Zahra terlihat gugup. “Tolong jangan memojokkan Aku, ayah. Pokoknya aku hanya ingin segera bercerai dengan Elang, titik. Aku ingin segera terbebas dari mereka!” jawab Zahra dengan tegas.Walau jawaban itu terdengar tegas, tapi tidak bagi Mustafa. Dia paham betul bagaimana putrinya jika menyembunyikan sesuatu. Mustafa yakin apa yang dikatakan oleh putrinya tak sesuai dengan hatinya.“Oke. Ayah hormati keputusan kamu. Lalu, bagaimana dengan perasaanmu terhadap suamimu? Apa kau sudah siap untuk kehilangan dia?” Mustafa benar-benar ingin mengorek isi hati putrinya hingga ke akarnya.“Kenapa ayah bertanya seperti itu?” jawab Zahra dengan gugup. Wajahnya bersemu merah.Walau berusaha menyembunyikan wajahnya yang terlihat gugup, tapi Mustafa mampu menangkap sedikit titik terang tentang perasaan putrinya. Namun dia berusaha menyembunyikannya dengan rapi.“Ayah hanya tidak ingin kau akan menyesal jika ternyata ada benih cinta yang tanpa kau sadari tumbuh dan bersembunyi dalam dadamu. Jangan ce
“Hallo! Apa ada kabar baik, Mus?” tanya Baskoro tanpa berbasa-basi. Dia sangat menunggu kabar tentang menantunya.“Zahra masih agak kesal dan sulit untuk diajak berbicara. Keputusannya masih tetap sama! Tapi aku menangkap sinyal baik dari putriku!”“Apa itu?”“Sepertinya putriku mulai tertarik kepada putramu. Hanya saja dia tak berani mengakuinya.”“Benarkah?” Baskoro tersenyum sembari menatap putranya penuh arti.“Sepertinya begitu. Namun biarkan mereka berpikir dengan tenang. Terutama Zahra. Jadi katakan saja kepada Elang, suruh dia bersabar dan terus berusaha untuk menarik simpati dari putriku.”“Kau dengar sendiri’kan, Nak?” tanya Baskoro kepada Elang.“Apa kau masih bersama Elang?” tanya Mustafa kembali.“Iya. Aku bahkan masih di depan rumahmu. Putraku tidak mau pulang. Dia ingin menunggu istrinya walau tak tahu sampai kapan.”“Astaga! Bisa aku bicara dengan menantuku?”Mustafa memijit keningnya. Dia tak menyangka kalau menantunya ternyata pria yang setia.“Bisa!” Baskoro memberik
Tiba-tiba kaca mobil terbuka. Muncullah wajah pria tampan berkacama hitam. Sesaat pria itu tersenyum ke arah Zahra. Sedetik kemudian, dia menutup kaca mobil. Lalu mobilpun meninggalkan rumah sederhana tapi meninggalkan sejuta kenangan bagi pria kaya itu.“Elang! Tunggu!” Zahra tak bisa lagi mengontrol perasaannya. Tanpa sengaja mulutnya memanggil nama suaminya. Namun mobil itu terus melaju dengan kencang.“Elang! Elang!” gadis itu terus memanggil nama suaminya. Terasa ada yang nyeri dalam dada saat suaminya tak mengindahkan panggilannya. Tubuh terasa lemas, hingga gadis itu menjatuhkan diri ke lantai. Tanpa terasa air mata sudah mengalir membasahi pipinya.“Ada apa, Nak?” Mustafa dan istrinya muncul dari balik pintu. Keduanya terlihat khawatir saat mendengar teriakan putrinya.“Ayah, Ibu. Aku tadi melihat Elang. Saat aku memanggilnya, dia tak peduli dan pergi begitu saja, Bu!” Zahra memeluk ibunya dan menumpahkan kesedihan dalam dekapan hangat sang bunda.“Benarkah. Tapi apa yang memb
Ponsel Zahra berbunyi nyaring. Dokter cantik itu segera mengambil ponsel yang berada di dalam tas. Lalu menerima panggilan telepon sembari masuk ke ruang kerjanya.“Halo, Assalamu’alaikum!” sapa Zahra sembari meletakkan tas di atas meja dan duduk di kursi kerjanya.“Temui aku sekarang juga di luar area rumah sakit, kalau ingin orangtuamu selamat!”Zahra sangat terkejut saat menerima telepon dengan nada ancaman.“Siapa kamu?!” wajah gadis itu berubah tegang. Dia tak tahu siapa orang yang sedang mengancamnya juga motif dibalik ini semua. Gadis itu merasa tidak punya musuh. Yang lebih membuatnya kesal kenapa harus melibatkan orang tuanya.“Kau tak perlu tahu siapa aku! Sekarang, turuti saja perintahku!”“Apa maumu?! Uangkah?!”“Jangan banyak tanya! Turuti perintahku sekarang juga atau kau takkan pernah melihat kedua orangtuamu lagi! Aku tidak main-main Dokter Zahra!” suara pria itu terdengar begitu menakutkan. Hingga membuat Zahra semakin panik.“Oke! Aku akan ke sana. Tapi tolong, janga
Wanita itu berbelok menuju jalan samping rumah sakit yang agak sepi. Tentu saja hal itu membuat Zahra merinding. Dia takut kalau para penculik itu bukan hanya akan melukai orangtuanya saja. Dirinya juga bisa menjadi korban.Zahra tak berpikir kalau kejadiannya akan seperti ini. Kalau tahu begini, dia pasti akan meminta pihak rumah sakit untuk memberikan pengamanan. Saat itu yang terpikir hanya keselamatan orang tuanya. Namun nasi sudah menjadi bubur. Zahra tak bisa mundur lagi dan harus berhati-hati.“Berhenti!” Zahra berteriak kepada orang yang ada di hadapannya.Orang tersebut menghentikan langkahnya. Namun tak menoleh ke arah Zahra.“Kita mau ke mana?!” tanya Zahra dengan nada naik satu oktaf. Gadis itu sudah tidak sabar ingin bertemu dengan orangtuanya.“Jangan banyak tanya! Ikuti saja aku!”Zahra terkesiap mendengar suara itu. Sepertinya dia tak asing dengan suara wanita itu. Sedari tadi dia memang sudah curiga kalau mengenal wanita itu. Kecurigaannya kali ini mengarah ke seseora
“Baiklah. Aku akan ingatkan lagi! Kalau aku tak bisa mendapatkan Elang! Siapapun takkan bisa mendapatkannya, termasuk dirimu! Dan aku tak pernah bermain-main dengan ancamanku! Kau takkan bisa hidup tenang sebelum kau menyerahkan Elang kepadaku!”“Jadi kau benar-benar ingin membunuhmu?! Jahat sekali kamu!”“Iya! Aku memang jahat! Kau mau apa?!”“Kau benar-benar gila, Jessica! Aku takkan membiarkan kau terus menyakiti istriku! Sebelum kau berhasil dengan rencanamu, aku sendiri yang akan menghabisimu dengan tanganku!”Dengan gerakan cepat, Elang menyerang Jessica. Dia menampar wajah Jessica berkali-kali.“Dasar wanita tak tahu malu! Kau pikir aku masih mau bersamamu?! Aku jijik kepadamu!”Plak. Kembali tamparan mendarat di pipi Jessica. Elang yang terlanjur kalap, tak mau mendengar rintihan mantan istrinya yang meminta ampun.Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di samping Jessica dan menarik wanita itu untuk masuk ke dalam mobil. Lalu mobil melaju dengan kecepatan tinggi.“Jessica! Kal
“Iih kamu nakal! Bibirku sekarang jadi ternoda!” Zahra pura-pura kesal sembari terus memegangi bibirnya.“Tak apa. Kan aku yang menodainya!” Elang tersenyum dan kembali membawa tubuh sang istri ke dalam pelukan. Bunga-bunga cinta bermekaran indah.Tanpa mereka sadari, ajudan Elang masih ada di sekitar mereka. Pria berbadan tegap itupun merasa malu dan pergi meninggalkan dua sejoli yang tengah dimabuk cinta. “Oh ya, Sayang. Apa sebenarnya yang penjahat itu katakan hingga kau mau mengikuti mereka ke sini?” tanya Elang kepada istrinya.“Astaghfirulloh hal’adzim. Aku sampai lupa kalau Jessica menculik ayah dan ibu! Elang, ayo kita selamatkan orangtuaku!” Zahra terlihat sangat panik.“Tunggu dulu. Tenanglah. Apa kau sudah mencoba menghubungi orangtuamu? Siapa tahu mereka hanya menipumu!”“Oh, iya. Kenapa aku gak kepikiran ke sana, ya.Sebentar!”Zahra mengambil ponsel yang berada di saku. Kemudian melakukan panggilan telepon kepada orangtuanya.“Halo. Assalamu’alaikum!” terdengar jawaban d
Saat melihat Baskoro, Zahra mundur beberapa langkah. Dia masih menyimpan bara api dalam dadanya. Masih butuh waktu bagi gadis itu untuk melupakan semuanya.Elang mengerti dengan perubahan sang istri. Dia akan berusaha menjadi penengah antara istri dan juga papahnya.“Zahra. Kau kembali, Nak? maafkan Mamah, Nak!” istri Baskoro tiba-tiba muncul dan memeluk menantunya. Dia tak kuasa menahan tangis. Widya mengerti kenapa putranya sangat bersedih saat kehilangan istrinya. Wanita bertubuh tambun itu tahu kalau menantunya memang wanita yang baik. Pantas saja suaminya memilih dia sebagai menantu.Zahra tak merespon pelukan Widya. Dia hanya terdiam dan tak mengerti apa yang harus dilakukan.Elang sangat mengerti jika orang tuanya juga merindukan istrinya. Namun Elang juga tahu kalau istrinya seperti kurang nyaman dengan situasi ini.“Maaf, Mah. Pah. Sepertinya Zahra perlu istirahat. Elang mau mengantar dia ke kamar dulu!”“Oh, Silakan!” sahut Baskoro.“Biar Mamah saja yang mengantar istrimu ke