Share

Pendekar Pedang

Candaka barusan merasakan empuknya kasur di penginapan ketika tiba-tiba pintu kamarnya didobrak dengan keras. “Braaakkkk”

Tampak puluhan orang menghampiri dirinya. “Mana kakek tua teman kamu itu”, tanya salah satu tukang pukul sambil mengcengkram baju Candaka

Candaka sedikit gemetar melihat banyaknya tukang pukul yang mengerumuninya. “Aku tidak tahu, aku pendatang baru di desa ini”

Belum sempat mereka menanyakan lebh lanjut tiba-tiba terdengar suara teriakan dari luar pintu kamar disertai beberapa orang tampak melayang seperti ditendang atau dilempar seseorang.. “Aduh ampun Tuan Putri”, terdengar suara tukang pukul tadi lirih

“Beraninya kalian mengeroyok laki-laki yang tidak tahu apa-apa....!!!”, teriak wanita itu sambil muncul di hadapan puluhan tukang pukul yang masih berada di dalam kamar

Belum sempat berkedip, semua berjatuhan dalam sekejab. “Bilang sama Bos kamu ya, jangan macam-macam di sini...Belum pernah disayat-sayat sama Pedang ya”, ancam wanita tadi sambil mengacungkan Pedangnya yang bersinar mengkilap tajam

“Iya Tuan Putri, nanti kami sampaikan”. Tampak semua tukang pukul itu pucat basi ketakutan melihat kemunculan wanita cantik ini. Mereka berlari secepatnya meninggalkan wanita galak yang merobohkan mereka semua hanya dalam sekejab.

“Kamu, iya kamu...”, tunjuk wanita tadi ke arah Candaka

“Kamu ada masalah apa dengan Bos di desa ini sampai dikeroyok segala?”

“Aku tidak tahu. Mereka mencari kakek buta yang aku temui tadi siang padahal aku saja tidak kenal kakek tua itu”, jawab Candaka

“Berani juga ya kamu pergi sendirian tanpa bekal ilmu silat apalagi memasuki desa yang misterius ini”

“Maaf kamu siapa, kok marah-marah. Salah aku apa?”, Candaka mulai kesal dimarah-marahi tanpa kejelasan

“Aku cuman mau mencari paman aku Syailendra. Kata ibu aku, paman aku ada di desa ini.”, lanjut Candaka

Wanita tadi tampak melunak saat Candaka menyebut nama Syailendra. “Aku Isyana Manik, kalau kamu namanya siapa?”

“Aku Candaka Mahaputra”

 “Nanti besok aku anterin kamu ke rumah kakek Wicaksono. Kebetulan aku kenal baik dengan beliau”, tawar Isyana. “Mungkin dia bisa menemukan pamanmu”

“Sekarang kamu tidur. Jangan keluar dari penginapan ya, banyak kabut misterius kalau sudah malam”

Isyana langsung lenyap begitu saja tanpa sempat Candaka berterima kasih. “Besok saja aku terima kasihnya”, katanya dalam hati

Banyak tanda tanya dalam diri Candaka. Siapa perempuan misterius yang jago pedang yang menolongnya dari keroyokan penjahat tadi? Kenapa mereka takut dan hormat memanggilnya Tuan Putri? Apa hubungan perempuan ini dengan pamannya Syailendra juga dengan kakek Wicaksono? Siapa juga yang sering disebut Bos sama tukang pukul tadi?

“Semoga besok aku temukan semua jawaban dari misteri ini biar aku segera bisa angkat kaki dari desa ini”, jawab Candaka dalam hati.

Dia datang ke desa Kabut Hitam ini atas permintaan ibunya sebelum meninggal yang memintanya untuk mencari pamannya agar Candaka bisa mengetahui asal-usulnya. Yang teringat olehnya adalah masa kecil sampai dewasanya di ibu kota Kamandaria yaitu Kota Naga Emas bersama ibunya. Dia tidak tahu siapa ayahnya karena ibunya tidak pernah memberitahunya bahkan sampai menjelang ajal dia hanya diminta ke desa ini menemui pamannya untuk mengetahui asal-usulnya dan memintanya tinggal bersama pamannya.

Candaka Mahaputra tidak menyadari kalau dia sudah terlibat begitu dalam dalam masalah kemisteriusan Desa Kabut Hitam beserta kemisteriusan penghuninya. Tanpa dia sadari kalau kedatangannya ke desa ini akan mengubah hidupnya selamanya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Zhu Phi
Baru lihat2 Bab lagi ... Makasih loh udah baca :) Lebih ke fantasy tapi campur-campur hahaha
goodnovel comment avatar
Rizkymutha14
feel nya dapet banget. aku terasa masuk ke dalam ceritanya. ini cerita kolosal Nusantara ya, bang Zhu phi.
goodnovel comment avatar
Iya Ya
dalam dalam?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status