Sekelebat bayangan putih dan hijau tampak berseliweran. Wusssshhhh wussshhh. Daun-daun kering berterbangan saat dua sosok bayangan tadi lewat. Sesekali terdengar suara tawa perempuan di tengah gemuruh suara angin yang ditimbulkan oleh gerakan mereka. Gerakan mereka menimbulkan siluet putih dan hijau menambah keindahan pemandangan di kaki gunung Tiga Jari ini.
Saat berhenti mulai terlihat sosok mereka yang ternyata Ki Wicaksono berjubah putih dengan Gayatri yang dibalut pakaian serba hijau. Gayatri tampak memegang tongkat panjang sedangkan Wicaksono hanya bermodalkan kepalan tangan.
“Jurus Naga Putih Menari”, teriak Wicaksono sambil menggerakkan tubuhnya seperti orang yang sedang berdansa yang makin lama makin cepat sehingga tampak seperti naga putih yang sedang meliuk-liuk sedangkan tangannya terbuka seperti cengkraman naga.
“Jurus Tongkat 8 arah”, Gayatri mulai memainkan Tongkat bambunya berusaha menggulung naga putih yang meliuk-liuk tapi serangannya selalu luput tidak mengenai sasaran hanya bisa berputar mengikuti liukan bayangan putih berbentuk naga.
Tidak tampak kalau sebenarnya Ki Wicaksono buta karena dia selalu bisa menebak arah serangan Gayatri.
“Jurusnya sakti banget kek, kok Yatri ga diajarin sih?”, gerutu Gayatri sambil berusaha menggulung naga putih tadi.
“Kan sudah kakek bilang harus yang ada tulang naganya baru bisa diajarin jurus ini, kalau tidak jurus ini bisa menghancurkan organ dalam tubuh kamu”, sambung si kakek Wicaksono
“Bagaimana kakek bisa tahu ada tulang naga atau tidak?, tanya Gayatri penasaran
Wuuusssshhh
Bukannya menjawab pertanyaan cucunya, Wicaksono malahan berputar laksana angin menggulung tongkat Gayatri hingga tongkat terpental dari tangan cucunya
“Kakek jahat banget sih, bukannya jawab pertanyaan Yatri malahan menyerang dengan jurus yang tidak bisa dikalahkan”, kesal Gayatri
“Kamu tidak fokusYatri, terlalu banyak mikir dan nanya jadi seranganmu melempem”, Wicaksono berusaha meredakan kemarahan cucunya
“Bukannya kakek tidak mau mengajarkan jurus ini tapi jurus ini harus ditemukan sendiri dan belajar langsung dari kitab sakti itu sendiri”
“Memangnya ada berapa jurus kek?”, tanya Gayatri penasaran
“Konon ada 9 Jurus Naga Sakti di 9 Kitab yang berbeda. Kakek saja hanya bisa menemukan 1 Kitab saja yaitu Naga Putih ini. Setelah berhasil dipelajari, kitab ini akan sirna tersimpan lagi entah dimana. Hanya Anak Naga terpilih yang bisa menemukan Kitab ini dan mempelajarinya”, jawab Wicaksono
“Satu Jurus saja sudah sakti begini kek, gimana kalau sampai bisa belajar 9 Jurus ya?”
“Hanya ada satu Pendekar Naga yang berhasil mempelajari keseluruhan Jurus Naga ini. Dia Sang Terpilih yang berhasil mengalahkan makhluk-makhluk mitos jaman dahulu yang berada di wilayah Kamandaria terutama Raksasa Mata Satu Berjari Tiga yang dikalahkannya dengan Jurus Naga yang paling sakti. Dia Raja pertama kita Dharmawangsa yang mendirikan Kerajaan Kamandaria setelah berhasil mempersatukan seluruh bangsa dan makhluk yang ada di Wilayah Kamandaria”, cerita kakeknya
“Berarti Kakek payah dong ya, cuman bisa satu jurus saja, hihihi”, ledek Gayatri
Wicaksono hanya tersenyum mendengar ledekan cucunya. Dia tidak tersinggung karena tahu cucunya hanya becanda, tidak ada maksud menghinanya. “Udahan dulu, kamu mandi sana. Besok kakek ajarkan jurus lain”
“Kalau sekarang naga masih ada tidak Kek?”, tanya Gayatri tidak mengubris kakeknya
“Ada atau tidaknya kakek tidak tahu. Banyak desas-desus kalau ada yang melihat naga yang sempat terbang keluar dari Lembah Naga menembus Kabut Merah di atasnya, tapi tidak ada yang berani turun ke sana karena sangat terjal dan berkabut”
“Kakek dulu ketemu jurus Naga Putih ini darimana?”, cecar Gayatri
“Ssssttt, kakek tidak boleh kasih tahu tapi pastinya di Desa Kabut Hitam”
“Kalau auranya kuat dan terpilih, Pendekar Naga akan mendapat penglihatan dalam mimpi untuk menemukan satu-persatu Kitab Naga”, lanjut Wicaksono
“Kakek seumur-umur cuman mimpi sekali saja, tapi itu sudah cukup bagi kakek”
“Lebih senang hidup menyepi di pedesaan alih-alih memerintah di Kota besar”
“ Ya udah, Yatri mandi dulu ya. Eh kek ada yang datang tuh”, lanjut Gayatri menunjuk ke arah pemuda-pemudi yang memasuki rumah hutan tempat mereka berada
“Itu Kak Isyana...!!!!”, teriak Gayatri lantang spontan kegirangan
Gayatri langsung berlari sekelebat menghampiri Isyana yang datang bersama Candaka.
“Apa kabar kak, eh kaka sama siapa ini kok dekil amat orangnya?”, timpa Gayatri tanpa mempedulikan Candaka yang memasang muka cemberut.
Isyana langsung sungkem menyalami Ki Wicaksono sementara Candaka hanya membungkuk hormat.“Kek, ini ada teman Yana mau ketemu kakek katanya ada perlu”, kata Isyana kalem“Maaf kek, saya Candaka yang kemarin mau tanya ke kakek”, sambung Candaka sopan“Kamu yang kakek dengar kemarin mau mencari pamanmu Syailendra ya?”, tanya Wicaksono lagi“Sebenarnya ada hubungan apa kamu dengan orang yang bernama Syailendra ini. Setahu kakek dia tidak punya keponakan. Kalau boleh tahu nama ibu kamu siapa cu?”“Nama ibu saya Sri Ningsih kek”, jawab CandakaWicaksono terkejut bukan kepalang mendengar Candaka menyebut nama anak perempuannya yang lenyap ditelan Kabut Hitam“Tidaaak...Tidak Mungkin...Mana Mungkin Ningsih masih hidup setelah ditelan Kabut Hitam belasan tahun yang lalu’, gerutu Wicaksono“Kek..Kakek kenapa?”, tanya Isyana pelan“Tidak apa-
Candaka dan Isyana tiba pagi-pagi sekali di Perguruan Tapak Naga. Tampak Bram sudah siap dengan pelatihan pertama yang akan diajarkannya ke Candaka.Jurus Tapak Naga sangat terkenal di seluruh Desa kabut Hitam bahkan sampai ke desa-desa sekitarnya. Walaupun jurus ini bukan bagian dari Jurus 9 Kitab Sakti Naga tapi keampuhan jurus ini membuat Perguruan Tapak Naga sangat disegani semua pihak baik dari orang kaya, pejabat, rakyat jelata, bahkan kumpulan bandit-bandit tidak berani mengusik Perguruan ini terutama Keluarga Isyana yang mendirikan Perguruan ini puluhan tahun yang lalu. Itu juga kenapa bandit-bandityang mengganggu Candaka sebelumnya sangat takut terhadap Isyana.Jurus Tapak Naga hanya terdiri dari 8 Jurus tapi sangat efektif baik untuk pertarungan jarak dekat maupun jarak jauh. Untuk Candaka hanya akan diajarkan 2 jurus saja yaitu Jurus Cengkraman Naga untuk menyerang dan Perisai Naga untuk bertahan.Jurus Cengkraman Naga memiliki 18 gerakan menyerang da
Candaka lagi-lagi bermimpi, cuman kali ini dia bermimpi berada di sebuah hutan yang gelap dengan pohon-pohon besar mati berwarna hitam yang seakan hendak menelan dirinya bulat-bulat. Di tengah kegelapan dia melihat cahaya terang di ujung hutan yang menyinari sebuah air terjun yang turun dari perbukitan di atas hutan mati ini. Saat dia berusaha memasuki gua di belakang air terjun mendadak muncul sekelebat cahaya putih yang makin lama makin nyata menyerupai Naga. Mulut Naga terbuka menyemburkan Api berwarna putih ke arahnya, dan Candaka terbangun kaget dengan seluruh badan hitam oleh jelaga hitam yang menambah kedekilan dirinya, Dia masih berada di kamar penginapan tapi anehnya tubuhnya serasa habis dibakar api meninggalkan sisa-sisa pembakaran di tubuhnya yang masih bau hangus tapi badannya baik-baik saja. “Besok harus aku tanyakan ke Ki Wicaksono arti mimpi aku ini”, pikirnya lagi. Dia juga baru sadar kalau dia lupa menanyakan keberadaan pamannya kemarin. Can
Pagi-pagi buta, Candaka keluar dari penginapan berniat ke Pondok Hutan nya Ki Wicaksono. Dia memilih pagi yang masih gelap karena khawatir mimpinya jadi kenyataan, tapi harapan tinggal harapan. Begitu dia keluar dari penginapan langsung dihadang lagi oleh sekelompok bandit yang mengeroyoknya sebelumnya.“Hey pemuda dekil, kamu dipanggil Bos...!!!”, seru salah satu bandit yang wajahnya brewokan“Jangan melawan kalau kamu mau selamat”., lanjutnyaTimbul niat untuk menggunakan Jurus yang baru diajarkan Bram tapi diurungkan niatnya karena Candaka juga penasaran ingin mengetahui siapa bos bandit-bandit ini yang sangat ingin ketemu dengannya.Candaka mengikuti rombongan bandit ini menuju ke sebuah bangunan mewah yang ada di desa ini. Halaman yang ada kolam ikan serta taman yang asri membuat Candaka merasa bukan memasuki rumah bos bandit.Si Brewok terus berjalan menuju ke ruang tengah bangunan ini. Tampak dari kejauhan sosok berba
Sambil berjalan cepat menuju ke arah pondok hutan Ki Wicaksono, Candaka terus berpikir, kenapa begitu banyak persoalan menimpa dirinya? Dia hanya ingin mencari pamannya mengikuti pesan terakhir ibunya, tapi yang dia temui malahan berbagai macam persoalan yang rumit bagi hidupnya.“Aku harus balik ke Pondok meminta penjelasan Ki Wicaksono mengenai semua ini”, katanya dalam hatiBerbeda dari sebelumnya saat dia dengan mudahnya memasuki pondok di hutan, kali ini Candaka tersesat dalam hutan tidak menemukan Pondok Ki Wicaksono. Hutan-hutan itu seakan hidup karena begitu dia memasuki jalan dalam hutan maka pepohonan di belakangnya menutup jalan masuk sebelumnya.Tiba-tiba ada sekelebat bayangan menarik tangannya sambil berseru, “Ayo pegang tangan aku seerat mungkin kalau kamu tidak mau ditelan hutan ini”Candaka yang masih dalam situasi yang kebingungan menuruti saran bayangan tadi karena dia mulai merasa ada yang tidak beres deng
Candaka masih penasaran dengan kejadian tadi yang menimpanya. Jelas-jelas dia melihat Kabut Hitam sudah mendekatinya tapi saat dia ditarik menjauh oleh bayangan naga merah, dia tidak melihat adanya Kabut Hitam yang mengejarnya sampai ke Penginapan. Lagian kenapa bayangan naga tadi tidak takut akan ditelan Kabut Hitam?Sekilas dia ingat dengan mimpinya, tadi bukannya dia memasuki hutan hitam yang sama dengan yang ada di mimpinya? Kenapa hutan yang semula asri dan hijau berubah menjadi hutan hitam begitu dia memasukinya. Walaupun merasa banyak keanehan yang terjadi kepadanya selama dia berada di desa ini, namun Candaka tidak putus asa untuk mengetahui keseluruhan jawaban misteri yang ada di desa ini.“Semuanya misteri di desa ini. Orang-orangnya pun memiliki rahasia yang tidak mau diungkapkan. Belum lagi area-area di sekitar desa ini yang menakutkan dan tdak bisa diterima nalar”, pikiran-pikiran Candaka makin membuatnya pusing dan kecapean.Tanpa dia s
Setelah sarapan di Penginapan, Candaka bergegas ke Perguruan Tapak Naga mencari Isyana. Dia mau minta tolong juga ke Isyana mengantarkannya masuk ke Pondok Hutan Ki Wicaksono karena jika pergi sendiri nanti tersesat lagi di Hutan Hitam yang menyeramkan.Murid-murid Perguruan Tapak Naga tampak sedang berlatih keras saat Candaka tiba di sana. Walaupun hari masih pagi sekali namun kegiatan di Perguruan ini sudah sibuk sekali. Dia tidak melihat Bram tapi ada sosok pria setengah baya yang tampak berwibawa memberikan instruksi kepada calon-calon ahli silat tersebut.Pria tersebut adalah pemilik Perguruan Tapak Naga yang bernama Bagaskara Mukti yang juga merupakan ayah dari Brahmana dan Isyana. Bagaskara merupakan orang terkaya di Desa Kabut Hitam jadi dia sangat disegani oleh penduduk desa. Ada juga desas-desus kalau Bagaskara juga merupakan salah satu Pendekar Naga tapi dia tidak pernah membantah maupun membenarkannya. Jurus-jurus Naga yang diajarkannya di Pergu
Isyana masih teringat pertemuannya dengan pria dekil tapi lucu ini sambil senyum-senyum menatap kepergian Candaka dari Perguruan Tapak Naga. Awalnya dia cuman iseng mau mempermainkan pria polos ini tapi lama kelamaan timbul perasaan dalam hatinya dan mulai menyukai pemuda ini apa adanya. “kok aku bisa suka ya sama dia”, katanya dalam hati sambil mukanya bersemu merah. “Isyana...!!!!”, teriakan menggelagar membuyarkan lamunannya “Iyaaa Buuuu....”, jawabnya tidak kalah panjang dengan teriakan ibunya Asmawati “Kamu kemana saja seharian ini..Ibu nyari-nyari kamu itu loh. Anak perempuan kok kelayapan ga jelas kayak gitu”, omel Asmawati begitu melihat Isyana mendekatinya “Tadi itu pengemis darimana, kok kamu baik sekali sama dia”, tanya ibunya “Aaahh Ibu...Itu bukan pengemis bu..Itu calon mantu Ibu..hihihi...”, canda Isyana “Kamu ya....Bisa ga sih serius sedikit...Dimarahin malahan nyeleneh ga jelas”, Asmawati mulai menjewer kuping