“Kamu bercanda, 'kan? Nenek berulang tahun yang ke-78 hari ini. Apa kamu mau bilang kalau kamu sembarang memberikan kado untuk Nenek?”
Dani pun melangkah ke depan meja tamu yang terdapat banyak kado mahal-mahal bertumpukan di sana.
Dilihat secara sekilas pun, semua orang tahu kado-kado itu tampak berharga mahal dibandingkan dengan kado pemberian Radit. Jelas, seperti langit dan bumi!
“Coba lihat! Apa yang aku berikan kepada Nenek tercinta?" kata Dani dengan sombong, "coba tebak berapa harga teh ini? Harganya 800 dolar. Tentu saja, kamu tidak tahu berapa nilainya kalau dirupiahkan, 'kan?"
Dani membanggakan kado pemberiannya. Dia berharap Radit merasa malu.
“Hahaha ... iya bagus,” jawab Radit sambil tertawa terpaksa.
Dia melirik istrinya. Istrinya sudah memperingatkan untuk tidak banyak bicara. Pepatah diam itu emas seolah berputar-putar di kepala Radit.
Lagi, Dani ingin menunjukkan kehebatan dirinya di depan keluarga besar Tan.
Dia pun lanjut berkata, “Kamu pasti tahu, 'kan? Ampas dari teh ini saja pasti lebih mahal dan berharga dibandingkan kado pemberianmu! Hahaha ... ”
Radit hanya menanggapi celoteh dani dengan tertawa ringan.
Dirinya tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Situasi di ruangan itu mulai penuh dengan ejekan dan bully-an terhadapnya.
Walaupun Melly bertekad tidak mencampuri urasan suaminya, suka tidak suka, Radit tetep suaminya dan masih memegang akta pernikahan yang sah secara hukum dan agama.
Walaupun selama tiga tahun menikah, Melly tidak pernah mengizinkan suaminya untuk menyentuhnya (bahkan sehelai rambut pun tidak pernah, apalagi hubungan suami istri?), tetapi kali ini suaminya dipermalukan dengan sangat kelewatan dan dia tidak dapat membiarkan itu terjadi.
“Sudahlah Dani, itu kan uangmu. Terserah kamu mau membelikan kado apapun buat Nenek. Tidak perlu pamer dan merendahkan Radit sampai segitunya,” ujar Melly dengan ekspresi marah.
Radit yang melihat kejadian itu tidak percaya. Untuk pertama kalinya dalam tiga tahun pernikahan mereka, istrinya itu membelanya! Muka bahagia terukir di wajah Radit.
“PAMER? Mell, kamu keliru! Kenapa aku harus pamer di depan orang yang tidak berguna seperti Radit, suamimu yang kau banggakan ini? Kupikir suamimu ini tidak menganggap ulang tahun Nenek sebagai hari spesial. Sudah tidak punya perhatian, tidak punya uang juga untuk membeli kado! Kamu tahu tidak sih bagaimana menolong suami sampahmu ini? Atau kamu juga sama saja dengan dia? Tidak menganggap ulang tahun nenek sebagai hari spesial, hah?” ujar Dani berkata dengan nada mengejek.
“KAMU ... ” Muka melly merah menahan amarahnya karena mendengar dirinya juga diremehkan oleh Dani.
Dalam hati, dia juga membenarkan perkataan Dani. Keluarganya adalah keluarga yang paling tidak mampu di keluarga Tan. Sudah pasti tidak sanggup membeli kado yang mahal seperti pemberian Dani.
Seketika, Radit melangkah ke depan meja menengahi Dani dan Melly sambil mengambil kado pemberian Dani. Radit mengendus aroma dari tehnya.
"Apa yang kamu lakukan? Kado itu sangat mahal dan berharga bagi Nenek! Kenapa sampah sepertimu mengotorinya?" ujar Dani marah.
Radit mengerutkan keningnya lalu berkata, “Biasanya, semakin lama tehnya beredar di pasaran, baunya akan semakin harum dan harganya semakin mahal. Tapi, sayangnya banyak penjual yang melakukan penipuan dengan mempermainkan harga dan menjualnya kepada orang kaya bodoh yang tidak mengerti teh.”
“Teh ini ada dua jenis di pasaran: yang mentah dan yang sudah diuapkan atau dimasak. Teh yang kamu bawa ini warnanya kehijauan dan gelap. Biasanya sih, teh mentah kurang harum dan kurang enak dibandingkan teh yang sudah dimasak sebelum dipasarkan. Ditambah lagi, teh mentah rata-rata punya kafein yang akan menyebabkan diare dan gangguan pencernaan. Butuh waktu lama teh mentah untuk bisa dinikmati! Semakin lama umur teh itu, semakin rendah kadar kafein yang terkandung di dalamnya.
“Tapi, teh pemberianmu ini sepertinya hasil dari pembajakan atau penipuan! Dibuat seolah-olah sudah lama diproduksi. Hati-hati! Bisa jadi setelah Nenek meminumnya, justru akan menimbulkan masalah bagi kesehatan Nenek,” kata Radit dengan percaya diri,“aku memang sampah, tapi rasanya dirimu pun tidak jauh lebih baik dariku. Kamu sengaja memberikan nenek kado yang akan membuat kesehatannya tergangu, 'kan? Sepertinya aku salah, bahkan kau jauh lebih hina dariku.” Radit menunjuk Dani dan suasana di ruangan itu tiba-tiba menjadi hening seketika. “Dasar Brengsek! Nenek sudah berhenti meminum teh dalam tiga tahun terakhir. Masa aku sampai rela menyakitinya?”Dani berkata dengan muka pucat dan panik. Dirinya ingin menjelaskan, tapi hal itu bisa membuat semua orang mengir
Beberapa orang mengharapkan wanita tua ini cepat meninggal supaya mereka bisa mendapatkan kekayaannya. Tapi sayangnya, wanita tua ini masih sehat wal'afiat. Oleh sebab itu, keinginan mereka tidak bisa terwujud dalam waktu dekat. “Nenek, Dani memberimu hadiah teh. Mungkin nenek bisa melihat apakah teh ini asli atau palsu?” ujar Melly sambil melirik Radit. Dirinya tidak terlalu memahami apa yang sedang terjadi, namun rasa percaya pada suaminya mulai muncul. Dalam hatinya, Melly berharap suaminya tidak membuat kebohongan dan benar-benar memahami teh. Mendengar Melly, raut muka Dani mulai menunjukkan kepanikan. Orang lain mungkin tidak tau apakah teh ini asli atau palsu. Akan tetapi, Nenek yang sudah meminum teh selama bertahun-tahun sudah pasti mengerti. “Apa benar? Coba tolong bawakan ke sini teh itu,” ujar Nenek, Kepala Keluarga Tan. Dani yang tampak bersalah menyerahkan teh tersebut dengan muka panik Melly yang ingin suam
Sambil menundukkan kepala, Radit lalu berkata, “Maafkan aku.“ Dany tersenyum dan berbisik ditelinga Radit, ”Apa menurutmu Nenek tidak bisa membedakan tah asli dan palsu? Aku adalah cucunya dan kamu hanyalah cucu menantu yang tidak berguna. Bahkan jika teh itu palsu, dia akan tetap membelaku sebagai cucunya.” Nada suara Dani yang bangga itu terdengar kasar bagi Radit. Tapi, nenek memang benar menolak untuk melihat kenyataan. Nenek memilih untuk menutupi kebenaran bahwa teh itu asli. Radit tidak dapat berbuat apa- apa. Kejadian teh ini tidak hanya membuat status Radit di Keluarga Tan semakin rendah. Dia sudah dianggap sampah bagi Keluarga Tan dan semua orang sebelumnya.Hanya saja bagi Melly, kejadian ini sulit diterima karena Radit mempermalukannya. Ketika Melly sudah tenang, dia menemukan inti masalahnya keaslian teh itu tidaklah penting sama sekali. Yang penting adal
Hal ini membuat beberapa wanita muda yang belum menikah tampak sangat gembira. Meski tidak tahu siapa yang melamar, tapi pria ini pasti berasal dari keluarga kaya raya. Mereka mulai memikirkan hal-hal yang indah. Wajah Melly seketika pucat karena dia adalah satu-satunya wanita di keluarga Tan yang sudah menikah. Dirinya sudah tidak punya kesempatan lagi. “Saya hanya diminta untuk mengantarkan hadiah-hadiah ini. Hanya itu saja.” Pembawa hadiah itu datang dan pergi dengan cepat, tanpa meninggalkan informasi apapun. Semua orang melihat kearah tumpukan hadiah itu dengan tatapan penuh harap, terutama kalung emas giok dan uang tunai 1 milyar rupiah. Jika putrinya yang dihargai dengan uang sebanyak itu, bukankah ibaratnya mereka akan terbang hinggap kecabang dan menjadi keluarga kelas atas? Keluarga Tan akan terangkat derajatnya! “Sudah pasti hadiah-hadiah ini untukku. Aku kan wanita tercantik di keluarga ini,”
Keluarga Tan berkecimpung dalam bisnis bahan bangunan dan sudah menjadi hal biasa untuk pulang-pergi ke lokasi konstruksi. Alasan mengapa semua tugas ini menjadi tanggung jawab Melly memang karena keluarga mereka memiliki status terendah di Keluarga Tan. Dirga tidak bisa menyembunyikan pesaaan sakit hatinya . Dia tahu hal itu karena dia yang paling tidak berguna. Itu sebabnya Radit diserahkan kepada mereka. Tapi, Dirga tidak peduli dengan perceraian. Ibunya lebih suka membiarkan Melly dan Radit menjadi orang yang tidak berguna selama sisa hidupnya dibandingkan menanggung malu karena sumpah yang dilanggar. Pernikahan itu saja sudah menjadi bahan candaan di tahun itu. Tiga tahun kemudian, kejadian ini sudah berangsur-angsur mulai dilupakan. Jika perceraian terjadi, tentunya akan dijadikan bahan candaan setelah kejadian teh ini. Bagaimana mungkin hal itu akan dibiarkan terjadi? Radit yang sudah berjalan ke pintu, mendengar teriakan dari r
**Keesokan harinya di sebuah Kamar Hotel Batavia** Di seberang Radit, duduk seorang wanita dengan make-up sempurna, menggunakan perhiasan berlian, dan menunjukkan keanggunan wanita dalam setiap pergerakannya. "Radit, Ibu senang kamu bersedia datang," kata wanita bernama Diana, Ibu Radit. Sudah hampir empat tahun tidak bertemu ibu kandungnya, Radit tidak memiliki perasaan apa pun di hatinya. Dia bahkan tidak mau langsung menatap mata sang Ibu. “Siapa yang mengira kalau putra bungsu keluarga Asra yang terabaikan suatu hari nanti akan berguna? Ibu tidak mengharapkannya, mungkin juga aku,” Radit mengangkat sudut mulutnya dengan senyum tipis. “Radit, Ibu tahu apa yang terjadi tiga tahun lalu sangat tidak adil bagimu. Namun, nenekmu sudah memutuskan hal ini. Ibu tidak bisa berbuat apa untuk mencegahnya,” Diana berkata dengan suara bergetar. Radit menggelengkan kepalanya dan berkata, “TIGA TAHUN? Jadi, di mata ibu ketidakadilan yang ak
Sayangnya, keberuntungan mereka tidak memihak pada mereka karena ketika keluarga Tan datang untuk menawarkan kerja sama, mereka langsung ditolak. Bahkan RM Property menolak siapapun yang berminat bekerja sama dengan mereka. Pada hari ini, seluruh anggota keluarga Tan datang dan mengadakan rapat internal di perusahaan. Duduk di Dewan Direksi, Nenek dari Keluarga Tan memandang semua anggota keluarganya dengan tajam dan berkata, "Kali ini, kita punya banyak saingan. Namun, kalian harus sadar satu hal. Jika kita bekerja sama dengan RM Property, kita akan mendapatkan banyak manfaat. Mungkin kita bahkan dapat menjadikan keluarga Tan menjadi keluarga kelas satu di JakSel. Jadi, kita tidak boleh melewatkan kesempatan ini.” “Ibu, kita semua sudah mencobanya. Kita bahkan belum pernah melihat pemilik dari RM Property.” "Ya, saya juga tidak tahu siapa mereka sebenarnya.” “Tampaknya, Keluarga Asra yang memberikan kita mas kawin bukanlah Keluarga Asr
Mata Dani berbinar. Dia akan menggunakan kesempatan ini nantinya untuk menendang Melly dan keluarganya dari daftar pewaris Keluarga Tan. Meskipun keluarga Melly dianggap rendah, mereka masih bagian dari keluarga Tan. Jika nanti Nenek meninggal, keluarganya pasti masih mendapatkan warisan dari keluarga besar. Namun, hanya ada bebearapa orang yang benar-benar bisa mencoret nama keluarga Melly dari daftar penerima warisan. Tentu saja, salah satunya adalah Nenek. “ Melly! Karena kamu sendiri yang mengatakannya, bagaimana kalau kamu nantinya tidak bisa melakukan tugas ini?” ujar Dani memancing jawaban yang dia inginkan dari sepupunya itu. Melly sebenarnya menyesal sudah mengatakannya. Namun, jika dia mengakuinya, Melly pasti akan menjadi bahan tertawaan kembali. “Kalau kamu bisa melakukannya, aku akan membawakan teh dan memanggilmu Kakak Melly. Tapi, kalau kamu tidak bisa melakukannya ... maka keluarlah dari keluarga besar Tan, bagaimana?" pa