Share

124. Satu Malam Bersama

Perjalanan ke Bandung masih lama. Ada yang berat di pangkuan, tapi Nadya tak bisa mengatakan jangan.

Memandang dari dekat wajah pucat Pramono, hangat kembali merebak di kedua matanya dan nyaris menitik. Nadya menahan dengan menggigit bibir yang bergetar itu. Lalu seperti itu belum cukup, satu tangannya terangkat begitu saja, menutupi dengan punggung tangan agar jangan sampai terdengar isak.

Ada yang mengganjal besar di dada. Menghadirkan penyesalan mendalam, namun dia tak tahu yang mana. Nadya merasa melakukan begitu banyak salah pada laki-laki itu dan keluarganya. Mempermalukan nama baik orang tua dengan perilaku yang tak bisa dimaafkan.

Dari kaca spion, Nadya sempat menangkap Mardi mencuri pandang. Tentu saja, orang baru macam apa yang berhasil mendapatkan kata rindu dari atasannya, jika bukan seseorang yang dikenal baik? Bahkan mungkin sangat baik.

“Pak, saya butuh penurun panas. Bisa minta tolong belikan di apotek sebentar?” Nadya memandang laki-laki di jok kemudi dari pantulan ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status