Share

145. EMOSI ELANG YANG MELEDAK

Zahra menelpon suaminya berkali-kali. Namun tak ada jawaban. Hatinya sangat gelisah dan khawatir terjadi apa-apa dengan suaminya yang sedang emosi. Zahra tak tahu harus berbuat apalagi selain menunggu kabar dari papah mertuanya.

Sementara itu, Elang sudah tiba di depan rumah budi dan memencet bel dengan kasar dan berkali-kali.

“Keluar kamu, Budi! Hadapi aku!” teriak Elang sambil tak henti memencet bel yang berada di pintu gerbang. Hatinya sedang memanas hingga tak berpikir lagi tentang etika dan rasa malu.

“Budi! Budi! Keluarlah! Jangan cuma beraninya nidurin istri orang! Apa kau tak malu dengan profesimu?!” Elang terus berteriak seperti orang yang sudah kehilangan akal.

“Cukup Elang! Berhentilah!” Baskoro tergopoh turun dari mobil dan berlari ke arah putranya. Usianya yang sudah menua tak lagi mampu berlari dengan kencang. Walau sedikit terlambat, tapi setidaknya sang putra belum sampai membangunkan penghuni kompleks perumahan.

“Papah! Siapa yang menyuruh papah mengikutiku?! Aku tida
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status