Share

6. Kerja Sama

"Kamu suka kue kering dan susu?" Annie menepuk sofa di sebelah, menyuruh Ashley duduk. Ketika Ashley ingin bicara, Annie menyela. "Hasil curian tidak boleh berada di rumah ini. Jadi, rotimu kuberikan pada orang yang membutuhkan."

Susah payah Ashley mengambil roti itu. Tidak susah, hanya saja, Ashley menyayangkan usaha terbaik yang sudah dilakukan.

Ashley pun duduk di sebelah Annie. Kue kering di hadapan Ashley terlihat enak. Tanpa malu, Ashley memakan kue tersebut, sambil mendengarkan semua ucapan yang Annie katakan.

"Ada alasan dibalik aku mengajakmu tinggal bersama. Dari dulu, aku sedang mencari orang yang memiliki kekuatan abu."

Tentang itu, tubuh Ashley membeku. Annie tadi berkata melihat Ashley ingin mencuri baju. Cara mencuri Ashley pasti sudah dilihat Annie. Kue kering yang baru digigit sekali, ditaruh kembali ke piring. Ashley bahkan membayangkan tubuhnya dibakar hidup-hidup.

"Jangan takut. Aku sudah berjanji padamu." Annie menunjukkan kelingking tanda sudah berjanji. "Adanya kekuatan itu di tubuhmu, aku sangat yakin, kalau kamu telah kehilangan seseorang. Siapa yang membuat hidupmu seperti ini?"

"Keluarga Rider." Mungkin sudah saatnya untuk Ashley mendapatkan bantuan. Jika sudah bisa mengontrol kekuatan abu, maka Ashley sudah bisa melakukannya sendiri.

Marga yang pernah Annie dengar. Walaupun banyak marga seperti itu, hanya ada satu yang Annie kenal. "Apa nama orang itu ... Donny Rider?"

Ashley tidak pernah mengetahui nama orang tua Jordi. Hanya Jordi saja yang Ashley tahu, dari setiap Keluarga Rider yang pernah Ashley temui. "Entahlah. Aku tidak pernah tahu nama orang tua sahabatku."

Sahabat? Terakhir kalinya Ashley kabur, dan melihat orang tua ditembak, serta sang adik yang dibawa kabur, masih bisakah Jordi dianggap sebagai sahabat?

Perasaan sedih Ashley sampai pada hati Annie. Kepala Ashley diberi usapan lembut. "Donny Rider. Dia sangat berkuasa di rumah mewahnya. Memiliki adik bernama Gerry Rider, yang sama kejamnya dengan Donny. Walaupun kamu tidak tahu nama mereka, tetapi ingat wajah mereka, 'kan? Kebetulan sekali, kita memiliki dendam yang sama."

"Dendam yang sama? Apa kamu pernah berhubungan dengan Keluarga Rider?" Dirasa cukup untuk tidak takut, Ashley kembali memakan kue kering dengan santai.

"Bukan aku, tetapi anakku." Senyum sedih muncul di wajah Annie. "Dia berniat ingin bekerja, merasakan dapat penghasilan uang sendiri. Sudah banyak tempat dilamar, tetapi tidak ada panggilan sama sekali. Sampai saat itu, dia melamar ke rumah Keluarga Rider sebagai pelayan."

Tangan Annie bergerak sebagai sisir, menyisir rambut Ashley yang belum kering. "Berbulan-bulan aku menunggunya pulang, ternyata tidak diberi libur. Hubungan kami hanya bisa melalui ponsel. Pengawal Keluarga Rider mendadak datang dengan mengembalikkan barang-barang anakku. Kamu tahu apa yang terjadi?"

Ini hanya tebakan Ashley. "Anakmu ... dibakar hidup-hidup?"

"Dia melalukan sedikit kesalahan. Pengawal itu bilang, dia disiksa sampai kehabisan darah, lalu dibakar. Aku bahkan tidak diberi jasad anakku yang telah menjadi abu," lanjut Annie. Mata Annie sudah terlihat berkaca-kaca.

"Lalu, apa yang kamu lakukan?" Ashley menjadi penasaran. Seseorang yang dicintai berakhir sama, jadi Ashley perlu mengetahui hal tersebut.

Air mata yang hampir jatuh dari mata, langsung diusap menggunakan tangan. "Aku sudah lapor polisi. Akan tetapi, uang selalu menang daripada kewajiban seorang polisi. Maka dari itu, karena beruntung bertemu dengan orang sepertimu, aku ingin kita bekerja sama."

Akan menjadi menyulitkan untuk Ashley. Pasal, Ashley saja belum bisa mengontrol kekuatan abu, masih memiliki rasa takut, dan selalu memikirkan orang tua.

"Aku tidak tahu, bisa atau tidaknya bekerja sama denganmu. Orang tuaku bilang, aku harus bertumbuh dewasa sebelum bisa pergi ke sana." Bukan menolak, tetapi Ashley tidak yakin dengan tawaran tersebut.

"Memang benar. Kamu harus bertumbuh dewasa, kalau ingin masuk ke rumah Keluarga Rider. Apa kamu sudah tahu, apa saja kelebihan dan kelemahan dari kekuatan abu?" Annie mengajarkan seakan memiliki kekuatan abu.

Annie memang tidak memiliki kekuatan tersebut. Abu milik anaknya saja tidak diberikan. Akan tetapi, asal usul kekuatan abu juga pernah diceritakan oleh teman sekelas.

"Kelebihan kekuatan abu ... ada di hal mencuri dan menghilang." Jawaban Ashley ingin membuat Annie tertawa.

"Aku memang bukan pengguna kekuatan itu, tetapi akan kujelaskan. Menghilang sudah menjadi satu dengan konteks mencuri. Menghilangkan roti, lalu dibawa pergi." Annie mengungkit pencurian roti Ashley sebagai contoh. "Yang paling penting adalah membuat orang meninggal dengan cepat."

Mendengar kata meninggal, Ashley teringat akan insiden di serang abu tiba-tiba. Banyak abu mengelilingi para pengawal, hingga membuat wajah mereka menjadi merah keunguan.

"Buat organ pernapasan di dalam tubuhnya membusuk, sehingga tidak bergerak sama sekali. Itulah kelebihan sebenarnya," jelas Annie lelah bicara.

Kabar baik telah dikatakan, kini harus mendengar bagian buruk.

"Kelemahan abu adalah air. Kalau kamu menggunakan abu, lalu mengenai air baik disengaja atau tidak, maka abu itu tidak akan bekerja." Ashley mengangguk mengerti. Mudah untuk melakukannya. "Kalau kamu tiada di suatu hari, maka harus ada yang memakan abumu. Siapa pun itu. Bisa dari keluarga atau bukan."

Tiada di suatu hari. Suatu hari itu belum tentu sebentar, dan belum tentu lama. Kepada siapa Ashley akan memberikan abu? Tony? Jordi?

"Apa hanya aku saja yang memiliki kekuatan abu di sini?" Ashley berharap ada yang bisa mempercayainya, selain Annie. Jadi, Ashley bisa saja bercerita pada orang tersebut.

Annie menatap ke arah pintu, berpikir ada atau tidak. "Ada dua. Karena mereka tidak pernah menggunakan kekuatan abu, aku jadi hampir lupa. Mereka juga sama sepertimu, kehilangan orang tua. Akan tetapi, insiden yang mereka alami hanya sebuah kecelakaan. Namanya-"

Suara pukulan di pintu membuat dua orang yang asik bercerita terkejut. "Nenek, Michael dan Brandon bertengkar lagi."

Hembusan napas terdengar dari Annie. "Mereka memang tidak bisa akur. Aku akan segera kembali."

Daripada menunggu, lebih baik Ashley mengikuti Annie. Ashley ingin tahu siapa yang bernama Michael dan Brandon. Apakah di antara mereka ada yang memiliki kekuatan abu? Atau, mereka berdua yang memiliki kekuatan abu?

Satu laki-laki dengan rambut pirang, dan laki-laki rambut cokelat, sedang diomeli oleh Annie.

"Dia duluan, Nek!" Mereka berdua saling menunjuk satu sama lain.

"Nenek tidak ingin mendengar alasan apa pun. Saling bermaafan, lalu masuk ke ruang makan. Jangan lupa cuci tangan kalian. Sebentar lagi makan siang." Setiap hari, Annie harus mengurus mereka berdua yang nakal. Memang lelah, tetapi beginilah rasanya mengurus anak.

Ketika Michael dan Brandon memasuki rumah, tidak sengaja, mata mereka bertemu dengan mata Ashley.

Brandon tidak mengenali Ashley, jadi memilih untuk meninggalkan anak perempuan itu. Tidak seperti Michael. Kenal atau tidak, Michael selalu mendekati orang yang baru dikenal.

"Kamu anak baru yang datang tadi, ya? Rambutmu keren! Apa kamu mewarnai rambutmu?" Michael begitu senang dengan anak baru. Saking senangnya, Michael sampai membuat Ashley risih. Tangan Michael tidak bisa diam. Selalu menyentuh rambut Ashley.

"Michael!" Anak perempuan datang dengan memukul tangan Michael menggunakan kipas lipat. "Tidak dengar apa yang nenek suruh? Haruskah aku memanggil nenek untuk memarahimu?"

"Carla tidak menyenangkan." Michael pergi meninggalkan Ashley dan anak perempuan bernama Carla.

Carla. Anak perempuan itu terlihat sangat elegan. Dari pakaian dan gayanya sangat terlihat seperti orang kaya raya. Memang benar, Carla anak dari keluarga kaya raya, tetapi insiden buruk terjadi, sehingga membuat Carla dibawa ke kediaman Annie.

"Jangan khawatir. Michael memang selalu seperti itu. Oh, ya. Namaku Carla Stern." Kipas yang dipegang langsung dilebarkan. Angin sejuk pun keluar dari kipas yang digerakkan.

Ashley memberi senyuman. Ternyata, tidak semua orang kaya raya itu jahat. "Ashley Collins. Salam kenal."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status