Persahabatan yang ternoda.Part: 46.***Dua bulan kemudian ....Layla dan Abraham semakin dekat, bahkan rasa itu sudah tumbuh di hati Abraham."Bu, jika aku ingin mempersunting Layla, apakah Ibu setuju?" tanya Abraham dengan ragu-ragu.Berkaca-kaca mata Mira, ia terharu sekaligus bahagia. Layla sudah akrab pula dengan dirinya. Bagaimana mungkin Mira tak merestui."Tentu saja Ibu setuju," sahut Mira senang.Abraham tersenyum sembari memeluk sang ibu. Rencananya lamaran akan dilakukan nanti malam. Jika Layla menerima, maka pernikahan segera dilangsungkan dalam waktu dekat.***Ketika hari mulai gelap, Abraham bersiap-siap dengan detak jantung yang semakin kencang.Gugup Abraham ingin menyatakan cinta pada seorang janda kembang. "Sudah siap?" tanya Mira mengedipkan sebelah matanya."InsyaAllah, Bu."Detik berikutnya mereka berangkat. Dua puluh menit perjalanan, akhirnya Abraham dan Mira sampai.Gemetar lutut Abraham ketika mencoba keluar dari mobil. Mira tertawa kecil menyaksikan keg
Persahabatan yang ternoda.Part: 47.***Setelah menikah, Layla tetap tinggal di rumah miliknya sendiri. Abraham mengalah, karena sang istri memiliki tanggung jawab atas toko besar yang dipunyai.Tak ada yang berubah. Sepasang pengantin baru itu masih memanggil dengan sebutan Tuan, dan Nona.Bagi yang mendengarnya akan merasa iri, karena sebutan itu terkesan unik dan romantis."Nona manis, hari ini ada kasus yang sangat besar. Seorang klien saya berasal dari kalangan bawah. Bahkan untuk menyewa jasa saya pun, ia menggadaikan sebuah surat rumah," ujar Abraham."Benarkah, Tuan? Kalau begitu dirimu harus semangat! Kalau boleh saya tahu, apa permasalahan yang sedang dihadapinya?" tanya Layla sambil memakaikan kancing baju sang suami."Bapak itu namanya, Pak Samsir. Beliau hanya seorang penjual ketoprak keliling. Saat Pak Samsir berjalan mendorong gerobak jualannya, tiba-tiba melaju sebuah mobil dengan kecepatan tinggi. Pak Samsir yang hendak menyeberang hampir terlindas, untungnya pengend
Persahabatan yang ternoda.Part: 48.***Semua yang berada di luar, menjadi masuk menemui Rama.Layla mencoba menghapus air matanya. Namun, Naomi lebih dulu menangkap tangan Layla.Perlahan Naomi menyentuh wajah Layla. Diusapnya mata yang sudah basah itu. Bukannya reda, tangis Layla malah semakin pecah."Lay, maafkan aku!" Naomi memeluk Layla.Semua beralih menatap ke arah mereka berdua.Kini Naomi dan Layla berbicara di luar. Abraham dan Dev juga turut menyusul."Apa dirimu benar-benar mau memaafkan saya?" tanya Layla.Mengangguk Naomi tanpa ragu, dan berkata. "Iya, Lay. Lupakan yang telah berlalu! Sekarang kita sudah memiliki kebahagiaan masing-masing. Jangan pernah membuatku menjauhimu lagi. Aku menyayangimu," ucap Naomi."Saya berjanji, tidak akan pernah kesalahan yang sama terulang. Teirma kasih, Naomi. Saya juga menyayangimu," papar Layla.Terharu Abraham dan Dev. Keduanya enggan mengganggu, hanya menatap dari belakang..Hari berlalu ....Kini kehidupan Layla sudah sempurna. Pe
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***Tiga tahun sudah pernikahanku dengan istriku, Resti Sutira. Anak pengusaha kaya raya.Aku dan Resti dijodohkan. Orang tuaku, dan orang tua Resti adalah sahabat serta rekan bisnis.Tak bisa aku menolak keinginan Ayah, Bunda saat itu. Lamaran dilangsungkan tanpa menunggu persetujuanku.Tiga tahun menjalani biduk rumah tangga, tak sekali pun Resti pernah bicara dengan suara yang tinggi melebihi nada suaraku. Resti adalah perempuan cantik dan lembut..Siang ini aku sedang di Apartemen milik Susi, kekasihku sejak dulu. Cinta dan hatiku masih untuknya."Mas, kapan dirimu akan menikahiku? Tak mau aku kalau terus-terusan bertemu secara sembunyi seperti ini. Lagi pula tak bisa kita tidur bersama. Aku sudah tak tahan," ucap Sus
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Resti.Aku merasakan kegelisahan suamiku malam ini. Ia tak tidur, bahkan terus memainkan ponselnya.Ketika suamiku ke kamar mandi, aku bergegas bangun, dan mengecek ponselnya yang selama ini tak pernah aku sentuh sama sekali.Ponsel itu terus bergetar hingga membuatku penasaran.Susi:pokoknya aku tak mau tahu, Mas! Secepatnya dirimu harus mengambil keputusan untuk kelanjutan hubungan kita.Degh!Siapa Susi, aku terus membaca percakapan lama, ternyata Susi adalah kekasih suamiku.Tak bisa aku berlama-lama memainkan ponselnya, karena Bang Ardan pasti akan kembali.Aku menaruhnya dan sengaja meninggalkan dengan pesan yang terbuka. Mata aku pejamkan lagi.Beberapa saat, Bang Ardan naik ke atas ranjang dan memeriksa ponselnya.Degup di jantungku terasa begitu dahsyat. Bagai dihujan
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Ardan.Saat aku tengah duduk bersantai di dalam kamar Apartemen milik Susi, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu sambil mengucap salam.Aku mendengar suaranya seperti tidak asing bagiku.Susi membukakan pintu, dan Susi berkata. "Kamu Resti, bukan?"Ponsel yang aku pegang, sontak jatuh ke lantai. Kemudian aku mencoba meraih kembali dan menjenguk ke luar.Ternyata benar, Resti yang datang. Ia meminta izin untuk masuk, dan Susi mempersilakan.Entah dari mana istriku tahu aku di sini.Setelah duduk di dalam, kini aku berkata jujur, dan tak disangka, tanggapan Resti masih sangat lembut dan sabar. Ia meminta maaf, dan mencoba mengingatkan aku tentang takdir Allah.Aku terharu, hatiku bergetar. Namun, cintaku pada Susi tak bisa lagi aku sembunyikan."Bagaimana keputusanmu, Dek? Apakah dirimu mau menerima Susi sebagai
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***Cukup lama aku dan Resti berada di panti asuhan. Semua yang ada di sini bersikap sangat ramah. Aku merasa nyaman.Setelah itu, aku dan Resti menuju pulang ke rumah.Dalam perjalanan Resti memintaku untuk berhenti."Bang, kita makan di sana saja yuk! Kalau Resti memasak, nanti Abang menunggu lama," ucapnya dengan lembut."Baik, Dek."Aku menepikan mobilku. Selama ini tak pernah istriku meminta diajak makan di luar. Sesekali tak apalah aku menuruti keinginannya.Toh dalam sebulan lagi aku akan mendapat izin darinya untuk menikahi Susi, wanita yang sangat aku cinta.Kami duduk di meja paling sudut. Restoran ini cukup mewah dan memberikan suasana tenang. Setiap meja berjarak cukup jauh dari meja yang lain.Entah kenapa, aku merasa salah tingkah."Dek, tumben makan spageti," ucapku sambil mengerutka
.Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***Aku berlari masuk ke dalam kamar Apartemen.Pintu tak dikunci, aku langsung menerobos masuk.Terlihat Susi sedang tersenyum mentapku penuh dengan kemanjaan."Susi, tadi katamu sedang sakit," ucapku sambil mengerutkan kening.Susi bangkit dari duduknya, kemudian ia berjalan ke arahku. Diraihnya tanganku dengan lembut, dan berkata. "Kalau tidak bilang begitu, pasti Mas tidak akan datang. Aku tahu, Mas adalah tipe yang tak suka mengingkari janji."Jadi Susi berbohong demi bisa membuatku mengingkari janjiku pada Resti?"Ini tidak lucu! Mas tak suka dipermainkan seperti ini!" hardikku.Ini adalah pertama kali aku berucap dengan nada tinggi pada Susi.Entah kenapa, hatiku terasa kesal. Walaupun aku tahu, Susi melakukannya hanya untuk bertemu denganku."Mas, jangan marah! Aku cuma ....""Cukup!"