Share

02. Sindiran

last update Last Updated: 2022-08-03 05:05:01

"Kenapa Dek, kok senyam-senyum begitu, ada yang salah dengan Abang?" tanyanya seketika.

"Ayu, senang Abang mau ceramahi mereka, sekali-kali mereka harus tahu juga posisinya, jangan mentang-mentang kaya mau seenaknya saja," gerutu Ayu sambil melihat suaminya dengan bahagia.

 

Ayu memberikan hadiah pernikahan itu yang sudah dipercantik dengan kertas kado yang murah di beli dari warung tempat sebelah rumahnya.

 

Semua memandang ke arah mereka yang hanya datang dengan pakaian yang sederhana, tak ada perhiasan yang dikenakan istrinya, bahkan alas kaki pun tidak sebagus yang mereka pakai dalam acara pernikahan keluarga.

 

Keluarga besar Ayu dan besannya sepakat memakai baju yang sama dari anak-anak sampai orang dewasa semuanya dapat, sehingga waktu di foto terlihat sangatlah indah.

 

Namun tidak bagi Rahayu dan suaminya, beserta Orang tua Rahayu tidak mendapatkan baju seragam, mereka beralasan lupa menjahitnya, maka mereka hanya memakai pakaian yang menurutnya pantas untuk dipakai.

 

Entah sengaja atau tidak Pak Sugimin dan istrinya dijauhi oleh keluarga besarnya lantaran memberikan izin dan restu kepada Rizki untuk mempersunting Ayu kala itu.

 

Semua tidak setuju bahkan kakak-kakak kandung Ayu tidak ada yang setuju kecuali kakaknya yang nomor dua, Bang Ridho.

 

Bang Ridho sangat memahami adik perempuan satu-satunya ini menikahi Rizki penjaga warung nasi padang itu.

 

Sayangnya Bang Ridho tidak bisa hadir dalam acara ini karena masih tugas di luar kota.

 

Entah firasat apa Orang tua Rahayu dan Bang Ridho yakin akan ketulusan cinta Rizki dan nasib adiknya akan berubah.

Mereka berjalan menyalami sang mempelai, tiba saat giliran menyalami mereka terlihat sangat risih dan enggan bersalaman dengan Ayu padahal dia adalah sepupunya sendiri.

 

Sikap Lia sangat berubah setelah mempunyai pacar orang kaya terlebih lagi hari ini mereka menikah seakan-akan Lia jijik mempunyai saudara sepupu seperti Ayu.

 

"Ya elah, kamu juga datang ke pernikahanku, aku sih nggak berharap kamu dan suamimu yang miskin ini datang, merusak pemandangan saja, tapi ya sudah lah karena ini hari pernikahanku nggak apalah, terima kasih ya kadonya walaupun murahan sih," ucapnya ketus.

 

"Iya nggak apa-apa murahan barangnya daripada jadi wanita murahan hanya untuk mendapatkan suami yang kaya harus jual diri dulu," sahut Ayu dengan santai.

 

Seketika Pakde Sukirman meradang atas perkataan Ayu barusan, bagaimana tidak tamu undangan yang datang bersalaman sedikit terperangah mendengar ucapan Rahayu tadi.

 

Lia hanya diam membisu, ingin marah tetapi itu kenyataannya, ingin berbohong tetapi Rahayu pernah memergoki mereka sedang berduaan di tempat yang sepi.

 

"Apa maksud dari perkataanmu, kamu itu jangan menghasut anak saya, bilang saja kamu iri dengan anak saya yang mendapatkan suami kaya raya."

 

"Kamu tahu nggak suaminya ini lulusan terbaik seorang insinyur teladan, bentar lagi dia akan membangun mall terbesar di Indonesia, kurang apa coba, kalau suamimu nganggur lebih baik jadi tukang bangunan aja di proyek menantuku nanti , hahaha ..." sahut Pakde Sukirman yang membanggakan menantunya itu.

 

Saat ingin membalas perkataan Pakdenya, Rizki menahan istrinya agar tidak usah meladeni maupun melawan yang punya hajatan.

 

"Sudah dong Dek, nggak usah diperpanjang, lebih baik kita makan, kata Pakde mumpung gratis biar aja dia tambah sebel sama kita," jawabnya dengan tersenyum.

 

"Kamu itu aneh loh Bang, kita ini lagi di malu-malu in, dihina bahkan direndahkan sama keluargaku sendiri, eh malah kamu suka aneh banget deh!" gerutu Ayu sedikit berbisik di telinga suaminya itu.

 

Tiba Ayu mengambil makanan yang di hidangkan, banyak beraneka ragam sehingga dia bingung memilih makanan yang ia mau makan, karena sangat berbeda waktu mereka menikah hanya di hadiri beberapa kerabat saja dan terbilang sangat sederhana hanya satu menu makanan saja yaitu soto ayam.

 

Namun para tetangga banyak yang membantu sehingga yang tadi hanya soto ayam berkembang menjadi tiga menu makanan yang dihidangkan.

 

Para tetangga pun memang memaklumi keadaan seperti ini, namun Pak Sugimin dan Bu Yati sangatlah baik dan dermawan saat masih jayanya, maka mereka tak segan-segan membantu ala kadarnya sesuai kemampuan mereka, tetapi tidak dengan keluarga Ayu yang bersifat angkuh dan sombong.

 

"Bang, Ayu bingung mau makan apa?" tanyanya yang masih sibuk melihat makanan yang menggugah selera.

"Kalau Abang mau apa?" tanyanya lagi.

 

"Kalau Abang pingin makan sate ayam saja, kalau adik terserah mau makan mumpung gratis," godanya.

Bang Rizki ternyata mengambil makanan itu cuma tiga tusuk sate dengan lontong 5 biji ditambah kerupuk tiga biji.

 

Sedangkan Rahayu mengambil satu roti canai beserta karinya yang sudah dituangkan oleh penjaga makanan itu.

 

Mereka mencari tempat duduk yang kosong, tetapi tidak ada semua terpakai terpaksa mereka berdiri dulu menunggu giliran tamu yang sudah selesai makan.

 

Namun tidak ada yang memedulikan Ayu dan suaminya itu, bahkan keluarga Ayu tidak juga merespons hanya membuang muka, tetapi tidak dengan Pak Sugimin yang melihat anak dan menantunya seperti itu, lalu beliau mendatangi mereka dan menyuruh duduk di pojok gedung tempat Pak Sugimin dan Bu Yati duduk.

 

"Maafkan sikap mereka ya Nak, nggak apa-apakan duduk di sini saja daripada kalian makan berdiri?" tanyanya.

 

"Iya Pak, nggak apa-apa, terima kasih ya Pak, Bapak masih peduli sama kita," ucap Rizki kepada mertuanya itu.

"Saya justru yang minta maaf atas perlakuan keluarga saya, ya begini nasib, dulu waktu Bapak kaya semua keluarga sangat peduli sama kami, sering berkunjung ke rumah kami, tetapi setelah saya jatuh miskin begini dan mempunyai menantu seperti kamu, mereka menjauhi Bapak," jawabnya lesu.

 

"Namun Bapak nggak merasa kecewa dengan pilihan Rahayu, karena kamu memang laki-laki bertanggung jawab, sabar dan baik, yang penting kita mau berusaha dan ikhtiar dan berdoa pasti ada jalannya, yang penting sabar dan berusaha," nasehat Pak Sugimin untuk menantu baiknya itu.

 

"Iya Pak, saya janji suatu saat nanti jika kami ada rezeki, kami akan membahagiakan kalian berdua," ucap Rizki dengan tersenyum dan terharu dengan perkataan Pak Sugimin.

 

"Bapak sama Ibu ini sudah cukup bahagia melihat kalian anak-anak Bapak sudah menikah semua dan mempunyai tanggung jawab sendiri, yang penting kalian tetap akur biar bagaimanapun juga mereka adalah saudara -saudara kandung Ayu, beri mereka pelajaran yang dapat menyadarkan hati dan pikirannya karena rata-rata mereka silau dengan harta dan kedudukan," terang Pak Sugimin kepada menantu dan anaknya.

 

"Oh ternyata kalian di sini toh, bagus juga sih di sini jadi nggak ngerusak pemandangan," ucap Bang Lukman anak ketiga Pak Sugimin.

 

"Bang Lukman apa sih, kok ikut-ikutan benci Bapak sama Ibu sih?" tanya Ayu.

"Karena Bapak dan Ibu sudah mengizinkan dan merestui kamu menikah sama penjaga warung makan ini, kamu itu di sekolahkan tinggi-tinggi sampai kuliah gelar sarjana tapi kok nikahnya sama orang ini yang nggak jelas statusnya," ejek Bang Lukman dengan tatapan sinis.

 

"Namanya juga jodoh Bang?" sahut Ayu santai.

"Iya jodoh yang dipaksakan, padahal banyak teman kuliah mu atau teman Abang si Reno."

 

"Sekarang kami tahu nggak, si Reno sudah sukses punya perusahaan sendiri, coba kamu dulu nikah sama dia, hidupmu pasti enak," sindir Bang Lukman sambil menatap Rizki yang masih kelihatan tenang dan santai.

 

Namun tiba-tiba datang kakak Ayu yang ke empat Bang Reza membawa kabar bahwa akan ada kedatangan tamu istimewa dari keluarga Wiranata pemilik perusahaan yang mempunyai cabang di mana-mana.

 

Mendengar nama Wiranata disebut, Rizki pun terbatuk dan hampir tersedak dengan lontong yang ia makan.

 

Segera Ayu memberikan segelas air putih kepada suaminya.

"Abang kenapa kok tersedak gitu?" tanyanya khawatir.

 

"Nggak apa-apa kok," jawabnya sedikit gugup.

 

"Hahaha ... kenapa lu, baru dengar nama Wiranata saja sudah keringat dingin kaya gitu apalagi bertemu dengan orangnya, dasar udik!" hardik Bang Lukman mengejek.

 

"Sudah-sudah tinggalin mereka di sini ngapain ngurusin mereka, lebih baik kita persiapkan diri harus tampil menawan nih, kalau bisa kita minta foto sama penerus pewaris tunggal kerajaan Wiranata itu siapa tahu bisa jadi asistennya atau kerja di salah satu perusahaannya itu jadi pimpinan," sahut Bang Reza.

Mereka pun pergi meninggalkan mereka yang masih duduk dipojokkan dengan santai.

 

Namun tidak dengan Rizki yang masih gugup, siapakah utusan yang di kirim papahnya untuk menghadiri acara beginian?

 

"Kenapa kamu Bang, kaya gelisah gitu?"

"Maaf Dek, Abang kepingin ke toilet, di mana toiletnya ya?"

"Oh itu belok kanan lalu lurus saja nanti ketemu di ujung sana," ucap Pak Sugimin.

 

"Terima kasih Pak, saya pergi dulu ..."

 

 

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Miskin Tapi Bohong   102. Hidup Bahagia Penuh Pengorbanan (Tamat

    Lima bulan kemudian ....“Bagaimana sudah ada tanda-tandanya belum?” tanya Bu Yati kepada Ayu yang masih kelihatan santai, karena belum ada kontraksi apa pun.“Belum ada Bu, terus Ayu nggak ada rasa kontraksi gitu seperti kram atau sakit perut, kenapa ya Bu?” tanya Ayu balik namun masih terlihat santai.“Mungkin sebentar lagi, biasa gitu kadang perkiraan dokter atau bidan biasanya meleset dari hari yang ditentukan!” jelas Bu Yati tersenyum. “Oh gitu!”“Nonton sini saja, temani ibu sebentar, mau lihat berita dulu siapa tahu ada berita yang menarik,” celetuk Bu Yati yang sudah berada di ruang tengah.“Iya, Bu!”“Belum juga bokong Ayu mendarat di sofa empuk, tiba-tiba tanpa sengaja Ayu dan Bu Yati melihat dan mendengarkan berita di televisi bahwa ada empat narapidana kabur atau melarikan diri dari penjara dini hari tadi pagi dan betapa terkejutnya di antaranya adalah Wisnu.Seketika wajah Ayu tegang dan jantungnya pun memompa dengan cepat, Ayu langsung mengalami kontraksi.“Bu, Bu sak

  • Suamiku Miskin Tapi Bohong   101. Pernikahan Linda dan Ridho

    Pak Aldi memandang sahabatnya dengan kesedihan. Beliau tidak menyangka kalau akhirnya seperti ini.Hanya balas dendam yang tak berujung membuat mereka saling berjauhan, menciptakan jarak diantara mereka.“Assalamu’alaikum!”“Apa kabar kamu Fauzi, lama kita tidak pernah mengobrol seperti ini, tetapi malah kamu terbaring tidak berdaya di rumah sakit ini,” ucap Pak Aldi sendu.“Aku tidak pernah membayangkan kalau Wisnu adalah anak kandungmu bersama Kania, mengapa kamu lakukan ini Zi, aku tahu kamu orang baik, aku tetap akan menjadi sahabatmu, aku tidak pernah membencimu!” jelasnya lagi.Tiba-tiba mata sayup itu perlahan-lahan terbuka dan Pak Fauzi menangis saat melihat Pak Aldi sudah ada berada di sampingnya. Tangan Pak Fauzi pun ingin memegang tangan Pak Aldi, lalu mengeluarkan suara parau namun jelas “MAAF” dengan bibir bergetar.Tangan itu semakin erat memegang tangan Pak Aldi dan ucapan kata Maaf selalu dia ucapkan di akhir-akhir napasnya secara berulang-ulang.“Pak Aldi, kenapa pap

  • Suamiku Miskin Tapi Bohong   100. Akhir Dari Balas Dendam

    “Kalau begitu kami pamit dulu, Assalamua’alaikum! ”ucap Tante Nurma.“Wa’alaikum salam! “sahut Pak Sugimin.Wisnu yang di gebrak oleh polisi di rumahnya, meronta-ronta, dia tidak bisa menerima kenyataan kalau dia kalah dari Rizki.Sebagian warga pun melihat aksi para polisi mengamankan Wisnu yang tangkap dengan tangan di borgol, warga tidak menyangka jika seorang Wisnu tega ingin menghabisi ayah kandungnya sendiri.Entah dari mana masalah ini cepat tersebar tiba-tiba ada saja wartawan yang mencari berita hangat tentang keluarga Wiranata.“Akan ku balas kalian, kamu belum menang Rizki, jika kau tidak bisa mendapatkan Ayu, kamu juga tidak boleh mendapatkannya!”“Kalian tunggu saja pembalasanku!”“Kamu Rizki, terutama kamu yang akan aku bayangi selama kamu tidak mau melepaskan Ayu, untukku hahaha ...!” ucap Wisnu mengancam.“Baik Wisnu, aku tunggu kamu sampai di mana nyalimu sama dengan perbuatanmu!” gertak Rizki kepada Wisnu.“sudah nanti saja berdebatnya kalau sudah di kantor polisi!”

  • Suamiku Miskin Tapi Bohong   99. Penangkapan Wisnu

    Wajah Pak Fauzi datar tidak ada ekspresinya, namun tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak seperti orang nggak waras.Membuat mereka menjadi bingung dengan tingkah laku Pak Fauzi.“Hahahaaha ... Aldi-Aldi kamu memang dari dulu sangat polos bin lugu, kamu itu terlalu gampang memaafkan orang lain!”“Kamu terlalu naif Aldi, kamu selalu mempercayaiku padahal akulah yang menjadi dalang kehancuranmu hahaha...” tawanya lagi.Wisnu suruh Aldi tanda tangan semua berkas untuk pengalihan harta warisan sebagai penebus nyawanya!”“Kamu tidak ingin kan mati sia-sia di sini?” tanya Pak Fauzi lantang.“Saya tidak akan memberikan sepeserpun kepada kalian, semua yang saya dapatkan adalah murni dari kerja keras saya, lebih baik saya sumbangkan ke yayasan kalau kalian mengambilnya secara paksa!” Rizkiansyah Wiranata adalah pewaris tunggal kerajaan bisnis saya, karena dia darah daging saya, bukan kamu Wisnu!”“Kamu hanya anak angkat bukan anak kandung saya, lagian kamu mempunyai orang tua yang masih lengkap

  • Suamiku Miskin Tapi Bohong   98. Kenyataan Yang Pahit

    Sementara di kediaman rumah Wisnu.Pak Aldi yang masih dalam keadaan pingsan dan terikat di kursi berada di ruang tengah. Sedangkan Wisnu menempatkan Ayu di sebuah kamar pribadi miliknya dan Bu Yati di kamar lain juga.Wisnu mengikat kedua tangan dan kaki Ayu dengan kencang di kursi kayu.Ayu masih dalam keadaan tak sadarkan diri karena masih dalam pengaruh obat bius.Ruangan kamarnya pun telah dihiasi oleh harumnya bunga mawar putih yang merupakan kesukaan Ayu. “Rahayu Wulandari, nama yang cantik sesuai dengan wajahmu yang tidak bosan aku memandangmu dengan secantik bunga mawar ini.”“Rizki itu tidak pantas untuk mendapatkan kamu, Yu!”“Saat Rizki mengatakan kalau dia menemukan tambatan hatinya dan memberikan foto kamu untuk pertama kali aku sangat menyukaimu,” ucapnya penuh semangat.Tak lama kemudian Ayu siuman dari pingsannya dan kepalanya mulai pusing dan dia pun terkejut tangan dan kakinya sudah terikat di kursi dan memandang sekeliling dengan penuh rasa heran.“Selamat datang

  • Suamiku Miskin Tapi Bohong   97. Kesadaran Pakdhe Sukirman

    “Bagaimana ini Pak, Hei kalian kenapa menjaga istri dan mertuaku kalian tidak bisa, apa kerja kalian?” tanya Rizki marah.“Sudah Nak Iki jangan marah-marah, ini bukan mereka yang salah tetapi ini adalah rekayasa Bapak,” jawab Pak Sugimin tenang.“Maksud Bapak, bagaimana?” tanya Rizki bingung.“Maksudnya Bapak sebenarnya memang ini rencana nya kami, agar dapat mengetahui jejak Wisnu. Ayu sudah kami pasangkan alat perekam suara agar kami tahu tempat mereka membawa Ayu,” jelas Ridho kepada Rizki.“Kenapa harus melibatkan Ayu, Wisnu sangat menyukai Ayu Pak, aku nggak rela Ayu menjadi milik Wisnu sampai kapan pun!” sahut yang masih tersulut emosi.“Iya Bapak paham Ki, tetapi menurut Bapak ini adalah salah satu cara agar masalah ini selesai dan kalian dapat hidup dengan tenang tanpa ada orang lain yang ingin merusak kehidupan kalian lagi,” jelas Pak Sugimin berusaha membuat Rizki mengerti.“Baiklah kalau menurut Bapak itu lebih baik.”“Sekarang bagaimana selanjutnya, apa yang akan kita laku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status