Tak lama kemudian walaupun perjalanan yang ditempuh selama dua jam tidak membuat Pak Sugimin dan Pak Aldi merasa lelah di usia senjanya, karena mereka berdua ingin masalah ini cepat terselesaikan dengan baik pula.Rizki pun mengarahkan petunjuk jalan yang cepat dilalui oleh kedua orang tua itu, dan sampailah mereka dengan selamat.Rizki dan Mbok Sum menyambut kedatangan mereka berdua. Mbok Sum sangat bahagia ketika melihat mantan majikannya dalam keadaan sehat dan masih mengenalnya dengan baik.“Assalamualaikum!”“Wa’alaikumsalam, ayuk silakan masuk Pak!” sahut Mbok Sum ramah.“Ki, ini bawa ke dapur, taruh di piring pasti kalian juga belum makam malam kan?” tanya Pak Aldi tersenyum.“Wah kebetulan, belum Pah tahu aja kita kelaparan ya Mbok,” jawabnya sembari melirik ke arah Mbok Sum yang tersenyum malu-malu pula.“Terima kasih Pak, sudah mampir ke sini, suatu kehormatan bagi saya Bapak mau berkunjung ke rumah kecil saya ini,” ucap Mbok Sum tersenyum ramah.“Sama-sama, Mbok justru saya
“Katakan siapa yang menyuruhmu!” tanya Rizki emosi.“Bos... Bos Wisnu, Pak!” jawabnya gugup.Sesaat kemudian ponsel Pak Sugimin berdering dan dia melihat layar di ponsel itu kalau Lukman yang menghubunginya.“Nak Iki, Lukman nelpon, ada apa ya?” tanya Pak Sugimin bingung.“Angkat saja siapa tahu dia ingin memberikan petunjuk buat kita!” sahut Rizki cepat.“Iya Nak Iki!”@Pak Sugimin{Assamualaikum, Man ada apa, nelpon Bapak malam-malam begini?}@Lukman{Wa’alaikumsalam, Pak}{Bagaimana keadaan Bapak} terdengar suara menangis.@Pak Sugimin{Ada apa Man, kamu nangis, coba katakan Bapak Nak, ada apa Man?}Pak Sugimin lalu menyetel pengeras speaker agar bisa di dengar oleh Rizki dan Pak Aldi.@Lukman{Nggak apa-apa Pak, hanya Lukman rindu suara Bapak, maafkan Lukman Pak, belum bisa menemui Bapak, Bapak dan Ibu harus jaga diri baik-baik, mungkin ada badai di depan kita, apalagi Ayu dia sedang hamil}{Lukman bukan kakak yang baik buat Ayu.}{Ayu sangat beruntung mempunyai suami seperti Rizk
“Aku punya keluarga ...aku punya keluarga, hahaha ....” tawa Wisnu membuat Pakdhe Sukirman menjadi takut dengan peringai Wisnu.“Kamu tahu Lukman, aku menjadi anak angkat keluarga Wiranata hanya untuk mencari sensasi agar di mata publik kalau mereka sangat baik, dermawan padahal itu bohong semua!” teriak Wisnu.“Aduh bagaimana ini, salah masuk aku, kenapa juga aku mau ikut dengan Wisnu ternyata dia mau balas dendam dengan Rizki, sedangkan Rizki kan harus menjadi menantu ku, duh terlanjur basah ini ,” gumam Pakdhe Sukirman menyesal ikut dengan Wisnu.“Dari mana kamu tahu kalau Keluarga Wiranata bertanggung jawab dengan masalahmu, apa dari Pak Fauzi ayah kandungmu?”“Apakah kamu tidak bertanya kepada Pak Aldi ayahnya Rizki, jangan hanya melihat satu sudut pandang saja, Wisnu!”“Bukankah kamu pintar, mengapa hanya mendengar omongan ayahmu tanpa mendengarkan penjelasan dari Pak Aldi, kamu terlalu naif Wisnu, aku pikir kamu pintar Wisnu, ternyata kamu dengan ayah kamu sama bodohnya, hahaha.
Seketika Pak Sugimin terdiam, entah apa yang dipikirkan oleh beliau tentang nasib anaknya yang sudah dipukuli oleh mereka.Tiba-tiba Pak Sugimin memegang dadanya dan sedikit gemetar membuat Rizki dan Pak Aldi panik.“Pak, dadanya sakit, kita lagi menuju rumah sakit, Bapak tahan sebentar ya!” ucap Rizki mencoba menenangkan Pak Sugimin.“Hadi, cepat sedikit nyetirnya!” perintah Rizki tegas.“Iya Bos, ini sudah ngebut Bos!”Satu jam perjalanan yang di tempuh membuat mereka, akhirnya sampai di rumah sakit yang di tuju.Anak buah Rizki sudah menunggu mereka yang baru saja datang.“Bos , sebelah sini!” sapa anak buah Rizki yang bernama Miko.“Bagaimana keadaan Bang Lukman, apa kata dokter?” tanya Rizki penasaran.“Masih belum Bos, dokter masih di dalam!” jawab Miko anak buah Rizki.Pak Sugimin hanya menatap lekat anaknya dari kejauhan, baru beberapa menit yang lalu mereka bertegur sapa lewat ponsel, kini Lukman sudah terbaring lemah dengan luka di sekujur tubuhnya.Beberapa saat kemudian d
Pak Sugimin lalu mengambil ponselnya dari saku celana dan menekan nomor yang di tuju. Untungnya Rizki sudah memberikan ponsel masing-masing kepada mertuanya sehingga mudah untuk berkomunikasi di mana saja.“Duh ponsel baru, lupa lagi pencet yang mana ini!” ucapnya yang masih bingung menggunakan ponsel yang dibelikan oleh Rizki.“Alhamdulillah bisa juga Bapakmu ini, Man memakai ponsel baru,” ucapnya sendiri.@Pak Sugimin{Assalamualaikum, Bu ini Bapak yang nelpon}@Bu Yati{Wa’alaikumsalam, Pak sudah tahu kalau Bapak yang nelpon, ini kan suara Bapak toh}@Pak Sugimin{Iya benar juga ... Oh ya Bu Bapak lagi di rumah sakit}@Bu Yati{Astagfirullahaladzim, Bapak sakit apa Pak, Ibu ke sana ya, kok baru kabari sekarang?}@Pak Sugimin{Begini Bu, bukan Bapak yang sakit tapi Lukman}@Bu Yati{Lukman, ada apa dengan Lukman? Dia dipukuli orang atau apa Pak, kasih tahu cepat toh}@Pak Sugimin {Tenang dulu toh Bu, biar Bapak jelaskan dulu!}{Lukman di temukan di jalan dalam keadaan babak belur d
Namun dia tidak peduli, dia pun nekat akan bunuh diri jika tidak diizinkan keluar menemui abangnya untuk yang terakhir kalinya.Namun pada saat ingin keluar tiba-tiba Ayu pingsan dan pendarahan, Bu Yati menjadi panik dan bingung, namun saat itu juga mereka lalu membawanya ke rumah sakit.Bu Yati lalu memberi kabar kalau Ayu di bawa ke rumah sakit karena pingsan.Rizki menjadi dilema, istrinya sangat membutuhkannya saat ini, sedangkan dia juga harus menjaga mertuanya agar tidak ambruk di jalan mengingat kondisi Pak Sugimin juga tidak terlalu baik.“Ki, kamu temani saja Ayu, biar aku yang jaga Bapak, kamu tak perlu khawatir, temani istrimu, dia lebih membutuhkan kamu!” ucap Ridho menenangkan hati Rizki yang sempat dilema.“Iya Ki, ada Ridho yang nemanin Bapak, kasihan Ibumu itu pasti sangat khawatir juga sama Ayu, kamu lebih di butuh kan di sana karena kamu suaminya, Ki!” jelas Pak Sugimin tersenyum.“Baiklah Pak, nanti kalau ada apa-apa tolong kabari Iki secepatnya, dan kamu Ridho jaga
“Kami akan selalu menunggu kedatangan suami kami, Pak bagaimanapun nanti akhirnya, kami akan terima dengan ikhlas dan berlapang dada, kami tidak akan menuntut keadilan karena kami tahu kalau Allah sudah memberikan jalan terbaik untuk kami lalui bersama!”“Bapak jangan khawatir dengan kami di kampung Pak, banyak keluarga di sini yang melindungi kami, dan ada Allah bersama kami!”“Bapak dan Ridho kalau mau pulang hari ini atau besok nggak apa-apa Pak, biar di sini kami yang urus, karena di kota masih ada yang di urus, apalagi Ayu masih di rumah sakit!” jelas Nisa.“Terima kasih Nak Nisa dan Nak Yuli, kalian memang menantu baik, terima kasih masih mau menerima anak Bapak masih menjadi suami kalian, Bapak bangga dengan kalian, Bapak bersyukur mempunyai kalian.”“Pesan Bapak kepada kalian didiklah anak-anak kalian menjadi anak yang saleh dan solehah baik di rumah maupun di luar!”“Harta, kekuasaan dan takhta hanya bersifat sementara, kalau tidak pandai-pandai mengelolanya maka akan habis
“Ya sudah angkat dulu, Pak!”“Iya!”@Pak Sugimin{Assalamualaikum, Bu}@Bu Yati{Wa’alaikumsalam Pak, aduh Bapak kok nggak telepon Ibu, Pak? Ibu jadi khawatir dan bagaimana di sana, nggak ada masalah kan, apakah si Citra nggak berbuat ulah?}@Pak Sugimin{ Alhamdulillah Bu, pemakamannya berjalan dengan lancar, nggak ada masalah kok, Ibu tenang saja, ada Nisa dan Yuli yang mengatur di sini}@Bu Yati{Syukurlah Pak, kalau Citra mau menerima kenyataan, tetapi tetap harus ditemani, kasihan Citra pasti dia sedih }@Pak Sugimin{Iya Bu, Nisa sudah tahu pastinya, karena menantu kita ini sudah mengerti, Oh ya Bu bagaimana dengan Ayu, Bapak sampai lupa menanyakan kondisinya?}{Apa kata dokter, Bu bagaimana dengan janinnya apakah selamat?}@Bu Yati{Alhamdulillah Pak, Ayu dan janinnya baik-baik saja, karena kami cepat membawanya ke rumah sakit, tetapi Ayu tetap harus dipantau terus kesehatannya, karena kata dokter jika mengalami seperti kemarin, maka tidak bisa di selamatkan lagi}{Besok pagi