Wajah Pak Fauzi datar tidak ada ekspresinya, namun tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak seperti orang nggak waras.Membuat mereka menjadi bingung dengan tingkah laku Pak Fauzi.“Hahahaaha ... Aldi-Aldi kamu memang dari dulu sangat polos bin lugu, kamu itu terlalu gampang memaafkan orang lain!”“Kamu terlalu naif Aldi, kamu selalu mempercayaiku padahal akulah yang menjadi dalang kehancuranmu hahaha...” tawanya lagi.Wisnu suruh Aldi tanda tangan semua berkas untuk pengalihan harta warisan sebagai penebus nyawanya!”“Kamu tidak ingin kan mati sia-sia di sini?” tanya Pak Fauzi lantang.“Saya tidak akan memberikan sepeserpun kepada kalian, semua yang saya dapatkan adalah murni dari kerja keras saya, lebih baik saya sumbangkan ke yayasan kalau kalian mengambilnya secara paksa!” Rizkiansyah Wiranata adalah pewaris tunggal kerajaan bisnis saya, karena dia darah daging saya, bukan kamu Wisnu!”“Kamu hanya anak angkat bukan anak kandung saya, lagian kamu mempunyai orang tua yang masih lengkap
“Kalau begitu kami pamit dulu, Assalamua’alaikum! ”ucap Tante Nurma.“Wa’alaikum salam! “sahut Pak Sugimin.Wisnu yang di gebrak oleh polisi di rumahnya, meronta-ronta, dia tidak bisa menerima kenyataan kalau dia kalah dari Rizki.Sebagian warga pun melihat aksi para polisi mengamankan Wisnu yang tangkap dengan tangan di borgol, warga tidak menyangka jika seorang Wisnu tega ingin menghabisi ayah kandungnya sendiri.Entah dari mana masalah ini cepat tersebar tiba-tiba ada saja wartawan yang mencari berita hangat tentang keluarga Wiranata.“Akan ku balas kalian, kamu belum menang Rizki, jika kau tidak bisa mendapatkan Ayu, kamu juga tidak boleh mendapatkannya!”“Kalian tunggu saja pembalasanku!”“Kamu Rizki, terutama kamu yang akan aku bayangi selama kamu tidak mau melepaskan Ayu, untukku hahaha ...!” ucap Wisnu mengancam.“Baik Wisnu, aku tunggu kamu sampai di mana nyalimu sama dengan perbuatanmu!” gertak Rizki kepada Wisnu.“sudah nanti saja berdebatnya kalau sudah di kantor polisi!”
Pak Aldi memandang sahabatnya dengan kesedihan. Beliau tidak menyangka kalau akhirnya seperti ini.Hanya balas dendam yang tak berujung membuat mereka saling berjauhan, menciptakan jarak diantara mereka.“Assalamu’alaikum!”“Apa kabar kamu Fauzi, lama kita tidak pernah mengobrol seperti ini, tetapi malah kamu terbaring tidak berdaya di rumah sakit ini,” ucap Pak Aldi sendu.“Aku tidak pernah membayangkan kalau Wisnu adalah anak kandungmu bersama Kania, mengapa kamu lakukan ini Zi, aku tahu kamu orang baik, aku tetap akan menjadi sahabatmu, aku tidak pernah membencimu!” jelasnya lagi.Tiba-tiba mata sayup itu perlahan-lahan terbuka dan Pak Fauzi menangis saat melihat Pak Aldi sudah ada berada di sampingnya. Tangan Pak Fauzi pun ingin memegang tangan Pak Aldi, lalu mengeluarkan suara parau namun jelas “MAAF” dengan bibir bergetar.Tangan itu semakin erat memegang tangan Pak Aldi dan ucapan kata Maaf selalu dia ucapkan di akhir-akhir napasnya secara berulang-ulang.“Pak Aldi, kenapa pap
Lima bulan kemudian ....“Bagaimana sudah ada tanda-tandanya belum?” tanya Bu Yati kepada Ayu yang masih kelihatan santai, karena belum ada kontraksi apa pun.“Belum ada Bu, terus Ayu nggak ada rasa kontraksi gitu seperti kram atau sakit perut, kenapa ya Bu?” tanya Ayu balik namun masih terlihat santai.“Mungkin sebentar lagi, biasa gitu kadang perkiraan dokter atau bidan biasanya meleset dari hari yang ditentukan!” jelas Bu Yati tersenyum. “Oh gitu!”“Nonton sini saja, temani ibu sebentar, mau lihat berita dulu siapa tahu ada berita yang menarik,” celetuk Bu Yati yang sudah berada di ruang tengah.“Iya, Bu!”“Belum juga bokong Ayu mendarat di sofa empuk, tiba-tiba tanpa sengaja Ayu dan Bu Yati melihat dan mendengarkan berita di televisi bahwa ada empat narapidana kabur atau melarikan diri dari penjara dini hari tadi pagi dan betapa terkejutnya di antaranya adalah Wisnu.Seketika wajah Ayu tegang dan jantungnya pun memompa dengan cepat, Ayu langsung mengalami kontraksi.“Bu, Bu sak
"Dek, ayuk sudah siapkan, berangkat sekarang saja takutnya jalanan macet kalau sudah siang!" ajaknya kepada Rahayu istrinya yang masih mengaitkan bros pita pada jilbab panjang satu-satunya pemberian Rizki pada saat ulang tahun pernikahannya dua tahun lalu."Sebentar Bang," teriaknya yang sudah selesai memakai bros pita itu."Terus kado apa yang Adek bungkus?" tanya Rizki suaminya."Bang, atau kita nggak usah ke saja aja kali Bang, Ayu takut Abang nanti ....""Memang kenapa Adek takut Abang dihina lagi di sana karena kita bawa hadiahnya cuma gelas satu set yang murah harganya," jawabnya tersenyum."Kok Abang tahu hadiahnya itu?" tanya Ayu penasaran."Ya iyalah abang ini "kan paranormal, lagian hanya itu yang mampu kita beli, maaf ya Dek, uang Abang belum cukup mau beli yang lain," jawab Bang Rizki dengan muka ditekuk."Bang, sebagus apa pun kalau niatnya jelek hanya pamer buat apa, tidak menjadi berkah, hanya ini saja yang kita mampu tetapi ikhlas kita memberinya, terserah dia mau ap
"Kenapa Dek, kok senyam-senyum begitu, ada yang salah dengan Abang?" tanyanya seketika."Ayu, senang Abang mau ceramahi mereka, sekali-kali mereka harus tahu juga posisinya, jangan mentang-mentang kaya mau seenaknya saja," gerutu Ayu sambil melihat suaminya dengan bahagia.Ayu memberikan hadiah pernikahan itu yang sudah dipercantik dengan kertas kado yang murah di beli dari warung tempat sebelah rumahnya.Semua memandang ke arah mereka yang hanya datang dengan pakaian yang sederhana, tak ada perhiasan yang dikenakan istrinya, bahkan alas kaki pun tidak sebagus yang mereka pakai dalam acara pernikahan keluarga.Keluarga besar Ayu dan besannya sepakat memakai baju yang sama dari anak-anak sampai orang dewasa semuanya dapat, sehingga waktu di foto terlihat sangatlah indah.Namun tidak bagi Rahayu dan suaminya, beserta Orang tua Rahayu tidak mendapatkan baju seragam, mereka beralasan lupa menjahitnya, maka mereka hanya memakai pakaian yang menurutnya pantas untuk dipakai.Entah sengaja at
"Maaf Dek, Abang kepingin ke toilet, di mana toiletnya ya?""Oh itu belok kanan lalu lurus saja nanti ketemu di ujung sana," ucap Pak Sugimin."Terima kasih Pak, saya pergi dulu," sahut Rizki dengan tampak gusar."Pak, kalau Ayu lihat sepertinya Bang Rizki kaya gimana gitu, saat Bang Reza bilang ada tamu kehormatan, siapa tadi namanya ... oh ya dari Wiranata Group, siapa sih Pak?" tanya Ayu dengan penasaran."Oh itu, perusahaan terbesar di daerah sini, orang itu memiliki banyak perusahaan dari properti, restoran, hotel, apartemen, ruko, mall, pelayaran bahkan farmasi.""Cabangnya sudah di mana-mana, nah itu yang nikah suami sepupumu itu salah satu anak buahnya."Dengar-dengar beliau itu tidak sombong bahkan bisa dibilang sangat dermawan. Beliau juga punya yayasan sekolah, ada panti asuhan, panti jompo, bahkan rumah singgah penyakit kanker, sebagian hartanya disumbangkan untuk yayasan amalnya.""Cuma yaitu sangking banyaknya yang dipegang dan kegiatan sosialnya, mereka lupa kalau merek
Rahayu kembali masuk ke dalam, dia menunggu Rizki, tetapi orang yang di tunggu tidak menampakkan batang hidungnya juga.Terpaksa Ayu kembali keluar dan memastikan apakah mereka masih di sana atau tidak, namun nihil sudah tidak ada lagi bahkan sepi."Apa aku salah lihat ya?""Ah tidak, pakaiannya sama, tapi kalau betul itu abang, berarti dia selingkuh dengan wanita lain?""Masa selingkuhannya tante-tante sih, kaya nggak ada cewek lain. Bang-bang, kalau selingkuh ya kira-kira juga kali sudah tua diembat juga, atau mungkin tante itu kaya," gerutunya.Karena kesal Ayu tidak dapat mencari keberadaan Rizki, lalu dia memutuskan kembali ke tempat semula."Loh Dek dari mana?""Habis dari toilet, Bang!""Kok kita nggak ketemu?""Ya iyalah nggak ketemu Abang lagi mojok!""Maksudnya!""Pikir saja sendiri!""Loh mau ke mana lagi?""Mau lihat siapa tamu kehormatan yang datang, siapa tahu bisa kenalan dengan yang punya perusahaan itu," jawab Ayu yang masih ketus."Abang ikut, tunggu dong Dek, jangan