Cerita penduduk tentang keangkeran hutan bunian ternyata mitos belaka. Mereka melewati hutan itu dengan lancar tanpa ada bunian yang memberhentikan mobil untuk menumpang ke kota atau sekedar tebar pesona.
Atau tidak ada bunian yang tertarik kepada mereka sehingga enggan untuk menampakkan diri? Bunian tahu yang mengendarai mobil ini adalah Fredy Erlangga, seorang pemuda yang berharap dapat bercinta dengan makhluk selain manusia."Giliran ditunggu-tunggu tidak muncul," kata Fredy kecewa. "Atau semua itu cuma omong kosong?"Malam ini adalah malam yang seharusnya mereka muncul. Penduduk sampai tidak ada yang berani lewat setelah malam tiba, saking santernya cerita itu."Mereka ngeri melihatmu," ujar Jaka tersenyum. "Jadi tidak berani muncul.""Wajahku seram ya?""Kelewat keren. Jadi mereka tidak percaya kalau kamu manusia.""Aku tahu kamu lagi bicara tentang diri sendiri. Kamu tidak pantas jadi anak petani."Aku memang bukan anak petani, sahut Jaka dalam hati. Aku anak saudagar kaya yang hartanya disedekahkan kepada ayahmu untuk menghindari perjanjian leluhur. Tapi aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya karena kamu tidak tahu apa-apa.Jaka dan Fredy adalah dua anak muda yang memiliki kepribadian bertolak belakang. Mereka tidak takut bertemu dengan makhluk bunian, tapi Jaka tidak berhasrat untuk bercinta dengannya, sementara Fredy sudah terobsesi semenjak dewasa. Ia bahkan menunggu kedatangan utusan dari kerajaan jin untuk menjemput. Maka itu ia berpakaian seperti pangeran.Jaka berpakaian ala putera mahkota karena dibelikan Nabila model begitu. Jadi tidak ada pilihan. Ia tidak mungkin mengenakan pakaian yang ada di rumah, pesta ulang tahun pacarnya dihadiri kalangan borjuis."Sejujurnya pesonamu tidak bisa disembunyikan dengan memanggul cangkul," puji Ambu selesai berdandan tadi. "Mutiara tidak hilang kilaunya meski mandi lumpur.""Jadi keinginan Ambu untuk membuat aku jelek gagal malam ini.""Aku hanya ingin anakku terlepas dari perjanjian."Ambu seharusnya bangga mempunyai menantu seorang puteri kerajaan. Kehidupan keluarga Paman Wikudara meningkat pesat sejak terpilih menjadi sang pangeran. Kepergiannya membawa berkah. Tapi Ambu lebih baik kehilangan semua harta daripada kehilangan anak semata wayang.Jaka sebenarnya memiliki adik dua, tapi mereka meninggal waktu usia 5 dan 6 tahun. Barangkali orang tuanya trauma untuk mempunyai anak lagi. Kematian itu tidak perlu terjadi andai mereka tidak meninggalkan kota dan harta. Penanganan dokter jauh lebih memberi harapan dibanding dukun. Kelap-kelip lampu yang membingkai nama hotel menyambut kedatangan mereka di pelataran lobi. Jaka turun dari dalam taksi, kemudian taksi melaju lagi menuju ke tempat parkir di basement.Penerima tamu menuruni anak tangga lobi dengan langkah gemulai. Jaka kira dua perempuan cantik itu datang untuk menyambutnya, ternyata mereka melewatinya. Ia yang sudah bersiap-siap jadi melongo.Sebuah mobil mewah keluaran terbaru berhenti di pelataran. Sopir segera keluar dan membukakan pintu belakang. Seorang pria berpenampilan gagah turun dari dalam mobil.Gadis cantik itu ternyata tidak tertipu oleh casing. Mereka tahu mana orang miss queen dan mana crazy rich. Senyum dan rasa hormatnya seakan bermata.Semua orang mengira pria itu adalah bangsawan terkemuka di kota ini, padahal seorang patih dari kerajaan jin yang menyamar. Mahameru dikawal oleh tiga prajurit pilihan, yaitu Brajaseta, Artasena, dan Linungga. Mereka adalah komandan pasukan kerajaan.Utusan kerajaan itu mendapat kabar para bangsawan kota berkumpul di hotel bintang lima ini. Klan Bimantara juga hadir. Barangkali calon pangeran ada di antara tamu undangan. Malam ini mereka harus berhasil menjalankan titah baginda ratu.Padahal orang yang dicari ada di depan mata, bahkan tersenggol oleh Mahameru. Pria itu tidak berusaha untuk minta maaf. Arogan sekali. Ia berjalan menaiki anak tangga lobi dengan gaya bangsawan nomor satu di kota ini.Jaka jadi keki. Ia menyentuh bahu Linungga yang berjalan paling belakang. "Bro, bosmu saudagar barang pecah belah ya?""Kok tahu?""Mukanya kaku kayak tempayan."Mahameru tidak terpancing. Ia tahu bangsa manusia hobi bullying, sesuatu yang sangat tabu di negeri jin, bisa perang antar bangsa. Hobi yang lagi trending di negerinya adalah mancing mania dengan caddy cantik.Brajaseta yang temperamental datang menghampiri, dan bertanya, "Anda ngomong apa tadi?"Jaka menjawab tanpa rasa takut sedikitpun, ilmu bela diri klan Bimantara cukup untuk menghadapi cecunguk macam begini, "Muka bos kalian hancur kayak tempayan pecah.""Apa itu tempayan?"Jaka usap-usap kepala. "Kalian manusia apa jin tidak tahu tempayan?"Jaka bengong melihat mereka pergi meninggalkannya. Baru kali ini bangsawan tidak tersinggung dibilang jin. Padahal ia sudah siap-siap minta maaf dengan alasan khilaf.Mahameru dan ketiga pengawalnya dipersilakan masuk dengan ramah oleh security yang berjaga di pintu. Giliran Jaka hendak masuk, security menahannya. "Maaf, Anda tidak boleh masuk."Jaka kaget. "Loh kenapa? Saya bawa kartu undangan.""Saya hanya menjalankan tugas. Tolong hargai saya.""Anda mestinya hargai saya," balik Jaka kesal. "Saya ini pacar gadis yang merayakan ulang tahun.""Saya hanya menjalankan perintah.""Perintah siapa?""Aku," jawab Dirgantara sambil muncul di pintu dengan wajah angker. Beliau adalah papinya Nabila. "Kamu tidak layak ada di pesta anakku."Jaka jadi mati gaya. Di pesta ini ia sebetulnya ingin menghindari pertemuan dengan komandan herder. Gonggongannya bikin panas kuping. Pria itu sengaja memelihara beberapa herder untuk memburunya jika nekat berkunjung ke rumah. Maka itu ia sebut komandan herder."Tidak tahu malu datang ke pesta dengan baju dari anakku," dengus Dirgantara sinis. "Jadi sopirnya saja kamu tidak pantas." Pria itu juga menggaji beberapa herder untuk mengintai gerak-gerik anaknya. Nabila sudah sembunyi-sembunyi pesan baju di butik secara online dan dikirim lewat paket, tapi masih terendus juga."Saya sebenarnya tidak tertarik menghadiri pesta puteri bapak," kata Jaka mencoba menahan malu dari jilatan mata tamu yang hendak masuk. "Nabila memaksa saya untuk datang.""Dan aku memaksa kamu untuk pergi."Setiap perlakuan Dirgantara sangat menyinggung harga diri. Ia pasti sudah mengabsen penghuni kebun binatang kalau bukan di tempat umum. Cinta berbeda kasta sungguh berat perjuangannya."Apa yang membuatmu masih berdiri di situ?"delik Dirgantara. "Lekas pergi."Nabila muncul dari dalam dan menegur ayahnya, "Papi apa-apaan sih? Bikin malu saja.""Kamu bikin malu," sergah papinya. "Anak gembel diundang. Kamu sudah merendahkan tamu lain.""Ini pestaku! Aku berhak mengundang siapa yang kumau!""Kalau bicara soal hak, maka kamu juga harus bicara hak orang yang membayar semua ini.""Baik! Silakan Papi berpesta dengan teman-teman Papi! Aku pergi!" Nabila berjalan ke luar pintu lobi dan mengajak Jaka pergi. "Kita rayakan berdua di tempat lain."Jaka menolak. "Tempatmu di sini.""Di sini kamu cuma dapat hinaan!""Karena tempatku bukan di hotel berbintang.""Maka itu kita pergi."Jaka memandangnya dengan lembut. "Kamu masih cinta aku?""Buat apa kamu tanya itu?""Kamu lanjutkan pestamu, biarkan aku pulang."Mata Nabila berkaca-kaca. "Kamu jangan pulang.""Ya sudah, aku tunggu di luar." Jaka menyerahkan buket bunga yang dipegangnya. "Happy birthday.""Terima kasih." Nabila mengecup kuntum bunga dengan haru. "Kamu petik di halaman rumah ya?""Aku tidak cukup uang untuk membeli."Dirgantara kelihatan sangat muak mendengar obrolan mereka."Masuklah," pinta Jaka. "Bersenang-senanglah di dalam."Nabila belum beranjak juga dari tempatnya. Ia memandang kekasihnya dengan air mata mengalir pedih.Dirgantara kehilangan sabar. Ia menarik puterinya masuk ke dalam lobi sambil berkata, "Acara segera dimulai."Jaka memberi isyarat agar jangan membantah. Nabila pergi dengan berat hati. Tamu undangan membuntuti mereka.Tinggallah Jaka sendiri terduduk lemas di pagar lobi merenungi nasib.Mahameru keluar dari dalam lobi dan duduk di sisinya, kemudian berkomentar, "Purnama tertutup mega seakan bersedih melihat seorang laki-laki tercampakan."Jaka tersenyum kecut. "Lumayan puitis juga. Aku kira orang kaku macam Anda tidak punya kata-kata manis.""Aku bisa membawamu masuk sebagai tamuku.""Pasti ada syaratnya.""Aku sudah tanya semua tamu yang ada di dalam, tidak ada yang tahu orang yang kucari. Tinggal kamu belum ditanya. Apa kamu pernah dengar orang yang bernama Jaka Agusti Bimantara?""Aku sendiri."Mahameru terdiam sejenak, kemudian berkata, "Purnama semakin bersedih.""Kenapa?""Tampangmu kayak pangeran, otakmu kayak keran ... bocor." Mahameru bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Jaka. "Sekalian saja bilang kalau kau adalah Jaka Slebor.""Lah, itu sebutan tetanggaku."Taksi meluncur keluar dari basement dan berhenti mendadak di pelataran lobi. Jaka yang duduk bersandar ke pagar lobi menengok.Dari balik kaca jendela yang terbuka perlahan muncul kepala Fredy dan berteriak, "Cepetan naik! Kita harus segera pergi!""Aku menunggu acara selesai," sahut Jaka santai. "Sebentar lagi Nabila keluar."Ia tidak mau pulang sebelum pacarnya muncul. Nabila pasti kecewa."Aku sudah ngomong sama Nabila!" seru Fredy. "Ia minta kamu untuk segera pergi!"Jaka terpaksa menghampiri dan masuk ke dalam mobil. Belum juga ia sempat memasang sabuk pengaman, taksi sudah melesat separuh terbang meninggalkan pelataran lobi.Fredy mengendarai taksi dengan kencang. Melalap habis kendaraan yang memadati jalan raya. Sulit merangsek maju lewat jalur kanan, menyalip lewat jalur lambat. Masa bodoh dengan bunyi klakson yang terdengar sengit dari mobil lain."Kamu nyopir kayak dikejar setan," keluh Jaka. "Kalau begini caranya, bukan segera sampai ke rumah, tapi mampir di rumah sakit.""A
Mereka berhenti mendorong taksi setelah tiba di pinggir jalan sehingga tidak mengganggu lalu lalang kendaraan, jika ada. Malam begini kemungkinan kecil kendaraan berani lewat jalan ini."Perlu bantuan apa lagi?" tanya Jaka. "Asal jangan minta pijat plus plus.""Sudah pergi sana," jawab Fredy. "Jangan iri kalau cover girl bunian mengajakku kencan.""Aku pulang dulu ya. Hati-hati." "Kamu juga.""Bunian kayaknya berani muncul kalau kita pisah, ia tidak bingung pilih yang mana. Ada yang lebih ganteng tapi kere." Jaka berjalan meninggalkan tempat itu."Semoga ia mendatangi aku, lumayan buat menghangatkan badan," kata Fredy sambil duduk beristirahat di kabin. Lumayan menguras tenaga juga mendorong mobil ke sisi jalan. Apes sekali malam ini, pertama kali jadi sopir taksi ban kempes di tengah hutan.Jaka sebenarnya tidak tega meninggalkan Fredy sendirian. Ia merasa tenang karena di hutan ini tidak pernah terdengar ada perampokan. Barangkali keangkeran hutan ini membuat mereka ciut nyalinya.
Ratu Nusa Kencana terbangun dari tidurnya. Ia beranjak turun dari pembaringan. Biasanya ada petunjuk penting di Cermin Mustika jika ia terjaga secara mendadak.Ia segera berjalan ke tempat cermin ajaib berada untuk mengetahui apa yang terjadi. Mungkinkah pemberontak itu berhasil menguasai wilayah barat padahal sudah dikirim beberapa ratus prajurit tambahan?Ratu Nusa Kencana terkejut bercampur bahagia manakala di cermin terpampang seorang pemuda yang duduk bersandar di kursi taksi seperti kebingungan. Tapi mengapa ia membawa teman? Sudah pasti ia bukan menunggu dijemput!Baginda ratu sebenarnya ingin menggunakan ajian Sambung Kalbu untuk menghubungi Patih Mahameru karena lebih praktis, tapi kuatir patih itu berada di keramaian sehingga mengundang kecurigaan manusia. Ia terpaksa berkomunikasi lewat gadget."Engkau berada di mana?" tanya Ratu Nusa Kencana setelah tersambung."Hamba baru masuk ke sebuah diskotik, Gusti Ratu." Terdengar suara Patih Mahameru di speaker gadget. "Lagi mengama
Fredy mengemudikan taksi dengan kencang. Taksi meluncur mulus di jalan raya seolah semua ban normal. Ia tambah kecepatan, mobil tidak mengalami guncangan sedikitpun, padahal melewati jalan berlubang. Ia heran."Aku sempat lihat sebelum berangkat ban masih kempes," cetusnya. "Keanehan apa lagi ini?""Keanehan kalau menyenangkan patut kita syukuri," kata Jaka. "Jadi jalan saja terus."Ia tidak peduli dengan segala keanehan yang terjadi. Yang penting cepat sampai di rumah. Malam sudah menjelang fajar. Abah dan Ambu pasti gelisah menunggu. Sangkaan mereka pasti ia dijemput utusan dari kerajaan, padahal terjebak di hutan sialan ini."Mobil jalan kan?" tanya Fredy."Terbang juga bodo amat.""Maksudnya tidak bergerak di tempat.""Kamu lihat pepohonan terlewati, berarti taksi ini tidak bergerak di tempat.""Kamu tidak merasakan sesuatu yang ganjil?""Nikmati saja keganjilan ini. Tidak usah banyak berpikir."Jaka sudah lelah memikirkan kejadian malam ini. Mereka banyak mengalami peristiwa yang
Sebuah bangunan besar bertingkat terbuat dari kayu langka terlihat sangat indah dengan lampu lampion bermodel unik dan antik. Di pelataran terdapat pendopo memanjang dengan sekat-sekat kecil untuk menambatkan kuda, dan saat itu sudah terisi semua.Pondok Cinta, begitu pengunjung menyebut penginapan itu. Satu-satunya rumah bordir yang ada di wilayah barat. Di penginapan ini bukan hanya tersedia layanan kebutuhan batin, tamu bebas untuk berjudi dan pesta tuak semalam suntuk, asal tidak membuat keributan. Jika ada yang berani berbuat onar, beberapa penjaga berilmu tinggi siap untuk mengusir.Jadi pondok itu aman untuk tamu yang sekedar singgah buat mengisi perut atau beristirahat setelah menempuh perjalanan jauh.Beberapa kamar disediakan untuk pengelana rimba, begitu mereka menyebut tamu yang sekedar mampir untuk makan atau menginap. Sementara untuk pengelana cinta ada banyak kamar yang di dalamnya dihuni perempuan cantik. Mereka tidak menjajakan rayuan, tapi menunggu di dalam kamar.Per
"Ternyata sampai juga," kata Fredy sambil membelokkan taksi memasuki pelataran Pondok Cinta. "Aku sangka kayak di hutan bunian, cuma bolak-balik."Fredy menghentikan taksi di depan pintu masuk. Malam sudah menjelang pagi. Suasana kelihatan sepi. Satupun tidak ada makhluk yang lalu lalang.Mereka turun."Kayaknya penginapan," kata Jaka. "Banyak kuda tamu di pendopo.""Penginapan apa rumah hantu?" cetus Fredy. "Sepi banget.""Mereka bangsa pemalas. Di kita jam segini sudah berkeliaran mencari rejeki.""Namanya penginapan untuk tempat beristirahat. Mereka pasti bangun siang. Di penginapan masa mencari rejeki?""Banyak yang mencari rejeki di penginapan.""Rumah bordir maksudnya?""Otakmu bawaannya ngeres saja. Penginapan itu tempat mencari rejeki bagi pegawainya.""Berarti benar bangsa pemalas. Pegawai jam segini belum bangun.""Untuk lebih jelasnya kita masuk. Siapa tahu tidak ada penerima tamu, atau tidak buka dua puluh empat jam.""Tunggu sebentar," ujar Fredy membuat langkah Jaka terhe
Kakek renta berbadan ceking muncul dari dalam penginapan dengan tergesa, di belakangnya menyusul perempuan gembrot mengenakan sarung dengan muka kesal, dan berteriak, "Jangan kabur, perampok!""Enak saja bilang aku perampok! Aku sudah merampok apa?""Merampok diriku!""Aku sudah bilang kantong uangku ketinggalan! Aku bayar nanti!""Modus! Kantong kemenyan dibawa masa kantong uang lupa?""Kalau aku lupa bawa kantong kemenyan, terus aku ngamar pakai apa?""Ada apa, Tongkat Bertuah?" tegur Iblis Cinta yang baru selesai memperbaiki penyok-penyok kecil pada taksi. "Pagi buta begini sudah bikin gaduh.""Tarif lontemu kemahalan," lapor Tongkat Bertuah. "Padahal perempuan sisa.""Bedebah! Minta dilayani tiga kali bilang perempuan sisa!""Berapa bayaranmu, Cemani?" tanya Iblis Cinta."Tiga keping emas."Iblis Cinta terkejut. "Mahal sekali!""Untuk tiga ronde, tuanku."Iblis Cinta bertanya pada Tongkat Bertuah, "Kau merasa kemahalan sekeping emas untuk sekali main?""Ia minta tiga keping emas un
Jaka memiliki dua pilihan untuk keluar dari negeri ini, pergi ke mata air pengukuhan di istana atau mencari Ki Gendeng Sejagat. Dua-duanya adalah pilihan buruk.Pergi ke istana berarti ia harus menikah dengan puteri kerajaan dan mengkhianati cinta Nabila. Sementara mencari pertapa sakti itu adalah perbuatan sia-sia. Ia sudah lama menghilang dari dunia perkelahian. Namun semangatnya untuk mencari gerbang keluar tidak luntur. Ia sudah berjanji ke orang tuanya untuk segera pulang, dan ia tidak pernah ingkar janji.Lagi pula, tidak ada makhluk di jagad raya ini yang segala tahu sekalipun berilmu tinggi. Iblis Cinta belum tentu sepenuhnya benar. Jadi mungkin saja ada jalan lain untuk menembus gerbang gaib.Kabar tentang kedatangan mereka sudah tersebar ke seluruh penghuni pondok, sehingga ketika ada tamu keluar dari sebuah kamar, puteri lonte penghuni kamar itu meminta pelayan untuk segera menghubungi mereka seolah takut keduluan oleh temannya."Apakah di antara kalian ada yang berkenan un