Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)
***POV Ardan.Gilang berlalu tanpa bicara apa-apa lagi. Sedangkan Rumi keluar saat Gilang sudah pergi.
"Maaf, Tuan. Saya tidak sengaja sudah mendengar keluhan Tuan Gilang. Jika memang kehadiran saya membuatnya tidak nyaman, maka saya akan mengundurkan diri," ucap Rumi menunduk sedih.
Ditangannya masih menggendong Arti.
Aku menelan ludah getir. Pasti Rumi sangat terluka mendengar pengakuan Gilang tadi.
"Tidak, Rumi. Jangan diambil hati ucapan Gilang tadi. Dia hanya belum mengerti, saya mendukung perasaanmu," sahutku mencoba tersenyum.
"Terima kasih, Tuan. Saya cukup sadar diri. Saya tidak bisa lagi bekerja di sini. Mohon jangan menahan saya!"
"Rum, dengarkan saya dulu. Kamu tidak perlu mengalah begini. Masalah Gilang tak ada hubungannya dengan tugasmu." Aku masih berusaha membujuk Rumi.
"Saya tahu, Tuan. Tapi perkataan Tuan Gilang ada benarnya juga. Jika s
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Gilang.Kami sampai di rumah Kak Ardan.Rumi langsung bergegas masuk setelah pintu dibuka."Bagaimana kondisi Arti?" tanya-nya sambil berjalan ke arah kamar.Bahkan Kak Ardan mematung menatapku sambil menautkan alisnya.Rumi sudah tak terlihat, ia masuk ke dalam kamar Arti. Sedangkan aku dan Kak Ardan masih saling menatap di ruang depan."Kenapa Rumi secemas itu? Arti kan sudah sehat," ujar Kak Ardan."Hehe, maafkan Gilang, Kak. Gilang lupa bilang kalau Arti demam kemarin, dan bukan hari ini," paparku sembari menggaruk kepala yang tidak gatal."Jadi Tuan berbohong?" sambung Rumi membawa Arti dalam gendongannya.Aku menelan ludah getir. Kak Ardan malah tersenyum puas ke arahku."Bukan begitu, Rum. Saya cuma tidak mau Arti kehilang sosok sepertimu," ucapku tulus.Rumi terdiam, rona wajahnya menjadi merah."Ya sudah. Kalian
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Ardan.Sejak saat pernyataan mengejutkan dari Dokter Ayu itu, aku sudah tidak pernah bertemu dengannya lagi.Kata Mama, Dokter Ayu masih mengunjungi Arti, tapi aku pasti sudah tak ada di rumah.Aku memang tak mungkin bisa membalas perasaannya. Karena aku ingin berkumpul dengan Resti dia surga nanti. Aku tak mau menikah lagi. Biarlah Arti aku rawat sendiri."Maaf kalau saya lancang, Tuan. Boleh saya katakan sesuatu?" tanya Rumi."Rum, tak usah memanggil saya dengan sebutan Tuan. Kita sekarang sudah menjadi keluarga," ujarku."Hem, sudah terbiasa. Jadi biarkan saja, Tuan.""Terserah kau sajalah, Rum. Katakan, ingin bertanya soal apa?"Rumi terlihat ragu-ragu untuk bicara. Ia berulang kali mengatur napas."Sekali lagi maaf, tapi apakah Tuan tidak kerepotan mengurus Arti seorang diri tanpa pendamping?"Aku memejamkan mataku beberapa detik
.Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Rumi.Hari ini semua marah padaku, hanya karena aku mengungkit tentang sebuah perasaan.Apa salah?Aku hanya merasa peduli dengan kakak iparku, dan Dokter Ayu.Biar bagiamana pun aku tahu rasanya diabaikan.Eh, Tuan Ardan malah meneriakiku. Itu tak terlalu sakit. Namun, yang membuat aku sedikit pilu, iyalah sikap suamiku.Mas Gilang seolah mendukung sikap kakaknya. Dia pun bersikeras membela Nyonya Resti.Aku tahu, sangat tahu kalau Nyonya Resti baik dan sangat sempurna. Akan tetapi dia sudah tak ada.Apa salahnya memulai kebahagiaan yang baru?Aneh memang laki-laki zaman sekarang. Diawal angkuh, nanti ketika sudah luluh langsung meminang.Aku yakin Tuan Ardan akan bertekuk lutut di hadapan Dokter Ayu. Seperti Mas Gilang yang menolakku terang-terangan waktu itu.Sore ini aku berhadapan dengan suamiku.Ada
Judul: Memadu kasih (Pernikahan kedua suamiku)Part: 1.***"Saya terima nikah dan kawinnya Raya Selina binti Ridwan Gani dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.""Sah.""Sah.""Sah."Riuh terdengar di ruangan tamu rumahku ini. Ijab Qabul sudah terlaksana.Kini Mas Rio sah menjadi suami dari Raya. Tentunya Raya berstatus sebagai istri kedua."Han, kamu kuat banget menghadapi ini semua," bisik Luna, sahabat karibku.Aku hanya merespon dengan senyuman. Sesungguhnya hatiku terasa perih, tapi apa boleh buat? Aku tak berdaya menentang keinginan Mas Rio untuk menikahi Raya..Selesai sudah ritual pernikahan. Sekarang suasana di rumahku mulai sepi. Hanya ada aku, Mama mertua, se
Judul: Memadu kasih (Pernikahan kedua suamiku)Part: 2.***Malam ini aku tak bisa tidur. Bayangan Mas Rio yang sedang sekamar dengan Raya menghantuiku.Sungguh hatiku terasa nyeri dan pilu. Aku hanya wanita biasa, berbagi suami bukanlah hal mudah."Jadi itu alasan kenapa Mas selama ini sering bersikap dingin terhadapku?""Sekali lagi maafkan aku, Han. Aku dan Raya saling mencintai sejak lama. Saat itu, ketika kau datang memintaku untuk menikahimu status Raya dan aku masih berpacaran. Namun, Mama meyakinkan dan membujuk agar aku tak menolakmu. Mama selalu berdalih soal bakti. Jadi aku terpaksa menurutinya. Bukan cuma itu, Han. Aku juga sudah berusaha semaksimal yang aku bisa untuk mencintaimu sebagai istriku, tapi kenyataannya berkata lain. Raya adalah c
Judul: Memadu kasih (Pernikahan kedua suamiku)Part: 3.***Aku perlahan mundur dan menjauhi kamar Raya.Di dapur, aku menuangkan segelas air putih kemudian meminumnya hingga tandas.Napasku memburu seperti seorang yang sedang berlarian jauh.Air mataku mengalir begitu derasnya. Mungkin saat ini kedua mataku telah bengkak."Mbak, sedang apa di sini?" tanya seseorang membuat aku terperanjat kaget.Seketika aku langsung mengusap bulir bening yang mengalir di pipiku."Eh, a-anu ... aku haus, dan sedikit kurang sehat," ucapku menyembunyikan luka.Raya menatapku cukup lama. Ia mengamati seluruh tubuhku dari ujung kaki hingga ke ujung kepala.Aku risih diperhatikannya seperti ini.
Judul: Memadu kasih (Pernikahan kedua suamiku)Part: 4.***Siang harinya kedua asisten rumah tanggaku kembali.Bik Minah, dan Anaknya Tuti. Keduanya bekerja di sini dengan sangat baik selama ini."Nyonya, perempuan yang tadi membukakan pintu itu siapa?" tanya Tuti saat mengantarkan teh hangat ke kamarku."Kamu belum kenalan dengannya?" Aku balik bertanya dengan senyuman.Tuti menggeleng."Namanya, Raya. Cantikkan?""Iya, cantik. Jika dibandingkan dengan Nyonya, tetap cantikan Nyonya Hana," ujar Tuti.Tuti janda dengan 3 orang Anak, sudah setahun terakhir ini dia ikut bekerja di rumahku."Ah, kamu bisa aja. Saya mah banyak kurangnya," sahutku."Tidak. Nyonya Hana sem
Judul: Memadu kasih (Pernikahan kedua suamiku)Part: 5.***Cukup lama aku menunggu Mas Rio, tapi dia belum keluar juga dari kamar Raya.Akhirnya aku memutuskan untuk menyusul ke kamar. Aku hendak berpamitan kerja.Sampai di depan pintu kamarRaya, aku menyaksikan pemandangan yang menyesakkan rongga dada.Raya tengah memeluk Mas Rio begitu mesra.Ah, aku seharusnya tak boleh cemburu. Raya memiliki hak yang sama atas diri Mas Rio."Mas," lirihku.Pelukan Mas Rio perlahan dilepasnya. Suamiku itu menoleh ke arahku."Iya, Han.""Aku cuma mau berpamitan saja, Mas.""Baik, Han. Hati-hati di jalan. Hari ini aku sepertinya tidak jadi ke kantor. Karena aku dan Raya hendak meng