Perasaan Adinara

Penulis: Anwarade
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-07 09:10:00

Pria itu berdiri, kemudian mengambil handphone yang ada di saku jas yang ia pakai.

'' Ada apa?'' tanya pria itu tegas, saat menerima telepon.

'' Pak Salim kabur Bos.''

'' Goblok!! Kenapa bisa kabur, kalian menjaga orang tua saja tidak becus, percuma saya bayar kalian mahal. Pakoknya saya tidak mau tau, temukan Pak Salim, habisi dia.''

'' Baik, Bos!''

Tutt!

''Dasar bodoh!! Menjaga orang tua saja tidak becus.'' keluh Pria itu, sambil membetulkan dasi yang terasa mencekik lehernya.

Pria itu melangkah cepat meninggalkan area pemakaman. Langkahnya terdengar menggema, sementara di belakangnya terlihat dua pria yang berusaha mengimbangi kecepatan Pria yang ada di depan.

Pria itu berhenti, kemudian berbisik ke pria yang ada di sampingnya.'' Jack, Temukan Pak Salim, habisi. Saya tidak mau tau, pokonya Pak Salim jangan sampai melapor ke polisi.''

'' Baik,Bos!''

Pria yang bernama Jack itu kemudian pergi meninggalkan area pemakaman dengan sepeda motornya. Sementara sang bos besar, masih geram saat mengetahui Pak Salim kabur.

13.00 WIB

Darren melangkah santai kemudian masuk ke lift setelah mengantarkan Pak Salim ke tempat persembunyiannya, tapi kemudian raut wajahnya berubah saat Adinara masuk. Di dalam lift itu mereka berjauhan, tidak menyapa, bahkan saling menatap saja tidak.

'' Terima kasih kamu kemarin menolong saya,'' ucap Adinara setelah terdiam beberapa saat. '' Tapi bukan berarti kita berdamai. Kita masih tetap bermusuhan.''

Darren masih diam, ia tidak menjawab, Darren malah melangkah keluar lift meninggalkan Adinara.

'' Nyebelin banget tu orang! Aku sudah mencoba bersikap baik, tapi dianya malah kaya gitu.''

Adinara menarik napas, ia keluar lift, Adinara berjalan di belakang Darren. Tapi kemudian Darren berhenti, Darren berbalik badan.

'' Itu semua tidak gratis! Kamu pikir apa yang saya lakukan kemarin gratis, setelah saya mempertaruhkan nyawa melawan pria itu.''

'' Apa? Maksud kamu apa? Jadi kamu mengharapkan imbalan,'' tanya Adinara sewot.

Laras, ini yang kamu maksud Darren punya sifat baik, baik dari mana, kalau mengharapkan imbalan seperti sekarang, batin Adinara.

'' Terus mau kamu apa?'' tanya Adinara tegas.'' Saya tidak mau berhutang budi sama kamu.''

Darren tersenyum, sambil kedua tangan ia masukan ke saku celana.

'' Nanti sepulang kerja, tunggu saya di rumah makan bu Mar. Kamu traktir saya makan, itu sebagai imbalan atas apa yang saya lakukan kemarin,'' ujar Darren sambil melangkah pergi meninggalkan Adinara.

Adinara merasa lega, ia menarik napas. Adinara bersyukur Darren tidak meminta hal aneh kepadanya.

Adinara bejalan masuk keruang kerjanya, ia segera duduk, sementara di otaknya ia masih memikirkan kejadian di parkiran kemarin siang.

Adinara menatap tajam Laras yang berjalan masuk ke ruangannya, ada sesuatu yang ingin Adinara tunjukan.

'' Ini berkasnya Bu Adinara,'' kata Laras sambil meletakan beberapa berkas di meja Adinara.

'' Kamu tau, tadi Darren meminta imbalan kepadaku. Itu yang kamu maksud punya sifat baik?''

'' Darren meminta imbalan?'' tanya Laras bingung.

'' Iyah, itu yang kamu maksud punya sifat baik?''

'' Darren minta imbalan apa?''

'' Minta di traktir makan!'' jawab Adinara kesal, sedang Laras yang mendengarnya tersenyum pelan kemudian tertawa.

'' Kenapa kamu tertawa?'' Adinara menatap Laras kesal.

'' Cuma minta di traktir?'' Laras bertanya, kemudian mendekatkan wajahnya ke Adinara.'' Itu ajakan kencan dari Darren kali. Darren mau mengajak kamu kencan, tapi Darren tidak tahu caranya. Makanya Darren memanfaatkan situasi, dengan mengatakan kalau itu sebagai Imbalan karena dia sudah menolong kamu.''

'' Heuh?'' alis Adinara berkedut.'' Kencan? Aku tidak mau kencan sama dia.''

'' Sudah terima saja.'' bisik Laras sambil berjalan keluar dari ruangan Adinara.

'' Kencan? tidak,tidak! Ini makan biasa, bukan kencan.'' gumam Adinara kemudian menghela napas.

Darren

Aku tunggu di depan.

16.30

'' Ya Tuhan, kenapa harus dia sih yang nolongin.''

Darren

Jangan coba ingkar janji.

16.32

Adinara menghela napas kembali saat Darren mengirim pesan untuk yang kedua kalinya.

'' Ni manusia tidak sabaran banget sih!'' keluh Adinara.

Adinara

Iya sebentar.

16.34

Dengan malas Adinara melangkah keluar, wajahnya sedikit kusut saat mengingat kembali apa yang di katakan oleh Laras. Adinara tidak mau menganggap ini adalah kencan, Adinara tidak mau.

DEG!

Adinara tiba-tiba berhenti tepat di depan pintu, saat matanya melihat Darren sedang berdiri di sebrang pintu. Bukan kaget yang membuat Adinara berhenti, tapi detak jantungnya. Entah kenapa Adinara seperti terkena serangan jantung persekian detik, saat melihat senyum dan tatapan mata Darren yang mengarah kepadanya.

Kencan? ini bukan kencan, ngapain aku kencan sama dia. Ya Tuhan, kenapa Darren berbeda hari ini, kenapa aku grogi saat melihat senyum Darren. Tidak, Nara! Sadar, dia Darren laki-laki paling nyebelin yang pernah kamu kenal. Ini semua gara-gara Laras, kalau dia tidak mengatakan kencan, aku tidak akan seperti ini, batin Adinara menolak.

''Hei!''

'' Ya Tuhan!''

Adinara terkejut saat melihat wajah Darren sudah sangat dekat dengan wajahnya. Tatapan mata dan senyuman Darren, kembali menghancurkan kepercayaannya selama ini tentang Darren

Mereka terdiam sejenak saling menatap, napas Adinara menjadi sangat tidak beraturan. Entah apa yang sudah terjadi pada Adinara, Adinarapun tidak tahu. Adinara menarik napas, mencoba menata kembali tingkat kesadarannya.

''Hei, jadi kita makan-makan?''

''Ja-jadi, aku tidak pernah ingkar janji.'' Jawab Adinara sedikit gugup.

'' Ya sudah Yu,'' Darren berusaha merangkul Adinara, tapi Adinara menepisnya.

'' Apaan sih! Kamu jalan duluan.''

'' Baiklah!''

Darren menuruti apa yang di minta Adinara. Darren berjalan di depan, sedang Adinara mengikuti. Mereka tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke warung bu Mar, karena lokasinya memang tidak jauh.

'' Mas Darren,'' Bu Mar menyapa dengan senyum khasnya.'' Sama Mbak Nara yah, tumben datang bersama!''

'' Iya Bi, kebetulan Nara maksa terus. Padahal sayanya sedang sibuk, tapi Nara tetap memaksa minta di temani makan sama saya.''

'' Heuh? Apa sih. Bohong Bu, dia yang minta terus di traktir.''

'' Tukan Bu, ngelak!'' Darren menunjuk wajah Adinara.

'' Emang benar, kenyataannya seperti itu!''

Bu Mar tersenyum saat melihat perdebatan mereka. Ini bukan pertama kalinya Darren dan Adinara berdebat, Bu Mar sudah sering melihat mereka berdebat.

'' Sudah sudah! Kalian cepat mencari tempat duduk, mumpung masih sepi,'' Bu Mar melerai dan mengingatkan, karena di jam pulang biasanya warung Bu Mar kembali ramai oleh pengunjung.

Darren dan Adinara duduk di meja yang sama tapi bersebrangan. Adinara tidak mau menghadap Darren, Adinara tidak mau ada yang meledeknya.

'' Kamu cepat pesan makanan, setelah itu kita pulang. Aku tidak mau berlama-lama sama kamu,'' pinta Adinara tegas.

'' Sabar ... saya masih menunggu yang lain.''

'' Yang lain?'' Adinara terperanjat.'' Yang lain siapa? Bukannya kita cuma berdua?''

'' Ka Darren!''

Adinara menatap tajam kelima anak yang sudah berdiri di sampingnya. Adinara bingung dengan kehadiran kelima anak itu, apa kelima anak ini yang sedang di tunggu Darren, pikir Adinara.

''Hai Yasa, Tia, Gea, Noval, Dudi,'' Darren menyapa kelima anak tersebut.'' Ayo kalian duduk, kalian boleh makan sepuas kalian.''

''Heuh? Makan sepuasnya,'' gumam Adinara dengan ekspresi kebingungan.

''Bu Mar!'' Panggil Darren.'' Bawa semua makanan yang enak kesini yah.''

Bu Mar mengangguk, kemudian memerintahkan salah satu pelayan untuk mengantarkan makanan. Tidak butuh lama, dua orang pelayan datang dengan membawa beberapa piring makanan yang Darren pesan.

''Mau dia apa sih?''

Adinara bingung dengan maksud Darren yang mengajak kelima anak tersebut makan bersama, padahal tidak ada pembicaraan sebelumnya. Adinara berdiri, ia berpindah tempat duduk di samping Darren.

'' Maksud kamu apa mengajak mereka? Dari awal aku cuma mau bayarin kamu, bukan kelima anak ini,'' bisik Adinara yang terlihat kesal.

Darren tersenyum, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Adinara.'' Kamu lihat mereka, mereka anak-anak jalanan. Mereka jarang sekali makan-makanan yang enak, jadi apa salahnya kalau kamu berbagi rezeki sedikit dengan mereka.''

Adinara menatap kelima anak yang ada di hadapannya. Benar apa yang di katakan Darren, mereka terlihat sangat menikmati makanan yang ada di hadapan mereka. Padahal bagi Adinara, makanan yang sedang mereka nikmati hanya makanan biasa tidak mewah, tapi kelima anak tersebut sangat menikmatinya.

Ada rasa kagum yang muncul di benak Adinara terhadap Darren, terutama saat ia melihat Darren terlihat akrab dengan kelima anak tersebut.

'' Maaf Bos, kami belum berhasil menemukan Pak Salim,'' ucap pria itu saat sedang menelepon

Darren melirik dua orang pria yang duduk tidak jauh dari tempatnya saat itu. Darren semakin penasaran, siapa sebenarnya yang menginginkan Pak Salim.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • The Lawyer Battle   Kejahatan Simon Terbongkar

    Door!!Jack tersungkur kelantai di detik terakhir, saat jari telunjuknya hampir saja menarik platuk pistol itu. Jack tergeletak tidak berdaya dengan darah mengalir di pinggang sebelah kiri setelah polisi menembaknya.''Angkat tangan!''''Jangan bergerak. Kalian semua sudah terkepung!''Itulah suara-suara teriakan di luar sana, suasana gaduh pihak kepolisian yang berhasil menyergap anak buahnya Simon.''Kalian tidak apa-apa?'' tanya salah satu polisi yang sedang membuka ikatan Nathan dan kemudian Adinara.Nathan segera menggenggam tangan Adinara, dan membawanya keluar dari tempat ini.''Nara!''Darren!!Lambayan tangan Laras dan Dirga di luar sana, membuat Adinara merasa lega karena Tuhan masih memberinya kesempatan untuk bertemu mereka lagi.''Laras!!''Adinara langsung memeluk Laras saat mereka sudah saling berhadapan, kemudian di ikuti oleh Dirga dan Nathan yang melakukan hal yang sama.''Terima

  • The Lawyer Battle   Penculikan Darren dan Adinara

    Empat pasang mata sedang terfokus ke pria yang ada di hadapannya. Mereka benar-benar mengawasi Darren tanpa melewatkan sedetikpun.Sedang Darren, otaknya terus berfikir keras bagaimana caranya supaya bisa lepas dari kedua orang ini, tapi tidak membuat Adinara dalam bahaya.Sementara di kantornya, beberapa pasang mata menatap heran saat Darren masuk ke kantor bersama dua orang yang tidak mereka kenal.''Darren siapa mereka?'' tanya Dirga, sembari berdiri menatap dua orang yang mengekor di belakang Darren.Tapi kemudian dengan sigap salah satu dari mereka langsung menjauhkan Dirga dari Darren. Dirga di dorong oleh salah satu dari mereka, sampai pria berkacamata itu hampir saja terjatuh kebelakang.''Sudah!'' kata Darren mencegah.''Urusan kita lebih penting. Jangan menyakiti karyawan saya,'' pinta Darren, sembari menahan tubuh kekar orang itu dengan tangannya.Tapi ada situasi dimana Darren berhasil memanfaatkan keributan itu. Tanpa sepengetahu

  • The Lawyer Battle   Tertangkapnya Darren

    Simon tersenyum miring di dalam mobilnya, setelah berhasil mengelabui Darren. Darren tidak tahu kalau Simon bersembunyi di sebuah gang kecil, saat mobil taksi yang di tumpangi oleh Darren lewat di hadapannya, Simon baru beranjak pergi.''Darren .... saya lebih berpengalaman dari pada kamu. Kamu tidak bisa dengan mudah menjebak saya,'' ucap Simon, sembari menatap tajam mobil Darren yang melintas di hadapannya.Simon kembali meneruskan perjalanannya, sekarang ia harus berhati-hati agar tidak masuk dalam perangkap Darren. Jika itu terjadi, hancurlah semua yang sudah ia rencanakan selama ini.Langkah cepat Simon lakukan, setelah ia masuk ke halaman rumah dimana Adinara di sekap. Simon mendapatkan kabar dari anak buahnya kalau Adinara tidak sadarkan diri.''Kenapa dia bisa seperti itu?'' tanya Simon, setelah melihat Adinara pingsan sembari terikat di kursi.''Ti-tidak tahu Bos! Tadi saat saya masuk kesini wanita itu sudah tidak sadarkan diri.'' ja

  • The Lawyer Battle   Penculikan Adinara Oleh Simon

    Rintik hujan pagi itu, menambah kesenduan yang sedang Adinara rasakan. Gadis cantik dengan rambut terurai itu beberapa kali menghela napasnya, mencoba mengurai rasa sesak yang sedang ia rasakan.Pedasnya tamparan sang Ayah yang tadi malam Adinara rasakan, masih terasa sampai sekarang. Tamparan itu bukan hanya menyakiti kulit wajahnya, tapi sampai ke lubuk hatinya yang paling dalam.Tiin ... tiiin ... tiiin!!!Tidak terasa, lamunannya pagi itu sampai membuat Adinara lupa, kalau sekarang dia sedang berada di dalam mobil di tengah-tengah padatnya jalanan ibu kota. Bahkan gadis itu sampai tidak menyadari, kalau kendaraan yang tadi sempat padat karena lampu merah, sekarang sudah mengurai secara perlahan.Adainara mencoba menerobos padatnya jalanan pagi itu, tapi kemudian perhatiannya teralihkan ke mobil yang ada di hadapannya. Adinara mengenali mobil itu, mobil mewah milik Pak Simon.''Om Simon!'' sekejap Adinara sempat terdiam, terlintas di benaknya so

  • The Lawyer Battle   Murkanya Papa Adinara

    Sepasang mata manusia sedang mengintai bagai elang yang ingin memangsa mangsanya. Jack pria berbadan tegap itu sedang berdiri tepat di depan rumah Brian, bersama ke tiga anak buahnya.''Bos, apa yang harus kita lakukan?'' tanya salah satu pria yang berdiri di belakang Jack.''Tanggu saja, kita awasi saja dahulu. Kalau suasananya sudah sepi, baru kita bergerak,'' jawab Jack yang di balas anggukan pelan oleh ketiga anak buahnya.''Baik,Bos!''Sampai kemudian, Brian pria yang sedang mereka incar keluar dari rumahnya dan pergi menggunakan sepeda motor.''Ikuti dia. Jangan sampai lolos!''Jack dan ketiga anak buahnya segera bergegas masuk ke mobil, kemudian mengejar Brian yang sudah berlalu pergi menggunakan sepeda motornya.''Tadi kemana jalanannya, Bos!'' tanya salah satu orang yang membawa mobil saat matanya tidak melihat keberadaan Brian.''Dasar payah!Lihat itu, dekat mobil taksi yang berwarna biru,'' kata Jack, sembari menunjuka

  • The Lawyer Battle   Sebuah Rahasia

    Darren berjalan cepat setelah keluar dari warung Bu Mar. Tapi kemudian ada seseorang yang menabrak pundaknya, Darren menatap orang itu, ada keanehan yang di tunju'kan oleh pria muda yang memakai topi hitam itu.Mimik wajahnya seperti mengisyaratkan pada Darren kalau Darren harus mengikutinya. Pemuda yang di perkirakan berusia 23 Tahun itu berjalan cepat, sementara Darren berada lima langkah di belakangnya.''Siapa kamu?Apa kita pernah saling mengenal?'' Darren bertanya dengan nada tegas, sorot matanya tajam memperhatikan setiap jengkal penampilan pemuda itu. Darren benar-benar tidak mengenalinya, dan belum pernah bertemu sama sekali.Pemuda itu tetap bersikap dingin, menatap kosong air danau yang ada di hadapannya.''Hei!Apa maumu?Kenapa kau memintaku mengikutimu?'' Darren bertanya lagi, kali ini lebih tegas.Pemuda itu berbalik badan, membuka topinya, terlihat sorot mata tajam menatap Darren. Pemuda berkulit kuning langsat itu, mengambil sesuatu d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status